“Saya asli Rancaengkek. Sehari-hari, ya bekerja sebagai bahagian pengurus masjid ini. Petugas Imam Rawatib ada dua orang, satu lagi sedang masa libur. Karena, kami bekerja di sini selama satu minggu penuh. Artinya, satu minggu full bekerja di masjid ini, dan satu minggu berikutnya libur. Jadi, bergantian,” tutur Sutriya.
Dengan ramah, Sutriya menjelaskan bahwa layanan barang tertinggal ini sudah sejak satu tahun yang lalu dilaksanakan.
“Etalase kaca ini kami sengaja pesan dan pajang di sini. Kami selalu menguncinya dengan rapat. Layanan ini sudah kami laksanakan sejak sekitar satu tahun yang lalu. Semua barang-barang berharga ini sudah ada yang berusia empat bulan, enam bulan, sampai satu tahun. Kebanyakan dari barang-barang ini tertinggal di tempat berwudhu, dan juga di dalam masjid. Mulai dari jam tangan, gelang, kalung, topi, tas sampai sepatu juga ada,” jelasnya.
Ia menambahkan, setiap barang-barang pengunjung yang tertinggal dan ditemukan, biasanya selalu disampaikan kepada pengurus masjid. Nah, hasil temuan ini kemudian dicatat dalam buku rekapitulasi barang-barang tertinggal.
“Catatannya harus rinci, mulai dari kapan ditemukan, hari apa, jam berapa, di sebelah mana ditemukannya, bagaimana rupa barangnya, warnanya, mereknya, dan pokoknya lengkap semua. Tertulis dalam buku rekapitulasi yang selalu ada di dalam etalase kaca itu juga,” urai Sutriya yang menjelaskan bahwa ada sekitar sepuluh orang yang menjadi pengurus harian dari Masjid Al-Mi’raj ini.
“Begini. Sengaja kami catat secara rinci. Supaya, ketika ada pengunjung yang melapor dan merasa kehilangan barang-barang berharga miliknya, dapat dicocokkan dengan laporan temua yang kami catat itu. Apabila, terindikasi ada ketidakcocokan antara barang-barang berharga yang diakui sebagai miliknya, dengan hari dan tanggal kapan kehilangannya, maka ini akan sangat kami jaga kehati-hatiannya. Tidak akan begitu saja orang yang mengaku kehilangan arloji misalnya, dapat menunjuk bahwa arloji di etalase itu adalah miliknya. Karena, kami semua punya catatan penemuan dan estimasi waktu kapan terjadi kehilangan atau ketinggalannya,” papar Sutriya.
Sutriya tidak menampik pernah beberapa kali ada orang yang bermaksud dengan meminta kembali barang yang diakui sebagai miliknya dan tertinggal di seputaran masjid. “Tapi setelah dilakukan pengecekan silang dengan apa yang tercatat di buku penemuan barang tertinggal, apa yang disampaikan oleh yang bersangkutan tidak sinkron. Akhirnya, yang bersangkutan menjadi malu, dan malah mengatakan, mungkin ketinggalannya di tempat yang lain, bukan di masjid ini,” cerita Sutriya sembari tersenyum.
Kepada penulis, Sutriya berpesan untuk menginformasikan kepada publik, barangsiapa yang merasa barang-barang berharganya tertinggal di seputaran masjid, utamanya di tempat wudhu atau di dalam ruang peribadatan, untuk mencatat secara rinci kapan, tanggal, dan jam kehilangan. Termasuk mencatat, apa jenis, merek, warna dan barang-barang yang tertinggal.
“Kapan waktu pengunjung bisa mampir ke sini lagi, dan melaporkan rincian kehilangannya kepada kami. Apabila barang tersebut memang ditemukan, dan diserahkan langsung kepada pengurus masjid, maka insya Alloh, barang yang tertinggal itu akan tetap tersimpan rapi dan aman,” jamin Sutriya seraya menyebutkan nomor telepon pengurus masjid yang bisa dihubungi yaitu (022) 88886628.