Menurutnya, kegiatan PPLS sudah berlangsung selama dua tahun. Segala kegiatan yang menyangkut peduli lingkungan hampir semua sudah dilakukan. Workshop PPLS ada di kediaman Kang Opik, yaitu di Puri Cibeureum Permai 2 Blok OO RT 8 RW 10 Kelurahan Babakan, Sukabumi, Jawa Barat.
“Hanya saja, baru enam bulan belakangan ini, kami mengerjakan lukisan dari kaleng-kaleng minuman bekas. Alhamdulillah, sejak masa-masa keberadaan kertas semakin sulit diperoleh, kami melakukan inovasi ke limbah plastik, lalu kaleng minuman bekas, dan hasilnya menggembirakan. Makanya, enggak bisa disalahkan juga kalau saya menyebut diri saya ini sebagai ‘Pendekar Kaleng’. Boleh kan?” tuturnya sembari terkekeh seperti biasanya.
[caption caption="Taufik Kurohman, duduk bersila menggunakan topi merah ketika aksi #TrashFreeDay di CFD pada 20 Maret 2016, Bunderan HI, Jakarta. (Foto: WEGI)"]
Julukan ‘Pendekar Kaleng’ dari Sukabumi yang menyelamatkan bumi, memang laik disematkan kepada Kang Opik. Begini saja faktanya. Ketika saya dan Opik beserta komunitas WEGI lainnya melakukan aksi Hari Bebas Sampah dengan tagar: #TrashFreeDay di ajang Car Free Day yang dilangsungkan di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, 20 Maret 2016 kemarin, Opik penuh semangat menunjukkan kebolehannya.
Dengan duduk bersila di pinggir jalan, di bawah jembatan penyeberangan yang membentang di dekat Bunderan HI, Kang Opik yang sejak pagi sudah mulai mengumpulkan sampah-sampah kaleng minuman bekas, mulai beraksi!
Ia membuka tas kotaknya, yang ternyata berisi gunting seng, palu, paku, dan alat-alat lain yang biasa digunakannya untuk melukis di atas kaleng minuman bekas. Satu kaleng bekas minuman pereda panas dalam mulai ia gunting bagian sisi atasnya, memutar. Begitu juga dengan bagian bawahnya. Lalu, sisi samping kaleng pun diguntingnya. Untuk kemudian dibuka sehingga menjadi bentuk lempengan datar.
[caption caption="Aksi Taufik Kurohman melukis di limbah kaleng minuman menarik sejumlah warga masyarakat. (Foto: RA Wahyudi/WEGI)"]
[caption caption="Salah seorang aktivis PPLS tengah mengerjakan lukisan di limbah kaleng minuman. (Foto: PPLS)"]
Dari situ, mulailah ia mendesain gambar dengan pulpen. Lalu, mulailah ia mengetuk paku dengan palu di atas lempengan kaleng, mengikuti desain yang sudah sejak awal ia gambar. “Gambar-gambar yang saya dan teman-teman desain di atas kaleng minuman bekas ini biasanya gambar-gambar yang menarik. Mulai dari rumah adat, pegunungan, binatang, alam pepohonan, kendaraan dan masih banyak lagi. Tetapi, pada setiap gambar yang kami buat, selalu disisipkan pesan penghijauan. Mulai dari pesan menggalakkan tempat sampah, penghijauan, hingga slogan yang penuh semangat ‘Go Green’. Inilah yang menjadi ciri khas kami dari PPLS. Sekaligus ciri khas pekerjaan dari ‘Pendekar Kaleng’ asal Sukabumi,” ujar ayah dari Daffa Raditya Rinjani, 7 tahun ini.
Pada gelaran Car Free Day, 20 Maret 2016 kemarin, Opik berhasil membuat satu lukisan dari kaleng bekas minuman larutan penyegar pereda panas dalam. “Karena di kemasan kalengnya sudah ada gambar badak dan pohon, maka lukisan kalengnya kemudian disambungkan saja menjadi upaya untuk melestarikan badak dari kepunahan. Juga pepohonan yang harusnya semakin kita rawat dan jangan ditebang begitu saja. Lukisan kaleng ini kemudian ditambahkan dengan slogan ‘Lindungi Aku’. Maksudnya, lindungi si badak sekaligus pepohonannya,” jelas Opik yang sempat di-shoot video dan diunggah di sini.
Lukisan kaleng yang dihasilkan Kang Opik bersama rekan-rekan di PPLS, memiliki nilai seni artistik tinggi sekaligus nilai komersial yang juga meroket. Asal tahu saja, semakin hari, pemesan lukisan bekas kaleng minuman ini semakin banyak. Tidak saja dari seputaran Jawa Barat, tapi juga Jawa Timur dan Jawa Tengah. Malah, sudah ada pembeli dari Malaysia dan Singapura yang menyatakan minat untuk melakukan pembelian.