Jujur, semua segmen yang ditayangkan Mata Najwa itu sah-sah saja adanya. Tapi, maaf, justru semua itu mengurangi sejatinya nilai sebuah talkshow, dimana episode ‘Cerita Anak Jokowi’ itu justru‘less talk’ dan‘more show’ saja.
Kalaupun hendak dianggap bahwa pertemuan Najwa Shihab dan tim Mata Najwa dengan utamanya Gibran di Markobar, Solo, sebagai sebuah upaya mengurangi kegugupan, ‘ice breaking’, saya pikir ini enggak tepat juga. Karena ‘ice breaking’-nya saya pikir terlalu berlebihan. Sehingga bukan saja ‘es yang mencair’, tapi hubungan kedekatan antara pewawancara dan narasumber menjadi semakin terbangun. Hasilnya? Najwa Shihab jadi seakan sungkan mengajukan pertanyaan kritis, nakal, dan menohok seperti biasanya.
Upaya yang dilakukan Najwa Shihab menghadapi Gibran, khususnya, sudah tepat. Pewawancara yang disebut-sebut memiliki mata indah ini (jauh-jauh hari) sudah menyiapkan banyak daftar pertanyaan. Memang, tidak semua ditanyakan. Tapi saya percaya, Najwa pasti sudah menyiapkan ‘amunisi’ pertanyaan yang cukup guna menghadapi narasumber sesulit Gibran.
Dalam buku yang saya pernah saya tulis ‘Terampil Wawancara | Panduan untuk Talkshow’(Grasindo, 2001), ada bab yang khusus menurunkan tulisan tentang narasumber talkshow. Diantaranya, narasumber yang pelit ngomong. (hal. 121)
Bagaimana mengatasi narasumber yang demikian? Singkat saja jawaban saya: Tergantung dari bagaimana pertanyaan yang diajukan ke narasumber.
Narasumber yang pelit ngomong memang sulit diterka, karena pelit ngomong itu sendiri bisa disebabkan berbagai alasan. Misalnya, yang sudah umum adalah karena narasumber menyembunyikan sesuatu, misalnya rahasia atau kegagalan, atau karena kehati-hatiannya yang berlebihan, sehingga narasumber cenderung ogah-ogahan dalam menjawab pertanyaan.
Narasumber pelit atau tidak pelit ngomong itu tergantung dari pertanyaan kita. Kalau pertanyaan kita merupakan statement (biasanya diajukan pewawancara tanpa disadari), tentu narasumber bisa pelit ngomong.
Misalnya, pertanyaan yang bagaimana?
Ya, seperti yang diajukan Najwa Shihab ke Gibran. Baca saja dua pertanyaan ini. Keduanya hanya mengandung jawaban ‘Ya’ atau ‘Tidak’. Ini buktinya:
NAJWA SHIHAB: Ada yang menilai, kok anak pertama Pak Jokowi kayaknya sombong ya, kok kayaknya sepa ya, inget enggak waktu itu sempat ada penilaian-penilaian itu?