“Melalui alam, saya menikmati hidup, Oom!”. Kalimat yang ditujukan kepada saya ini meluncur dari bibir Putri (27). Perempuan bertubuh mungil, berkacamata bundar, rambut ikal sebahu dan mengenakan topi loreng militer ini berucap sambil bergegas turun ke perairan. Tak berapa lama, tubuhnya yang mungil sudah nampak duduk di pinggir perahu karet, kedua tangannya segera sibuk mendayung.
Ya, Putri termasuk salah seorang peserta Operasi Bersih (Opsih) Situ Tujuh Muara di Pamulang, Tangsel. Opsih yang digelar pada Jumat (3/6/2016) pagi, diikuti berbagai elemen. Mulai dari instansi Pemkot Tangsel seperti Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), juga Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP) seperti Gugusan Alam Nalar Ekosistem Pemuda (GANESPA), Aksi Semangat Peduli (ASP), hingga masyarakat umum. Eits masih ada lagi, sejumlah pelajar juga terlibat loch. Mereka adalah aktivis MOONPALA (Muncul - Serpong Pecinta Alam) dari SMAN 2 Tangsel.
Putri sendiri adalah simpatisan OKP GANESPA. “Meski bukan anggota, tapi saya senang mengikuti aksi-aksi yang dilaksanakan. Mulai dari mendaki gunung, penghijauan, penanaman bibit pohon bambu, Opsih Situ dan lainnya,” ujar warga Reni Jaya, Tangsel, yang sudah pernah menjejakkan kaki di puncak Gunung Pangrango (3.019 mdpl), dan Gunung Papandayan (2.665 mdpl) di Jawa Barat ini.
“Kesadaran masyarakat Kota Tangsel untuk tidak membuang sampah ke situ masih rendah. Terbukti, masih banyak sampah-sampah organik dan non-organik yang kita berhasil angkat. Juga, sampah limbah rumah tangga banyak yang kita temukan mengapung, termasuk pampers bekas pakai, kemasan plastik, bekas lampu bohlam, aneka pecahan kaca, styrofoam, bambu panjang dan kayu-kayu serta masih banyak lagi. Bahkan, cukup banyak sampah yang masih terbungkus dalam plastik kresek,” ujar Viera yang tinggal di Jalan Haji Saidin, Pamulang, Tangsel ini.
Selain sampah limbah rumah tangga yang banyak mengotori situ, Viera juga mengaku kesulitan ketika hendak membersihkan tanaman eceng gondok yang tumbuh begitu luas. “Eceng gondok ini sangat mengganggu lingkungan. Dan karena sudah begitu lebat juga tinggi-tinggi, akibatnya menyulitkan sewaktu hendak kita masukkan ke dalam karung,” kata anggota Divisi Panjat Tebing OKP GANESPA ini.
Baik Putri maupun Viera gerakannya gesit mendayung perahu karet, menghampiri lebatnya ladang liar eceng gondok untuk kemudian segera pula memberangusnya. Ya maklum saja, keduanya sudah tidak asing lagi berperahu karet di situ --- yang semula memiliki luas 32 ha, lalu menciut jadi 29 ha, bahkan ada yang menyebut kini tinggal 19 ha.
Cekatan pula kedua Srikandi Pecinta Alam ini bolak-balik menyusuri perairan situ yang terletak di sebelah pusat perbelanjaan Pamulang Square, Jalan Raya Siliwangi (seberang ruko Perumahan Puri Pamulang). Pergi dengan perahu kosong, dan kembali merapat ke pinggir situ dengan membawa seperahu penuh eceng gondok. Sekadar catatan, Viera juga kerapkali mewakili Kota Tangsel untuk beberapa kali kejuaraan lomba perahu dayung.
Tangsel Terbelit Kemacetan Lalin dan Polusi Udara
Tanpa mengecilkan peran dan aksi nyata elemen lain, Opsih Situ Tujuh Muara sebenarnya sudah menjadi agenda rutin GANESPA. Maklum, OKP ini memang punya sekretariat di bantaran situ, persisnya di Jalan Witana Harja, Pamulang. Selain menjadi penjaga kelestarian situ, GANESPA tercatat pernah memprotes aksi penimbunan lahan situ oleh pihak pengembang. Aksi demo yang dilakukan waktu itu sempat dialamatkan ke Kantor Pemkot Tangsel.
Tapi, Opsih kali ini cukup membuktikan kekompakan berbagai elemen. Maklum, dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada setiap 5 Juni. Tema yang diangkat pada Opsih kali ini pun cukup sederhana: “Lestarikan Situ Sebagai Sumber Kehidupan”.
Di lapangan, Kepala BLHD Tangsel, Rahmat Salam kepada penulis mengatakan, masalah lingkungan hidup yang paling utama dihadapi Tangsel adalah kemacetan lalu-lintas dan polusi udara.
“Sedangkan untuk kondisi situ-situ yang ada di Tangsel, kualitas airnya semakin hari semakin membaik. Antara lain, karena pihak Pusat juga ikut turun tangan menanganinya. Kalaupun masih ada yang berani membuang sampah dan limbah ke situ, akan kami tangkap dan beri sanksi. Untuk kasus penimbunan sebagian lahan Situ Tujuh Muara yang dilakukan pengembang di lokasi Kompleks Vila Pamulang, saat ini sedang berlangsung proses penyelesaian melalui jalur hukum. Pemkot Tangsel menyerahkan kepada pihak pengacara Negara, untuk memproses persidangan tersebut. Hasil perkembangannya, masih terus kami kumpulkan fakta dan datanya,” jelas Rahmat yang hanya sebentar berada di lokasi Opsih.
Khusus untuk Opsih kali ini, Uci menyesalkan bahwa pihaknya belum dapat menghadirkan solusi bagaimana mengolah limbah tanaman eceng gondok ini. “Padahal, kita banyak memperoleh informasi, eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai karya kerajinan tangan yang bernilai tinggi. Sayang sekali, kami belum bertemu dengan pengrajin yang dapat memanfaatkan limbah eceng gondok sebanyak ini,” keluhnya.
Ya, aksi nyata memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni, di Tangsel cukup positif. Kepedulian semua pihak untuk bersama menjaga kelestarian lingkungan hidup, terutama situ-situ yang ada di Tangsel, harus terus digelorakan. Termasuk, pada Minggu pagi, 5 Juni 2016 ini, Ikatan Remaja Masjid Ar-Rahmah (IRMA) di Rempoa, Tangsel, juga akan turun tangan melakukan aksi bersih di Situ Gintung, Ciputat Timur.
Lihat videonya berikut ini: Video#1 , Video#2 , Video#3
* * * * * * *
Baca juga:
Kepala BLHD Tangsel: Kerusakan Situ Parah!
Parah! Pengurukan Situ di Tangsel
Ancaman Pidana Bagi Pelaku Pengurukan Situ di Tangsel
Pengembang Nekat Lanjutkan Menguruk di Area Situ Tujuh Muara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H