Adapun penamaan untuk motif-motif Batik Banten, biasanya diambil dari nama toponim desa, desa kuno, nama gelar bangsawan atau sultan, dan nama tata ruang istana kerajaan Banten. Begitu pula pada corak, yang identik dengan cerita sejarah yang mengandung filosofi (penuh arti) pada motifnya dengan bermakna intelektual bagi pemakai bahan dan busana Batik Banten.
[caption caption="Uke Kurniawan (kanan) ketika memamerkan Batik Banten pada pameran OVOP atau One Village One Product. || Foto: kemenperin.go.id"]
[caption caption="Pengunjung melihat-lihat Batik Banten di Griya Banten. || Foto: Gapey Sandy"]
Tak heran, muncul nama-nama motif Batik Banten produksi Uke yang sudah dipatenkan. Seperti Motif Madhe Mundu yang merupakan nama tempat tata kota bangunan ruang istana siang keraton. Motif Kapurban yang filosofinya adalah nama gelar yang diberikan kepada Pangeran Purba dalam penyebaran Agama Islam. Motif Surasaji yang artinya kejayaan pemerintahan kesultanan Banten hingga Sultan memperoleh gelar yang gagah berani. Motif Pasulaman yang merupakan nama tempat dimana pengrajin sulaman berada di lingkungan Kesultanan Banten. Motif Kebalen yang bermakna nama tata ruang kota kesultanan Banten, tempat perkampungan masyarakat asal Bali.
Ada juga Motif Tambakbaya yang secara filosofis berarti nama tata ruang istana bangunan ruang tempat penjagaan malam keraton. Motif Kawah Kawis yang berarti nama tempat vulkanisnya Gunung Krakatau membentuk lubang pada bebatuan karang menjadi kawah karang yang besar dan unik. Motif Paseban yang filosofinya berarti nama tata ruang kerja Kesultanan Banten tempat menghadap Sultan. Motif Pasepen yang bermakna nama tempat tata ruang istana tempat Sultan Maulana Hasanuddin melakukan meditasi di Kesultanan Banten. Atau, Motif Pasewakan yang secara filosofis bermakna nama tempat upacara sarasehan yang dilakukan oleh para raja atau sultan setiap Hari Senin di lingkungan istana.
“Sampai saat ini saya sudah memproduksi sekitar 250-an motif Batik Banten. Dari jumlah itu, 130-an motif sudah dipatenkan, diantaranya 50 motif dipatenkan oleh Arkeologi Nasional, dan 80 motif lainnya dipatenkan oleh Fakultas Sastra UI. Sedangkan sisanya, sekitar 120-an motif masih belum memiliki hasil disertasi dari Fakultas Sastra UI, atau dengan kata lain belum ada pengertian filosofisnya,” tutur Uke yang lahir di Serang, 6 November 1958.
[caption caption="Motif Batik Banten di Griya Batik Banten milik Uke Kurniawan. || Foto: Gapey Sandy"]
Berbagai motif yang menjadi desain Batik Banten produksi Uke, kebanyakan memiliki nilai monumental. “Motif Batik Banten yang saya produksi memiliki ciri khas monumental. Misalnya, Golok Jawara, Benteng Surosowan, Menara Masjid Agung Banten, dan Bandara Soekarno-Hatta. Saya tidak memproduksi batik dengan motif makhluk hidup, seperti misalnya unsur hewan. Meskipun itu Badak Bercula Satu yang merupakan hewan khas yang ada di Banten. Alasannya? Karena motif makhluk hidup tidak akan disukai masyarakat Banten. Kenapa? Karena tidak akan bisa dipakai untuk shalat karena memiliki motif makhluk hidup,” ungkap Uke yang memperoleh kehormatan dijuluki ‘Guru Batik Nusantara’ oleh pihak Swiss German University (SGU).
Karena berlandaskan ragam hias yang didasari pada Artefak Terwengkal itu, maka Uke menampik bahwa Batik Banten produksinya ada yang bermotifkan kuliner khas Banten, misalnya.
“Untuk motif kuliner khas Banten, mungkin produksinya sudah ada, yakni seperti yang diproduksi oleh Batik Krakatau yang ada di Kota Cilegon. Nah, sedangkan untuk Batik Keraton Banten yang ada di dekat Masjid Agung Banten itu adalah milik Sultan Banten, sehingga khusus mengangkat motif keratin maupun segala hal tentang kesultanan,” jelas Uke yang pernah meraih berbagai penghargaan mulai dari Upakarti, OVOP Bintang 4 bahkan siap meraih Bintang 5, juga Penghargaan Kualitas dan Produktivitas Paramakarya 2015 dari Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi RI yang langsung diserahkan oleh Presiden RI Joko Widodo.
Kiprah Uke semakin menyatu dengan Batik Banten karena ia kemudian sukses membina para pengrajin batik. Hampir di setiap sudut Banten, sudah ada pengrajin binaannya yang sukses. “Untuk saat ini, sudah banyak sekali pengrajin batik yang ada di Banten. Para binaan saya sendiri sudah ada sampai ke seantero Banten, mulai dari Lebak, Tangerang, Pandeglang, Cilegon dan lainnya,” ujar Uke yang mengaku pernah dijuluki ‘Guru Batik Nasional’ oleh Redaksi Kompas pada 2013 lalu.