Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

‘Pendekar Kaleng’ asal Sukabumi, Penyelamat Bumi

26 Maret 2016   22:28 Diperbarui: 28 Maret 2016   11:56 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Taufik Kurohman, Pendekar Kaleng yang membuat lukisan dari bekas atau limbah kaleng minuman. (Foto: RA Wahyudi/WEGI)"][/caption]Nama lengkapnya Taufik Kurohman. Panggilannya Opik. Saya biasa memanggilnya ‘Kang Opik’. Panggilan ‘Kang’ saya sematkan karena memang ia berasal dari Jawa Barat, persisnya di Sukabumi.

Saya baru mengenal Kang Opik. Baru banget. Pertemuannya terjadi ketika pada 17 – 20 Maret kemarin kita sama-sama menjadi bagian dari peserta komunitas We Green Industry (WEGI) yang berangkat ke Padang dan Bukittinggi, Sumatera Barat.

Sosok Kang Opik adalah penyuka humor. Dengan logat Sunda yang kental, ia akan berceloteh apa saja, demi membuat suasana antar kita menjadi penuh canda dan tawa. Wajah pria berkacamata dan bertubuh ramping ini selalu dihiasi senyum, itulah kunci rahasia keakrabannya.

Beberapa hari belakangan ini, sejumlah awak media televisi melakukan peliputan terhadap kegiatan Kang Opik. Mulai dari MetroTV, ATV, dan terakhir yang saya saksikan sendiri tayangannya, pada Sabtu, 26 Maret 2016, sekitar jam 13.15 wib kemarin, adalah tayangan berita KompasTV. Dalam tayangan itu, wajah Kang Opik nongol di layar tipi.

[caption caption="Taufik Kurohman, bersiap membuat lukisan dari limbah kaleng minuman. (Foto: Dessy Achieriny/WEGI)"]

[/caption]

[caption caption="Taufik Kurohman masuk KompasTV. (Foto: Gapey Sandy)"]

[/caption]

Memangnya ada apa, rame-rame jurnalis (televisi) meliput kegiatan Kang Opik?

Memangnya siapa dia?

Ya, Kang Opik adalah pegiat lingkungan. Ia tergabung dalam PPLS alias Pemuda Peduli Lingkungan Sukabumi. Kang Opik, menjabat sebagai Ketuanya. Dan, apa yang dikerjakan PPLS inilah yang kemudian menarik minat para jurnalis untuk melakukan reportase. Karena, PPLS mengerjakan sesuatu yang unik dan menarik lagi bermanfaat.

Apa itu?

“Kami mengolah sampah atau limbah kaleng-kaleng bekas. Utamanya kaleng minuman, soft drink dan segala macamnya menjadi sebuah lukisan. Caranya, dengan memanfaatkan lempengan kaleng minuman tadi untuk digambar, lalu dibentuk sesuai gambar atau lukisan yang diinginkan. Lempengan kaleng minuman ini tentu saja dipotong dan dibentuk menjadi kotak persegi panjang datar,” jelas Kang Opik yang lahir di Sukabumi pada 2 November 1977.

Menurutnya, kegiatan PPLS sudah berlangsung selama dua tahun. Segala kegiatan yang menyangkut peduli lingkungan hampir semua sudah dilakukan. Workshop PPLS ada di kediaman Kang Opik, yaitu di Puri Cibeureum Permai 2 Blok OO RT 8 RW 10 Kelurahan Babakan, Sukabumi, Jawa Barat.

“Hanya saja, baru enam bulan belakangan ini, kami mengerjakan lukisan dari kaleng-kaleng minuman bekas. Alhamdulillah, sejak masa-masa keberadaan kertas semakin sulit diperoleh, kami melakukan inovasi ke limbah plastik, lalu kaleng minuman bekas, dan hasilnya menggembirakan. Makanya, enggak bisa disalahkan juga kalau saya menyebut diri saya ini sebagai ‘Pendekar Kaleng’. Boleh kan?” tuturnya sembari terkekeh seperti biasanya.

[caption caption="Taufik Kurohman, duduk bersila menggunakan topi merah ketika aksi #TrashFreeDay di CFD pada 20 Maret 2016, Bunderan HI, Jakarta. (Foto: WEGI)"]

[/caption]

Julukan ‘Pendekar Kaleng’ dari Sukabumi yang menyelamatkan bumi, memang laik disematkan kepada Kang Opik. Begini saja faktanya. Ketika saya dan Opik beserta komunitas WEGI lainnya melakukan aksi Hari Bebas Sampah dengan tagar: #TrashFreeDay di ajang Car Free Day yang dilangsungkan di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, 20 Maret 2016 kemarin, Opik penuh semangat menunjukkan kebolehannya.

Dengan duduk bersila di pinggir jalan, di bawah jembatan penyeberangan yang membentang di dekat Bunderan HI, Kang Opik yang sejak pagi sudah mulai mengumpulkan sampah-sampah kaleng minuman bekas, mulai beraksi!

Ia membuka tas kotaknya, yang ternyata berisi gunting seng, palu, paku, dan alat-alat lain yang biasa digunakannya untuk melukis di atas kaleng minuman bekas. Satu kaleng bekas minuman pereda panas dalam mulai ia gunting bagian sisi atasnya, memutar. Begitu juga dengan bagian bawahnya. Lalu, sisi samping kaleng pun diguntingnya. Untuk kemudian dibuka sehingga menjadi bentuk lempengan datar.

[caption caption="Aksi Taufik Kurohman melukis di limbah kaleng minuman menarik sejumlah warga masyarakat. (Foto: RA Wahyudi/WEGI)"]

[/caption]

[caption caption="Salah seorang aktivis PPLS tengah mengerjakan lukisan di limbah kaleng minuman. (Foto: PPLS)"]

[/caption]

Dari situ, mulailah ia mendesain gambar dengan pulpen. Lalu, mulailah ia mengetuk paku dengan palu di atas lempengan kaleng, mengikuti desain yang sudah sejak awal ia gambar. “Gambar-gambar yang saya dan teman-teman desain di atas kaleng minuman bekas ini biasanya gambar-gambar yang menarik. Mulai dari rumah adat, pegunungan, binatang, alam pepohonan, kendaraan dan masih banyak lagi. Tetapi, pada setiap gambar yang kami buat, selalu disisipkan pesan penghijauan. Mulai dari pesan menggalakkan tempat sampah, penghijauan, hingga slogan yang penuh semangat ‘Go Green’. Inilah yang menjadi ciri khas kami dari PPLS. Sekaligus ciri khas pekerjaan dari ‘Pendekar Kaleng’ asal Sukabumi,” ujar ayah dari Daffa Raditya Rinjani, 7 tahun ini.

Pada gelaran Car Free Day, 20 Maret 2016 kemarin, Opik berhasil membuat satu lukisan dari kaleng bekas minuman larutan penyegar pereda panas dalam. “Karena di kemasan kalengnya sudah ada gambar badak dan pohon, maka lukisan kalengnya kemudian disambungkan saja menjadi upaya untuk melestarikan badak dari kepunahan. Juga pepohonan yang harusnya semakin kita rawat dan jangan ditebang begitu saja. Lukisan kaleng ini kemudian ditambahkan dengan slogan ‘Lindungi Aku’. Maksudnya, lindungi si badak sekaligus pepohonannya,” jelas Opik yang sempat di-shoot video dan diunggah di sini.

Lukisan kaleng yang dihasilkan Kang Opik bersama rekan-rekan di PPLS, memiliki nilai seni artistik tinggi sekaligus nilai komersial yang juga meroket. Asal tahu saja, semakin hari, pemesan lukisan bekas kaleng minuman ini semakin banyak. Tidak saja dari seputaran Jawa Barat, tapi juga Jawa Timur dan Jawa Tengah. Malah, sudah ada pembeli dari Malaysia dan Singapura yang menyatakan minat untuk melakukan pembelian.

[caption caption="Salah satu contoh karya lukisan menggunakan limbah kaleng minuman. (Foto: PPLS)"]

[/caption]

[caption caption="Salah satu contoh karya lukisan di limbah kaleng minuman. (Foto: PPLS)"]

[/caption]

“Berapa harga lukisan kalengnya? Wah, harganya beragam. Ada yang Rp 250 ribu sampai Rp 500 ribu untuk satu lukisan, lengkap dengan bingkai dan kacanya,” jelas Kang Opik yang menegaskan bahwa semua penghasilan yang diperoleh tidak melulu komersil. “Kami tetap sisihkan sebagian dana hasil penjualan karya-karya lukisan kaleng ini, untuk melakukan aksi peduli lingkungan. Kami tetap berkomitmen untuk melakukan peduli lingkungan di mana saja berada, meskipun sebatas mengolah limbah.”

Mengolah limbah?

Ya, apa yang dilakukan Kang Opik sudah sesuai dengan slogan yang selama ini kita kenal untuk penyelamatan lingkungan. Yakni: REduce, REuse, REcycle, dan REplace.

REduce berarti mengurangi semaksimal mungkin penggunaan bahan-bahan yang tidak ramah dengan lingkungan. REuse yaitu mempergunakan kembali barang-barang yang masih dapat dipergunakan. REcycle adalah mendaur ulang atau mengolah sampah menjadi sesuatu barang baru yang dapat dipergunakan dan penuh manfaat. REplace yakni mengganti barang-barang yang tidak mudah diurai dengan penggunaan bahan lain yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, penggunaan styrofoam diganti kertas minyak, pemakain tisu ‘diganti’ dengan kebiasaan menggunakan sapu tangan, dan sebagainya.

[caption caption="Lukisan di limbah kaleng minuman menjadi souvenir artistik dan berharga di acara Kaukus Ekonomi Hijau pada Maret 2016 kemarin. (Foto: WEGI)"]

[/caption]

[caption caption="Taufik Kurohman (kiri) menyerahkan lukisan di bekas kaleng minuman kepada Iskandar Zulkarnaen Lubis selaku Humas PT Semen Padang (kanan), baru-baru ini. (Foto: Susindra/WEGI)"]

[/caption]

Aksi Kang Opik, ‘Pendekar Kaleng’ asal Sukabumi yang menyelamatkan bumi ini, tentu harus kita apresiasi, apalagi kaleng bekas minuman itu konon membutuhkan waktu antara 50 sampai 100 tahun agar bisa terurai kembali.

Jadi, kapan kamu bisa tiru Kang Opik, selamatkan bumi?

Atau minimal, pesan dan beli lukisan dari bekas kaleng minuman itu …

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun