Sebagian orang, katanya lagi, asyik menebang pohon-pohon bambu. “Mereka menganggap bambu seperti benalu, jadi harus dibabat habis,” kesalnya.
Berikut, wawancara dengan Mukoddas Syuhada, usai ia menjadi pembicara pada Workshop Bambu ke-4 yang diselenggarakan ABN, pada 7 - 8 Mei 2016 di BSD City, Tangsel:
* * * * * * *
Soal sepeda bambu. Mulai kapan dibuatnya?
Akademi Bambu Nusantara di BSD City, Tangerang Selatan ini memproduksi sepeda bambu sejak 2013 lalu. Tapi, untuk riset dan produksi coba-cobanya sudah dilakukan sejak lima tahun sebelumnya. Waktu produksi coba-coba dulu, banyak kekurangan yang kami hadapi. Mulai dari modelnya yang jelek, ruas bambunya yang mengalami pecah, pasak yang lepas, dan frame yang masih kasar. Pokoknya, jelek hasilnya. Tapi semakin hari, kami terus memperbaiki dan menyempurnakannya.
Jadi yang dibuat hanya frame, rangka sepedanya saja?
Yang kita buat itu rangka atau frame sepedanya saja, dengan sistem pasak antar hubungan frame, lalu dilakukan proses lilit ikat menggunakan serat bambu. Kemudian, direkatkan memakai lem. Pengelemannya menggunakan epoxy resin. Tapi, untuk lubang sebagai tempat pemasangan misalnya stang, crank pada posisi pedal, front fork, seatpost untuk sadel, dan gear roda masih tetap menggunakan bahan logam didalamnya.
Apakah sepeda bambu ini sudah diproduksi massal?
Produksi frame sepeda bambu yang kita buat ini semuanya handmade, tidak ada yang fabrikasi. Makanya, kita tidak bisa mengadakan stock barang. Frame sepeda yang kita buat hanya berdasarkan pesanan saja.
Jenis bambu apa yang bisa dipakai untuk rangka sepeda ini?