Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berdayakan Tunarungu, Sesudah Deaf Café Lalu Deaf Car Wash

19 September 2016   12:00 Diperbarui: 19 September 2016   19:43 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apresiasi juga datang dari pelanggan, Alvian, warga Lereng Indah - Cinere. (Foto: Gapey Sandy)

Sukses membuka Deaf Café ‘Fingertalk, kafe yang mempekerjakan masyarakat tunarungu (tuli), kini Dissa Syakina Ahdanisa mulai merambah bidang usaha lain. Kaitannya tetap berfokus pada upaya memberdayakan masyarakat tunarungu atau deaf. Apa itu? Car wash alias cuci steam mobil.

Lokasi Deaf Car Wash ‘Fingertalk’ sangat strategis. Tepatnya di Jalan Raya Cinere No.32 Depok. (Kalau dari Limo arah ke Cinere, adanya di sebelah kanan, sesudah kawasan South City dan sebelum SPBU. Sedangkan, bila dari arah Cinere Mall arah ke Limo, persis sesudah SPBU di seberang Pos Polisi Cinere).

Menemukan tempat cuci mobil dan motor yang satu ini tidaklah sulit, karena cukuplah berpatokan dengan SPBU dan Pos Polisi Cinere yang saling berseberangan saja. Apalagi, jalan satu arah pun semakin memudahkan, lantaran Car Wash Fingertalk berada di tengah-tengahnya, sehingga tidak mengherankan kalau tempat cuci mobil dan motor ini punya dua pintu masuk dan maupun keluar yang saling berpunggungan.

Angkat harkat dan martabat kaum tunarungu, Fingertalk membuka cabang ketiga Deaf Cafe & Car Wash di Cinere. (Foto: Gapey Sandy)
Angkat harkat dan martabat kaum tunarungu, Fingertalk membuka cabang ketiga Deaf Cafe & Car Wash di Cinere. (Foto: Gapey Sandy)
Suasana pekerja tunarungu di bagian car wash. (Foto: Gapey Sandy)
Suasana pekerja tunarungu di bagian car wash. (Foto: Gapey Sandy)
Kemarin, saya bersengaja ke tempat car wash itu. Jarum jam belum melesat hingga tengah hari, tapi begitu saya ingin masuk ke dalam, ternyata sejumlah mobil sedang dicuci steam. Begitu juga dengan barisan motor yang kelihatan kinclong, pertanda baru selesai dicuci.

Sama seperti tempat-tempat cuci mobil dan motor lainnya, pemandangan pekerja yang sedang mencuci mobil, menyemprotkan air, membasuhkan air sabun, mengelap dengan busa tebal dan lainnya segera terlihat. Hanya saja bedanya, para pekerja yang tunarungu dan rata-rata masih berusia muda ini melakukan pekerjaannya tanpa suara. Mereka cukup saling berkomunikasi dengan bahasa isyarat jari-jemari tangan. Hening, tidak ada suara pekerja berbicara, apalagi bercakap-cakap. Hanya suara kecipak air dan derasnya semprotan air steam yang membersihkan sisi kolong mobil dan motor yang kotor.

Ya, di Car Wash Fingertalk… semua bekerja dalam hening. Hanya jemari (yang) berbicara atau fingertalk. “Silakan, dengan senang hati kami akan melayani cuci steam mobil maupun motor pengunjung. Dan sambil menunggu proses pencuciannya selesai, pengunjung bisa menikmati sajian menu kuliner yang disediakan kafe disini. Atau, bisa menunggu di ruang tunggu yang nyaman dengan fasilitas ruangan yang sejuk dan dilengkapi akses WiFi gratis,” sambut Dissa.

Dissa Syakina Ahdanisa selaku founder dan owner Fingertalk di ruang tunggu Deaf Cafe Car Wash - Cinere. (Foto: Dokpri. Dissa)
Dissa Syakina Ahdanisa selaku founder dan owner Fingertalk di ruang tunggu Deaf Cafe Car Wash - Cinere. (Foto: Dokpri. Dissa)
Dissa Syakina Ahdanisa mencoba menu kuliner yang disajikan chef Deaf Cafe Fingertalk cabang Cinere. (Foto: Dokpri. Dissa)
Dissa Syakina Ahdanisa mencoba menu kuliner yang disajikan chef Deaf Cafe Fingertalk cabang Cinere. (Foto: Dokpri. Dissa)

Di tempat cuci mobil dan motor ini, selain para pekerja car wash-nya yang tunarungu, bahkan dua gadis petugas kasir, dan mereka yang bertanggung-jawab di bagian kafe pun juga tunarungu. Bagi Dissa sendiri, mengurus kafe sudah bukan masalah lagi. Pengalamannya mengelola Deaf Café Fingertalk selama hampir dua tahun berjalan, membuat keberadaan kafe di tempat cuci mobil dan motor ini sebagai sesuatu yang rutin belaka.

“Kafe di Deaf Car Wash ini punya chef yang sudah pengalaman dalam dunia kuliner. Alhamdulillah, ilmu ‘koki”-nya sedikit demi sedikit disampaikan kepada rekan-rekan kerja tunarungu yang menangangi pengelolaan kafe. Perlahan tapi pasti, kafe di tempat cuci mobil dan motor ini akan siap menyajikan menu makanan dan minuman spesial dan yummy,” jelas Dissa optimis.

Posisi kafe berada di tengah-tengah antara tempat istirahat para pekerja dan ruang tunggu. Lebih menghadap ke sisi dengan suasana open air yang rileks. Persis di sebelahnya ada ruang tunggu yang sejuk lagi lapang. Di sisi luar ruang tunggu ada dua toilet, satu untuk tamu atau pelanggan, dan satu lagi dikhususkan bagi karyawan.

Ada juga mushola yang bersebelahan dengan taman baca. Banyak buku-buku pengetahuan umum dan buku anak-anak yang dapat dibaca oleh siapa saja. Di dekatnya ada meja kasir. Satu bangunan lagi adalah kantor pengelola yang berada persis menghadap langsung ke tempat mengeringkan mobil dan motor yang sudah dicuci.

Salah satu poster yang dipajang di Deaf Cafe & Car Wash Fingertalk, Cinere. (Foto: Gapey Sandy)
Salah satu poster yang dipajang di Deaf Cafe & Car Wash Fingertalk, Cinere. (Foto: Gapey Sandy)
Poster lainnya juga. (Foto: Gapey Sandy)
Poster lainnya juga. (Foto: Gapey Sandy)
Sejumlah poster nampak terpampang menghiasi dinding sekitar lokasi car wash dan cafe. Tulisan pada dua poster nampak begitu mengetuk perasaan. Begini kalimatnya: “Deafness isn’t the opposite of hearing, it’s a silence full of sound”. Lainnya bertuliskan: “Kindness is a language that the deaf can hear and the blind can see”.

Cabang Ketiga

Deaf Café and Car Wash merupakan cabang ketiga dari pengembangan Fingertalk. Yang pertama dan kedua adalah Deaf Café Fingertalk yang sama-sama berlokasi di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. “Ini cabang kami yang ketiga. Setelah pertama kali kami buka Deaf Café Fingertalk lengkap dengan produksi kerajinan tangan berikut workshop-nya. Untuk cabang yang kedua, kami bekerjasama dengan pihak lain dan membuka kafe tunarungu juga,” tutur Ali Wafa Al Aziz selaku Manager.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun