Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Segera Hadir, Perpustakaan Apung Pertama di Indonesia

10 Agustus 2016   23:15 Diperbarui: 11 Agustus 2016   07:53 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ferri Eka Putra menjelaskan tentang Modular untuk Bangunan Rumah Susun. (Foto: Gapey Sandy)

“Saya selalu mengatakan, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini merupakan market based research, riset yang berdasarkan kebutuhan pasar. Jadi bukan purely research seperti institusi yang memang ditugaskan untuk itu. Saya berharap dengan adanya Pekan Inovasi Sains dan Teknologi (PIST) ini dapat membuka jejaring penelitian sehingga Balitbang tidak harus solitaire, namun harus membuka jejaring dengan institusi research lainnya sehingga kita bisa mengaplikasikan didalam pelaksanaan pembangunan, khusus infrastruktur. Apalagi pembangunan infrastruktur hingga kini masih terlambat sehingga harus dilakukan percepatan,” tutur Menteri PUPR, DR Ir M Basuki Hadimuljono MSc ketika menjadi keynote speaker sekaligus membuka PIST pada Selasa, 9 Agustus 2016 kemarin di ballroom Hotel Discovery, Ancol, Jakarta Utara.

PIST yang yang diselenggarakan Balitbang Kementerian PUPR ini digelar hingga Kamis, 11 Juni 2016, dengan mengusung tema “Dengan Inovasi Sains dan Teknologi Kita Percepat Pembangunan Infrastruktur Menuju Masyarakat Sejahtera”. Tema dibagi lagi menjadi tiga subtema yang mencerminkan tiga bidang infrastruktur PUPR yakni Bidang Sumber Daya Air, Bidang Jalan dan Jembatan, serta Bidang Perumahan dan Pemukiman.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono ketika membuka Pekan Inovasi Sains dan Teknologi, pada 9 Agustus 2016. (Foto: Gapey Sandy)
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono ketika membuka Pekan Inovasi Sains dan Teknologi, pada 9 Agustus 2016. (Foto: Gapey Sandy)
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono ketika meninjau salah satu stand di Pekan Inovasi Sains dan Teknologi. (Foto: Gapey Sandy)
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono ketika meninjau salah satu stand di Pekan Inovasi Sains dan Teknologi. (Foto: Gapey Sandy)
Menteri PUPR juga mengatakan, inovasi selalu dibutuhkan, bahkan ada orang yang mengatakan “if you don’t change, you'll die”. Masalahnya kemudian, bagaimana cara kita berubah? Jawabannya adalah melakukan inovasi. “Untuk itu sekali lagi, syaratnya hanya satu saja kalau untuk Balitbang ini yaitu programming. Sejak dari dulu, saya ingin sekali agar Balitbang ini tidak perlu semuanya dikerjakan, tetapi harus ada satu atau dua penelitian yang menjadi unggulan pada tiap-tiap bidang,” harap Menteri Basuki yang menyebutkan bahwa Balitbang merupakan lembaga elite dan membanggakan, jangan malah dipelesetkan menjadi “lembaga sulit berkembang”.

Programming yang harus dilakukan Balitbang Kementerian PUPR, menurut Menteri Basuki Hadimuljono berarti, melakukan riset dan mengaplikasikannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. “Selain itu, menurut saya, inovasi tidak harus berarti temuan baru. Tetapi, mencontoh dan mengimprovisasi adalah juga sebuah inovasi. Tetapi, ada tiga target yang tetap harus dipenuhi dalam sebuah inovasi yakni teknologi yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik,” ujar Menteri PUPR.     

Selain peserta dari kalangan internal Kementerian PUPR, PIST yang memiliki sasaran “Terselenggaranya Infrastruktur bidang PUPR yang andal dan terukur” ini juga diikuti institusi atau balitbang lain, kalangan perguruan tinggi, Pemerintah Pusat dan Derah, dunia usaha, LSM, asosiasi profesi dan masyarakat umum. Selain Talkshow yang menghadirkan pejabat pemerintahan, praktisi dan pakar yang mengulas tiga bidang infrastruktur PUPR, perhelatan PIST semakin meriah dengan rangkaian Seminar, Diseminasi dan Pameran, Forum Bisnis, Forum Komunikasi Kelitbangan (FKK), dan Lomba Teknologi.

Berikut adalah video blogging (VLOG) liputan penulis pada ajang PIST:


Perpustakaan Apung Pertama di Tambak Lorok, Semarang

Di lokasi pameran terdapat banyak stand yang menampilkan berbagai karya inovatif, baik dari internal Kementerian PUPR --- seperti Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perumahan dan Pemukiman (Puskim), Puslitbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan), Puslitbang Sumber Daya Air (PusSDA), Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PusPKPT) dan lainnya ---, juga dari kalangan mitra kerjasama seperti PT Green Planet Indonesia, Indotest Multi Laboratama, Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) dan masih banyak lagi.

Pengunjung  nampak antusias mengulik berbagai karya-karya inovatif yang dipamerkan. Selain membaca literatur yang terpampang dan brosur maupun bahan pustaka yang tersedia, kesempatan emas juga tercipta dengan langsung berdialog bersama para peneliti yang menggagas dan mengerjakan berbagai inovasi.

Di stand Puskim Balitbang Kementerian PUPR misalnya, pengunjung dapat mengetahui secara detil bagaimana rencana dan rancangan detil Bangunan Apung di Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah, yang insya Allah akan diresmikan pada Selasa, 6 November 2016. Bangunan Apung ini bukan sembarang bangunan, karena bangunan dua lantai ini peruntukannya memiliki fungsi ruang publik yang sangat strategi. Lantai dasar bangunan ini akan dijadikan sebagai balai pertemuan warga, dan lantai dua difungsikan sebagai Perpustakaan atau Taman Baca.

Grafis balai warga dan perpustakaan apung di Tambak Lorok, Semarang. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Grafis balai warga dan perpustakaan apung di Tambak Lorok, Semarang. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Bagaimana awal mula gagasan Bangunan Apung ini?

“Awalnya, PusPKPT melakukan social engineering dan sekaligus membidani lahirnya masukan dari warga masyarakat sekitar di Tambak Lorok bahwa mereka membutuhkan Balai Warga dan Perpustakaan. Masukan berharga ini kemudian diimplementasikan menjadi sebuah gagasan oleh rekan-rekan peneliti dari Puskim, dalam hal ini arsiteknya adalah Bapak Mahatma Sindu. Lahirlah konsep Bangunan Apung, dimana lantai satu dikhususkan untuk balai pertemuan warga, dan lantai dua difungsikan sebagai perpustakaan atau taman baca. Kenapa perpustakaan? Karena kami menemukan fakta bahwa sangat minim sekali edukasi literasi di kawasan Tambak Lorok ini,” jelas Nazib Faizal dari Pusjatan.

Setelah konsepnya rampung, para peneliti masih belum menemukan solusi bagaimana cara mendirikan bangunannya, terutama pada masalah pondasinya. Karena seperti diketahui, ujar Nazib, kondisi geografi alam di Semarang tercatat memiliki angka penurunan permukaan tanah yang cukup tinggi.

“Atas dasar itu, tim Balitbang Kementerian PUPR akhirnya sepakat untuk membuat pondasi bangunan dalam bentuk mengapung, yang artinya tidak usah menimbun apalagi memasang tiang pancang di perairan. Bangunan Apung ini akan mengapung, sekitar 400 meter dari bibir daratan tambak, dengan mengandalkan foam dari B-foam yang dilapisi beton sebagai pelindung sekaligus dek atau tapak bangunannya dengan ketebalan sekitar 7 hingga 8 cm. Begitu juga di sisi pinggir yang dilapisi beton tipis. Insya Allah, Bangunan Apung ini aman, tidak akan mudah rusak,” jelasnya.

Pengerjaan bangunan apung di Tambak Lorok, Semarang. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Pengerjaan bangunan apung di Tambak Lorok, Semarang. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Bangunan Apung ini jelas akan bergerak terombang-ambing sesuai riak air gelombang. Untuk mengatasi hal ini, tim peneliti memasang teknologi muring atau semacam besi besar yang menghujam atau menambat dari dek ke perairan. Teknologi muring ini seolah-olah bekerja seperti fungsi jangkar pada perahu, sehingga membuat perahu tetap stabil meski di permukaan air.

“Seluruh teknologi yang dipergunakan pada Bangunan Apung ini mempergunakan teknologi inovasi Balitbang Kementerian PUPR. Misalnya, teknologi panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik, dimana panelnya akan dipasang di atap bangunan. Juga, teknologi filter air, dan septictank biority pada toiletnya. Boleh dibilang Bangunan Apung ini adalah smarthouse. Bahkan, untuk arah datangnya sinar matahari yang membantu pencahayaan, juga arah angin sudah diperhitungkan matang-matang oleh arsitektnya,” tutur Nazib bangga.

Struktur Bangunan Apung memang cukup sederhana namun memiliki nilai dan fungsi yang tidak bisa dipandang remeh-temeh. “Struktur bangunannya diawali dengan tapak bangunan yang dibentuk dari paduan teknologi beton dan foam dari B-foam. Ini dikenal dengan nama teknologi ‘fonton’ alias paduan foam dan beton. Lalu, mulailah dibuat rangka bangunannya menggunakan baja, karena bangunan ini harus kokoh mengingat terdapat dua lantai. Setelah rangka bajanya dibuat, struktur dindingnya menyusul kemudian, dan dibuat dari bambu yang sudah diawetkan. Jadi bukan sembarang bambu yang dipergunakan. Kemudian barulah atapnya yang menggunakan sirap, lengkap dengan pemasangan panel surya. Setelah atap selesai, barulah pemenuhan utilities lainnya,” urai Nazib seraya mengundang penulis secara khusus untuk bisa hadir ketika peresmian Bangunan Apung pada 6 September mendatang.

Nazib Faizal dari Balitbang Kementerian PUPR. (Foto: Gapey Sandy)
Nazib Faizal dari Balitbang Kementerian PUPR. (Foto: Gapey Sandy)
Selesai diresmikan, Bangunan Apung ini akan diserahkan kepada Pemerintah Kota Semarang, melalui pihak kelurahan setempat. “Meski begitu, dalam satu – dua tahun pengoperasian, Bangunan Apung ini akan terus mendapat pemantauan dari Balitbang Kementerian PUPR. Karena, Bangunan Apung ini menjadi yang pertama di Indonesia, sekaligus akan menjadi proyek percontohan berskala nasional, lantaran pekerjaan social engineeringnya bagus, arsitekturnya bagus, dan semaksimal mungkin inovasinya bermanfaat bagi warga masyarakat banyak,” urai Nazib kepada penulis ketika diwawancarai di stand Puskim.

Apakah salinitas (tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air) dapat mengkhawatirkan struktur bangunan? “Yang namanya infrastruktur adalah seperti tubuh manusia. Kalau tidak kita rawat dan jaga, maka pasti kinerjanya akan menurun. Misalnya saja cat pada rangka baja yang mudah mengalami korosif akibat salinitas. Karena itulah bangunan ini harus dioperasikan dengan pemeliharaan yang rapi dan jelas agar terawat serta terus berguna,” jelasnya lagi seraya mengingatkan bahwa inilah wujud semangat ‘Hadirkan Solusi Seiring Inovasi’.

(Lihat video liputannya)

Fly Over Antapani, Bandung yang Berteknologi MCB

Inovasi Balitbang Kementerian PUPR lain yang dapat ditelaah pada PIST ini adalah pembangunan fly over di kawasan Antapani, Bandung, Jawa Barat yang menggunakan Teknologi Corrugated Mortar Busa (CMB). Salah seorang anggota tim peneliti terkait project fly over Antapani ini adalah Fahmi Aldiamar dari Pusjatan.

Deskripsi Teknologi MCB untuk fly over Antapani ini adalah pembangunan jalan lintas atas (fly over) dengan struktur baja bergelombang pada simpang Jalan Jakarta di atas Jalan Ibrahim Adjie, Bandung, dengan menggunakan teknologi struktur culvert dari baja bergelombang yang telah difabrikasi sebelumnya, sehingga pekerjaan di lapangan menjadi lebih cepat dan mudah. Teknologi timbunan ringan juga akan diaplikasikan sebagai oprit jalan lintas atas. Tak hanya itu, teknologi ini juga lebih murah. “Secara konvensional, untuk membuat fly over Antapani ini estimasinya butuh dana sekitar Rp 150 miliar, tetapi dengan Teknologi CMB hanya butuh budget Rp 35 sampai 36 miliar. Artinya, penghematannya bisa mencapai sepertiga dari pembangunan fly over beton permanen secara konvensional,” ungkap Fahmi.

Grafis tiga dimensi fly over Antapani, Bandung. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Grafis tiga dimensi fly over Antapani, Bandung. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Proses pengerjaan fly over Antapani berteknologi CMB. (Foto: Balitbang Kementerian PUPR)
Proses pengerjaan fly over Antapani berteknologi CMB. (Foto: Balitbang Kementerian PUPR)
Teknologi Mortar Busa ini, katanya lagi, mirip seperti beton atau konkret tapi ia bisa menggantikan kondisi timbunan yang ada. “Jadi biasanya, timbunan tanah kan membuat kita agak sulit, dan terkait pula dengan mendatangkan pengambilan material dari luar lokasi, termasuk masalah penimbunan. Nah, dengan teknologi MCB ini, ia akan memadat dengan sendirinya tanpa harus dibantu dengan vibrator. Adapun sistem pemasangannya adalah dibuat per layer setiap 30 cm. Setelah ketinggian layer mencapai 90 cm, barulah dipergunakan baja tulangan, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik. Jadi, memang mirip seperti beton bertulang, tetapi untuk CMB ini hanya cukup dilakukan ketika layer mencapai 90 cm,” urai Fahmi kepada penulis di stand Pusjatan.

Untuk fly over Antapani --- dengan panjang 250 meter dan lebar 9 meter --- ini, baja bergelombang yang dipergunakan mencapai bentangan 35 meter, yang artinya dapat dipergunakan untuk enam lajur kendaraan di jalan raya. “Karena bentang baja bergelombangnya memiliki panjang hingga 35 meter, maka inilah project fly over pertama di Indonesia dengan bentang baja bergelombang yang panjang. Tetapi, kalau untuk bentang yang pendek atau sekitar 9 meter, sebenarnya sudah ada di beberapa lokasi seperti di Semarang dan Tasikmalaya. Adapun konsepnya hanya sebagai perlintasan lajur kendaraan biasa saja,” ungkapnya.

Lengkungan tengah di kolong fly over Antapani panjangnya mencapai 22 meter, atau untuk dipergunakan sebagai empat lajur kendaraan dengan dua arah berlawanan. Sedangkan lengkungan kiri dan kanan pada kolong fly over mencapai 11 meter lebarnya dan dipergunakan hanya untuk satu lajur kendaraan. Sedangkan tinggi lengkungan kolong mencapai 5,5 meter, atau bisa mencapai 7 meter kalau dihitung dari permukaan aspal hingga permukaan jalan atas fly over.

Fahmi Aldiamar mengatakan biaya pembuatan fly over Antapani dengan teknologi CMB jelas lebih murah. (Foto: Gapey Sandy)
Fahmi Aldiamar mengatakan biaya pembuatan fly over Antapani dengan teknologi CMB jelas lebih murah. (Foto: Gapey Sandy)
“Adapun besi-besi melengkung yang akan terpasang pada sepanjang fly over, mencirikan ikon Gunung Tangkuban Parahu. Pada besi-besi melengkung ini juga bisa dipasangkan ornamen lampu hias dan sebagainya,” ungkap Fahmi seraya berharap kehadiran fly over dengan Teknologi CMB ini mampu mengurai kemacetan lalu-lintas, utamanya tiap pagi dan sore hari di bilangan Antapani yang sudah lama mendera masyarakat.

Inilah, satu lagi inovasi infrastruktur terbaru Balitbang Kementerian PUPR yang bisa ditelaah pada PIST.

Jembatan Apung Pejalan Kaki dan Pengendara Motor di Cilacap

Inovasi berikutnya yang penulis ulas langsung bersama dengan penelitinya adalah Jembatan Apung. Sesuai namanya, jembatan yang sedang digarap di Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap ini tidak menggunakan tiang pancang, melainkan mengapung dengan teknologi fonton.

Menurut Elis Kurniawati, peneliti di Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR, jembatan apung sengaja diwujudkan karena wilayah Indonesia yang terbanyak adalah perairan. “Dengan Jembatan Apung ini kita bisa meminimalkan penggunaan pilar dan pondasi. Itu artinya, secara biaya jelas lebih murah dan sesuai kondisi geografis Indonesia. Juga, bisa dipindahkan ke lokasi lain yang membutuhkan dengan cara ditarik melalui perairan,” jelasnya secara eksklusif kepada penulis.

Desain grafis Jembatan Apung di Cilacap. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Desain grafis Jembatan Apung di Cilacap. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Proses pengerjaan Jembatan Apung di Cilacap. (Foto: Balitbang Kementerian PUPR)
Proses pengerjaan Jembatan Apung di Cilacap. (Foto: Balitbang Kementerian PUPR)
Secara teknologi, imbuh Elis, Jembatan Apung ini menggunakan teknologi fonton atau foam yang dilapis lagi dengan beton bertulang. “Penggunaan foam ini dimaksudkan apabila terjadi kerusakan atau kebocoran di lapisan luar, maka jembatan akan tetap mengapung akibat daya apung foam tadi. Adapun keunggulan Jembatan Apung ini adalah efisiensi konstruksinya, fontonnya pun bisa dibangun dengan sistem modular jadi dia bisa bukan hanya untuk jembatan saja tetapi juga untuk bangunan apung lain seperti hunian  terapung dan break water (pemecah gelombang) terapung. Selain itu, karena tidak menggunakan pilar dan pondasi, maka potensi gerusan yang biasa terjadi pada jembatan hampir tidak ada, mudah dipindahkan, dan bisa dirakit di lokasi terdekat dengan tempat yang bakal dihadirkan Jembatan Apung,” urai Elis.

Prototype Jembatan Apung di Cilacap ini hanya akan difungsikan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda motor. Nah, karena di kolong jembatannya adalah juga dimanfaatkan untuk lalu-lintas air, maka setelah dihitung berdasarkan perahu paling tinggi, lengkungan tengah Jembatan Apung ini akan setinggi 5,5 meter dari atas permukaan air. “Panjang bentang tengah Jembatan Apung ini 35 meter, dan bentang kiri dan kanan masing-masing 20 meter, sehingga total panjang jembatan ini adalah 75 meter,” ujarnya seraya berharap Jembatan Apung dapat diresmikan seturut target yakni pada Selasa, 20 September 2016.

Elis Kurniawati mengatakan Jembatan Apung dapat dipindah-pindahkan menggunakan jalur air. (Foto: Gapey Sandy)
Elis Kurniawati mengatakan Jembatan Apung dapat dipindah-pindahkan menggunakan jalur air. (Foto: Gapey Sandy)
“Keberadaan Jembatan Apung ini nantinya akan mempermudah mobilitas warga masyarakat dari Desa Ujung Alang ke Desa Klaces dan sebaliknya. Yang biasanya mereka harus naik perahu, kini warga bisa melintas dengan mudah dan cepat melalui Jembatan Apung ini,” bangga Elis yang sekaligus merupakan penanggung-jawab project Jembatan Apung ini.

Begitu Banyak Inovasi Balitbang Kementerian PUPR

Hadir di PIST membuat hati siapa saja pasti bangga. Betapa tidak, para peneliti yang merupakan anak-anak bangsa ini mampu menciptakan karya inovatif yang bermanfaat bagi banyak orang. Sebut saja misalnya, inovasi yang dijelaskan Ferri Eka Putra, peneliti sekaligus Kasie Litbang Puskim, yakni Ukuran Modular Untuk Bangunan Rumah Susun. Juga, Teknologi Pracetak Beton Bertulang Brikon Untuk Bangunan Rumah Dua Lantai.

“Brikon ini bisa disebut juga sebagai precast concrete atau sistem struktur pracetak rangka bangunan dua lantai (open frame) yang menggunakan kombinasi sambungan kering (dry joint) dan basah (wet joint) yang terdiri dari komponen pracetak beton berprofil dan komponen sambungan box baja berongga,” jelas Ferri kepada penulis di stand Puskim.

Sejumlah keunggulan Brikon, menurut Ferri adalah mudah dalam pelaksanaan konstruksi, memenuhi kriteria kekuatan, biaya lebih efisien, sambungan kolom dinding dengan sistem interlocking menjamin ikatan kolom dinding baik.

Salah satu stand internal Kementerian PUPR di Pekan Inovasi Sains dan Teknologi. (Foto: Gapey Sandy)
Salah satu stand internal Kementerian PUPR di Pekan Inovasi Sains dan Teknologi. (Foto: Gapey Sandy)
Ferri Eka Putra menjelaskan tentang Modular untuk Bangunan Rumah Susun. (Foto: Gapey Sandy)
Ferri Eka Putra menjelaskan tentang Modular untuk Bangunan Rumah Susun. (Foto: Gapey Sandy)
Ada juga Rumah Unggul Sistem Panel Instan (RUSPIN) yang merupakan teknologi rangka rumah pracetak dengan menggunakan sistem sambungan dan baut. “RUSPIN ini adalah pengembangan dari Teknologi RISHA,” jelas Ferri.

Inovasi lain yang bisa disaksikan pada PIST yaitu Drainase Permukiman Ramah Lingkungan dengan Sub-Reservoar Air Hujan, Teknologi Pengolahan Air Limbah Sistem Bio-Filter, Instalasi Pengolahan Air Siap Minum (MEROTEK), Sumur Resapan Air Hujan, Reklamasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Lama Melalui Landfill Mining, Teknologi Pracetak n-panel system, Konsep Peremajaan Kawasan Kumuh melalui Kemitraan, Tenda Huntara, Panel dan Balok Bambu Sarang Tawon (BUSARON), dan Bambu sebagai bahan bangunan alternatif.

Semakin pasti, PIST senantiasa bakal dinanti-nantikan perhelatannya secara rutin. Karena mencerminkan betapa kreatif dan inovatifnya anak-anak bangsa, para peneliti yang tergabung dalam Balitbang Kementerian PUPR ini.

Ciamik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun