[caption caption="Sore di Istano Basa Pagaruyung. Jendela tertutup berarti waktu kunjungan sudah habis. (Foto: Gapey Sandy)"]
Sesaat tiba di istana. Bus besar yang membawa rombongan kami harus parkir di seberangnya. Di lokasi parkir ini ada warung kopi, mie instan, warung nasi, dan kios maupun lapak pedagang kakilima yang menjajakan souvenir khas lokal. Ada juga fasilitas toilet dan kamar mandi.
Rombongan kemudian menyeberang jalan. Sebelum naik tangga batu. Di sebelah kiri gapura bertuliskan “Istano Basa Pagaruyung” dengan dua tiang besar yang ujungnya terdapat maket rumah gadang, ada loket pembelian karcis untuk pengunjung. Pungutan retribusi ini berdasarkan Perda Kabupaten Tanah Datar No.13 Tahun 2011.
Berapa harga tiketnya? Wisatawan domestik per orang dewasa Rp 7.000, dan anak-anak Rp 5.000. Sedangkan wisatawan mancanegara per orang dewasa Rp 12.000, dan anak-anak Rp 10.000.
Begitu melangkah memasuki gapura, di sisi kiri langsung terlihat mobil wisata yang bisa ditumpangi pengunjung untuk berkeliling di seputaran istana. Sedangkan di sisi kanan, ada tiga kotak amal berjajar. Yang paling besar, bertuliskan ‘Kotak Amal Masjid Baiturrahman Pagaruyung’.
[caption caption="Loket pembelian karcis sebelum pengunjung masuk ke Istano Basa Pagaruyung. (Foto: Gapey Sandy)"]
Ada tiga tangga batu yang harus diundaki pengunjung menuju jalan ke arah teras dan pintu masuk istana. Undakan batu pertama ketika masuk gapura, lalu enam undakan batu setelah kotak amal tadi, dan berikutnya tangga batu lagi. Barulah kemudian jalan melandai menuju tangga kayu yang menjadi pintu masuk istana. Ada juga umbul-umbul tiga warna yang sama seperti warna bendera Jerman: hitam – merah – kuning. Di kanan dan kiri istana adalah lapangan rumput. Pemandangan di sebelah kanan cukup unik. Karena, ada bangunan rumah gadang kecil. Fungsinya, kalau disebutkan tentu sebagai tempat untuk menyimpan padi dan bahan makanan. Di dekatnya ada patung seekor kerbau gemuk abu-abu kehitaman dengan tanduk panjang melengkung, kokoh nan runcing.
Okelah, sekarang kita masuk ke Istano Basa Pagaruyung, yuk …
Semakin mendekat ke istana, kekaguman dan rasa takjub melihat begitu megah serta besarnya istana semakin menjadi-jadi. Enggak sabar rasanya, kepingin buru-buru lihat bagaimana isi di dalamnya.
Ketika mencapai tangga kayu untuk masuk ke istana, pengunjung diwajibkan membuka sandal maupun sepatu. Silakan dititipkan kepada dua petugas yang berjaga di sisi bawah tangga, karena mereka selalu menyediakan tas plastik sebagai tempat menyimpan sandal dan sepatu pengunjung. Bolehlah pakai kaos kaki. Tapi saran saya, kalau kaos kakinya bolong-bolong atau sudah “bau tujuh rupa” lebih baik ya dilepas … Hahahaaaaa. Eh, selain itu, kalau kita menggunakan kaos kaki, maka akan terasa licin ketika menapaki tangga kayu untuk naik (dan turun) ke lantai dua dan tiga. Nah, daripada licin dan membahayakan diri sendiri, lebih baik buka sajalah kaos kakinya.
[caption caption="Di tangga kayu sebelum masuk ke istana, sepatu dan sandal bisa dimasukkan ke plastik yang sudah disiapkan dan disimpan oleh petugas dengan imbalan sukarela. (Foto: Gapey Sandy)"]
Ketika mulai memasuki istana, di lantai satu ini kita akan langsung diminta untuk mengisi buku tamu. Ada dua petugas yang menjaga. Mereka ramah, meski kurang atraktif untuk memberi penjelasan tentang ini dan itu seputar “jeroannya” istana. Ya maklumlah, mereka bukan guide wisata toh? Tapi mustinya, kerja staf penerima tamu, harus “bawel” plus informatif.