Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalimat Bijak dari Sejumlah Kompasianer

6 Maret 2016   11:31 Diperbarui: 6 Maret 2016   12:00 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, teladan bekerja.

Kompasianer dari Tanah Gayo ini memang sarat pengalaman dalam menukangi banyak pekerjaan. Tak salah, apabila setiap lisan yang keluar selalu laiknya intan permata mutu manikam. Kaya arti, bahkan apabila dibaca sekilas saja, tanpa harus diresapi.

Simak saja penuturan Muhammad Syukri, tentang apa yang disebutnya sebagai modal kerja.

Bapak penggila kopi ini berujar, “Modal bukan semata-mata uang, tetapi lahan dan tanaman [plus semangat]”. Luar biasa! Tertanam kata “semangat” dalam kalimat itu. Sesuatu yang membuatnya selalu mampu menjalani pekerjaan sehari-harinya sebagai pejabat publik, sekaligus mencari-cari waktu luang untuk menulis, dan mengunggahnya di Kompasiana.

Masih soal semangat, Pak Syukri yang selalu rajin memasyarakatkan keunggulan Kopi Gayo ini pernah menunjukkan daya juang tak bertepi. Kala itu di Ubud, Bali. Kejadiannya, manakala kita usai melakukan tracking wisata arung jeram. Selesai menguras tenaga dengan mengarungi arus yang deras diantara bebatuan terjal, untuk kemudian kembali ke kantor pengelola wisata, kami harus mendaki bukit yang tinggi sekali. Meski sudah dibuatkan anak tangga, tapi karena tingginya bukit tersebut sangat ajib, maka benar-benar membuat napas tersengal-sengal bahkan hampir putus. Nah, disinilah Pak Syukri menunjukkan semangatnya. Meski usia sudah tak lagi muda, tapi justru beliau yang memompa semangat! Semangat untuk terus menapaki anak tangga. Naik menuju puncak yang rasanya hampir tak pernah terjangkau.

Saya bersyukur, sudah pernah diberi keteladanan “semangat” itu oleh Pak Syukri.

* * *

[caption caption="(Nufransa Wira Sakti mengingatkan bahaya zona nyaman. || Foto: Akun Facebook Nufransa Wira Sakti) "]

[/caption]

Beda lagi dengan apa yang pernah dituliskan Kompasianer senior Nufransa Wira Sakti. Kalimat bijaknya mengingatkan kita semua untuk senantiasa waspada terhadap suasana nyaman. Aneh ya, padahal bukankah kenyamanan itu yang justru kita udak-udak, kita buru?

Tapi, bagi Pak Haji Frans, justru zona penuh kenyamanan itu yang membuat sebuah organisasi terancam tamat. Ia mengistilahkan comfort zone sebagai silent killer, pembunuh yang beraksi secara diam-diam. Utamanya, di tengah perkembangan dunia digital yang sangat cepat perubahannya, zona nyaman harus diwaspadai.

Pikiran ini ternyata bukan melulu diingatkan oleh Pak Haji Frans. Ada juga pernyataan senada disampaikan oleh Steve Siebold. Dia ini milyarder yang juga menulis buku ‘How Rich People Think’. Siebold pernah bilang, kalau Anda ingin kaya raya, Anda harus siap dengan situasi yang tidak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun