Yo wes lah, saya dan teman-teman serombongan pun akhirnya “berkeliaran” sendiri-sendiri. Mengeksplorasi sudut demi sudut istana dengan semangat ‘kepo’ 45. Di lantai satu ini, ruangan dalamnya begitu luas, lapang dan memanjang, serta begitu tinggi atap atasnya. Warna-warni cerah begitu mendominasi kain-kain hiasan, begitu juga dengan pernak-pernik keemasan. Yah, namanya juga (replika) istana.
Berdasarkan banner besar yang berisi informasi ruangan, di lantai satu sisi paling kiri dinamakan "anjuang perak". Fungsinya sebagai tempat Bundo Kanduang (Ibu Suri) mengadakan rapat yang bersifat kewanitaan pada langgam (tingkat) pertama, lalu sebagai tempat beristirahat pada langgam kedua, dan sebagai tempat tidur Ibu Suri pada langgam terakhir atau ketiga.
[caption caption="Suasana di dalam istana yang ada di lantai satu. (Foto: Gapey Sandy)"]
[caption caption="Di dalam istana, di lantai satu. (Foto: Gapey Sandy)"]
Menariknya, singgasana ini dilingkari dengan tirai yang terjuntai di sisi kiri, kanan, dan depan. Di sini biasanya Bundo Kanduang duduk sambil melihat-lihat siapa yang datang, atau yang belum datang apabila ada rapat dan mengatur segala sesuatu di atas rumah.
Bagaimana dengan sisi kanan di lantai satu ini?
Bahagian ruang ini dinamakan “Anjuang Rajo Babandiang”. Berada di bagian kanan atau pangkal rumah (istana), dan punya tiga langgam atau tingkat. Fungsi anjuang ini adalah sebagai tempat sidang (langgam pertama), tempat beristirahat (langgam kedua), dan tempat tidur raja serta permaisuri pada langgam ketiga.
Di space Anjuang Rajo Babandiang ini ada dua boneka seukuran manusia yang dipakaikan busana adat Minangkabau berwarna hitam-hitam dengan pernak-pernik keemasan. Di dada kiri boneka lelaki ada tulisan penjelasan bahwa inilah contoh pakaian adat untuk ‘Datuak’ atau ‘Penghulu’ yang tugasnya menjadi niniak mamak dalam nagari.
[caption caption="Seorang pengunjung berfoto di bahagian ruang berfungsi sebagai singgasana. (Foto: Gapey Sandy)"]
[caption caption="Bahagian ruang Anjuang Rajo Babandiang di sisi sebelah kanan istana di lantai satu. (Foto: Gapey Sandy)"]
Ada kenong atau gong kecil berwarna keemasan yang dinamakan“Canang Pamanggia”, fungsinya untuk memanggil masyarakat guna bekerja gotong-royong.