Kalau pemirsa menyaksikan bagaimana ketika Najwa Shihab menanyakan hal tersebut kepada Gibran, silakan tonton disini, maka yang bisa dilihat adalah gesture Najwa Shihab yang menyangga dagunya di tangan.
![(Tayangan Metro TV program Mata Najwa episode Cerita Anak Jokowi, 24 Februari 2016. || Foto: Gapey Sandy)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/02/26/ok-11-56d03d5066afbde60a8b456c.jpg?v=600&t=o?t=o&v=555)
![(Tayangan Metro TV program Mata Najwa episode Cerita Anak Jokowi, 24 Februari 2016. || Foto: Gapey Sandy)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/02/26/ok15-56d03e8d66afbd7c0b8b4568.jpg?v=600&t=o?t=o&v=555)
Yang jelas, menurut Zaka Putra Ramdani SIKom dalam bukunya ‘Gesture | Mengungkap Makna Dibalik Bahasa Tubuh Orang Lain Dari Mikroekspresi Hingga Makroekspresi’, gerakan meletakkan tangan di dagu merupakan ungkapan perasaan bosan. Bisa jadi karena terlalu lama menyimak atau mendengarkan sehingga merasa tidak tertarik lagi dengan pembicaraan yang sedang dihadapi. (hal. 62)
Dalam talkshow, menempatkan posisi diri ‘sejajar’ dengan narasumber, tanpa ewuh pakewuh apalagi “meremehkan” adalah posisi ideal bagi pewawancara. Selain itu, tidak usah terlalu berlebihan melakukan “ice breaking”, apalagi sampai khusus menjalani perlawatan atau kunjungan pendekatan menjelang hari ‘H’ pelaksanaantalkshow sesuai jadwal yang diagendakan. Akibat buruknya, ya seperti episode‘Cerita Anak Jokowi’ ini. Kurang ada gregetnya, kecuali sekadar menampilkan‘show’ kepolosan anak-anak Presiden yang lurus-lurus saja jalan hidupnya, tanpa ada‘talk’Mata Najwa yang biasanya gahar.
Minimal, Najwa Shihab dan Mata Najwa seolah telah kehilangan obyektivitasnya pada episode kali ini.