Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jokowi Kebut Pembangunan 7 Pos Lintas Batas Negara [#6 habis]

1 Januari 2016   19:26 Diperbarui: 4 April 2017   17:26 6730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selesai mengunggah ke Kompasiana, tulisan laporan kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di NTT, saya sempat melirik arloji, wah … sudah masuk Senin, 28 Desember 2015, jam 02.00 pagi. Mas Isjet juga masih belum tidur, sibuk menulis hal yang sama. Sebelum berangkat tidur, saya menemukan secarik kertas yang terselip dari bawah pintu kamar Hotel Sotis, Kupang, tempat kami menginap.

Saya baca tulisan pada kertas itu. Intinya memberitahukan, agar besok jam 08.00 pagi seluruh wartawan dan BLOGGER KOMPASIANA peliput kunker Presiden Joko Widodo sudah harus check out dan stand by di lobby hotel. Apabila ada barang-barang yang akan ditempatkan di bagasi pesawat, letakkan saja di depan pintu kamar hotel, karena pada jam 07.00 akan diambil petugas dan langsung dibawa ke bandara.

Pesan itu juga berbunyi, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo akan meninggalkan Hotel Sotis menuju Bandar Udara El Tari, Kupang, pada jam 08.15 wita.

Ya, agenda kunker hari terakhir ini adalah menuju Kabupaten Belu, sekitar 279 kilometer dari Kupang, menuju ke pos perbatasan dengan Timor Leste. Menggunakan dua unit pesawat CN-295 milik TNI AU, perjalanan menuju Bandar Udara A.A. Bere Tallo di Belu, ditempuh hanya dalam tempo kurang dari satu jam.

(ATAS: Presiden Joko Widodo di Pos Lintas Batas Negara Motaain. BAWAH: PLBN Motaain yang berbatasan dengan Timor Leste. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Turun dari pesawat, rombongan disambut hujan. Dan ketika semua rombongan kepresidenan sudah memasuki kendaraan masing-masing, segeralah iring-iringan kendaraan mengarah ke Desa Fetuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak, lokasi dimana groundbreaking pembangunan Bendungan Rotiklot segera diresmikan Presiden Joko Widodo.

Usai meresmikan groundbreaking Bendungan Rotiklot, rombongan kepresidenan bergerak lagi menuju wilayah perbatasan RI dengan Timor Leste. Tepatnya di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Desa Motaain, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten/Kota Belu. Tiba di lokasi, Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo langsung menyimak pemaparan rencana pembangunan tujuh PLBN Terpadu di berbagai wilayah di Indonesia, seperti di Entikong, Nanga Badau, Aruk, Motaain, Matamasin, Wini, dan Skouw.

PLBN Terpadu merupakan pos pemeriksaan lintas batas orang dan barang keluar masuk batas wilayah negara. PLBN merupakan bangunan yang menyelenggarakan fungsi keimigrasian, kepabeanan, karantina, keamanan, dan fungsi-fungsi lain yang diperlukan.

“Pembangunan gedung kantor perbatasan dilakukan karena kantor yang ada saat ini sudah tidak layak. Padahal semestinya, kantor perbatasan menjadi gerbang terluar Indonesia yang harus nampak bagus dari negara tetangga. Sudah terlalu lama wilayah perbatasan menjadi wilayah terluar dan sering dikesampingkan pengembangannya. Malah, terkadang kantor yang berada di wilayah perbatasan tak ubahnya seperti kantor kelurahan,” tutur Presiden Joko Widodo.

(PLBN Motaain yang berbatasan dengan Timor Leste. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Selain meninjau proyek pembangunan PLBN Terpadu Motaain yang berdiri di atas lahan seluas 8,03 hektar dan luas bangunan 8.554,12 m2, Presiden Joko Widodo juga melihat secara langsung garis batas perbatasan. PLBN Terpadu Motaain dikerjakan PT Waskita Karya dengan nilai kontrak lebih dari Rp 82 miliar, dan diharapkan rampung pengerjaannya pada 26 Oktober 2016. Di sini, nampak sejumlah prajurit militer dari kedua negara saling menjaga wilayah territorial masing-masing. Selain, ada aktivitas ekonomi yang berdenyut dalam bentuk terminal angkutan umum, pasar dan sebagainya.

“PLBN Terpadu Motaain akan menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru. Sekaligus, kita menginginkan arus barang dari Indonesia ke Timor Leste jumlahnya semakin banyak. Jangan malah sebaliknya. Ini akan menjadi contoh bahwa yang namanya muka terdepan itu diperlukan. Baik sebagai kebanggaan Bangsa Indonesia, maupun dari sisi ekonomi sebagai titik pertumbuhan ekonomi guna mendorong ekspor dari Indonesia ke negara tetangga,” urai Presiden Joko Widodo.

Tujuh Pos Lintas Batas Negara yang Modern

Dari buku panduan yang diterbitkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Dirjen Cipta Karya disebutkan, pertama, konsep desain PLBN Terpadu Motaain akan memiliki bentuk atap yang mengadopsi atap tradisional Rumah Matabesi yang merupakan rumah adat masyarakat Belu. Ornamen Sun Shading pada atap bangunan pemeriksaan kendaraan pribadi mengadaptasi corak tenun setempat. Konsep penghematan energi diterapkan dalam penggunaan material kaca sebagai dinding yang meneruskan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami dan penggunaan warna terang untuk cat interior ruangan agar menghemat energi pemakaian lampu.

(Desain PLBN Terpadu Motaain. || Sumber: Kementerian PUPR Dirjen Cipta Karya)

Kedua, untuk PLBN Terpadu Entikong di Kabupaten Sanggau, Kaltim, yang berbatasan dengan Sarawak, Malaysia, dijadwalkan selesai pada 3 Desember 2016. Luas lahannya 8,03 hektar dan luas bangunan 19.493 m2. Kontraktornya PT Wijaya Karya, dengan nilai proyek Rp 152.491.000.000. Konsep desain atap bangunannya mentransformasi bentuk Rumah Panjang dan perisai Suku Dayak. Perisai merupakan bagian pertahanan NKRI yang melindungi. Sedangkan corak dan warna diterapkan pada bagian elemen dinding dan relief pada bagian pintu gerbang.

(Desain PLBN Terpadu Entikong. || Sumber: Kementerian PUPR Dirjen Cipta Karya)

Ketiga, PLBN Terpadu Nanga Badau di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar, memiliki luas lahan 8,8 hektar dengan luas bangunan 7.619 m2. Bertindak selaku kontraktor pelaksana adalah PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, dan dijadwalkan selesai pada 2016. Konsep desainnya sama dengan PLBN Entikong, mengadopsi Rumah Panjang.

(Desain PLBN Terpadu Nanga Badau. || Sumber: Kementerian PUPR Dirjen Cipta Karya)

Keempat, PLBN Terpadu Aruk yang berlokasi di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalbar, memiliki luas lahan 9,1 hektar dengan luas bangunan 4.118 m2. Bertindak selaku kontraktor pelaksana adalah PT Wijaya Karya, dan dijadwalkan selesai pada 2016. Konsep desainnya sama dengan PLBN Entikong dan Nanga Badau yang mengadopsi Rumah Panjang.

(Desain PLBN Terpadu Aruk. || Sumber: Kementerian PUPR Dirjen Cipta Karya)

Kelima, PLBN Terpadu Motamasin di Kabupaten Malaka, NTT, yang berbatasan dengan Timor Leste, dijadwalkan selesai 2016. Luas lahannya 11,29 hektar dan luas bangunan 30.788 m2. Kontraktornya PT Nindya Karya yang akan memasukkan unsur transformasi detail ornament atau pola pada desain bangunannya. Lantainya akan dibuat bernuansa natural dan kayu, serta dinding yang bermaterial batu. Sejumlah bangunan dirancang, mulai dari Gerbang Tasbara (Lintas Batas Negara), Bangunan Pemeriksaan Terpadu, Gedung Pemeriksaan Kargo Keberangkatan dan Kedatangan, Gudang Sita, Bangunan Utilitas, Bangunan Klinik, Kennel, dua Mess Pegawai, Wisma Indonesia, Gedung Utama PLBN, Jembatan Timbang, Tiang Bendera, dan Car Wash.

(Desain PLBN Terpadu Motamasin. || Sumber: Kementerian PUPR Dirjen Cipta Karya)

Keenam, PLBN Terpadu Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, yang berbatasan dengan Timor Leste, dijadwalkan selesai 2016. Luas lahannya 4,42 hektar dan luas bangunan 5.025,68 m2. Kontraktornya PT Pembangunan Perumahan yang akan unsur lokal dalam pemilihan material dan filosofi desain. Material batu merah banyak terdapat di Kecamatan Insana Utara. Selain untuk menunjukkan lokalitas, penggunaan material lokal juga merupakan salah satu usaha konstruksi hijau (green construction). Lopo merupakan bangunan khas Kabupaten Timor Tengah Utara, dan diletakkan di depan bangunan utama sebagai simbol kawasan.

(Desain PLBN Terpadu Wini. || Sumber: Kementerian PUPR Dirjen Cipta Karya)

Ketujuh, PLBN terpadu Skouw yang berada di Kecamatan Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, dan berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Lahan PLBN ini seluas 10,7 hektar dengan luas bangunan 7.619 m2. Kontraktor pelaksananya adalah PT Nindya Karya, dan dijadwalkan rampung pada 2016. Desain PLBN Terpadu Skouw menggunakan desain bangunan Rumah Tangfa, yang merupakan ciri rumah pesisir di daerah Skouw. Bentuk atapnya seperti perisai dan memiliki dua ruang panjang untuk masyarakat berkumpul, sedangkan bagian tengahnya dimaksudnya untuk sirkulasi.

(Desain PLBN Terpadu Skouw. || Sumber: Kementerian PUPR Dirjen Cipta Karya)

Selesai berkunjung ke PLBN Terpadu Motaain, rombongan kepresidenan segera kembali ke Bandar Udara A.A. Bere Tallo, Belu. Namun kali ini, tidak menyusuri rute yang sama ketika berangkat. Jalan yang dilalui adalah jalan yang lebih pendek jarak tempuhnya, dan sambil mobile sekaligus meninjau proyek pelebaran jalan yang semula 4,5 meter menjadi 7 meter.

Proyek pelebaran jalan dari dan ke PLBN Motaain ini memang masih dalam tahap pelaksanaan. Saya sendiri melihat, sebagian bukit ada yang sengaja dipotong untuk membuka rute jalan lebih lebar lagi, sebagian menguruk bukit, dan sebagian lain sudah mulai dilaksanakan pengaspalan jalan. Kiranya, apabila jalan ini sudah lebar, akan terasa lebih nyaman dilalui. Hanya tinggal menambahkan penerangan jalan, yang mungkin bisa diusahakan dengan menggunakan tiang lampu-lampu panel surya, dan sebagainya.

Tiba di Bandar Udara Belu, tanpa berlama-lama lagi, Presiden Joko Widodo beserta rombongan termasuk wartawan dan BLOGGER KOMPASIANA peliput kunker langsung terbang kembali menuju Kupang, menggunakan dua unit pesawat CN-295 milik TNI AU. Di Kupang, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Irian Joko Widodo sudah ditunggu ribuan massa umat Kristiani yang hendak merayakan Natal Bersama Nasional 2015 di alun-alun rumah jabatan Gubernur NTT.

Usai perayaan Natal Bersama Nasional, sebelum terbang kembali ke Jakarta, Presiden Joko Widodo menyempatkan hadir pada acara Bakti Sosial yang diselenggarakan para relawan di SMAN 1 Kupang.

(Jalan menuju ke PLBN Motaain yang terus diperlebar menjadi 7 meter. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Naik ‘Air Force One’ Indonesia

Akhirnya, waktu kepulangan tiba. Terbayang kan, bagaimana Presiden Joko Widodo ini mengisi agenda kunker hari kedua, dengan begitu padat bahkan nyaris tiada waktu sela. Sejak PAGI sudah terbang ke Belu. SIANG meninjau pos perbatasan Motaain. Menjelang SORE menghadiri perayaan Natal Bersama Nasional, dan bakti sosial bersama relawan. Menjelang MALAM kembali ke Jakarta. Semua dilaksanakan demi percepatan pembangunan Indonesia, sekaligus hadir untuk menyapa dan menambah kedekatan dengan rakyatnya dimana saja berada.

Sesuai jadwal, rombongan kepresidenan akan kembali ke Jakarta dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan. Pesawat berwarna badan biru muda dan putih, dengan garis pita bendera Merah Putih yang memanjang, memang dijadwalkan akan take off dari Bandar Udara El Tari, Kupang, pada jam 17.15 wita. Begitu terburu waktu, bahkan ketika turun dari kendaraan masing-masing, semua rombongan kepresidenan termasuk wartawan dan BLOGGER KOMPASIANA yang meliput kunker langsung melewati terminal tunggu bandara, dan menuju tangga pesawat.

Jelas beda dong, tangga yang dinaiki Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo langsung menuju pintu depan pesawat, sementara rombongan lain harus naik tangga dan masuk lewat pintu belakang. Wheeeewwwww … inilah pengalaman pertama naik “AIR FORCE ONE” INDONESIA. Ketika langkah kaki satu per satu menaiki tangga, rasanya semakin ingin buru-buru masuk ke Pesawat Kepresidenan. Tidak sabar rasanya, pingin tahu bagaimana suasana di dalamnya itu loh, cyyiiiinnn ...

(Dari Kupang kembali ke Jakarta naik Pesawat Kepresidenan. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Menurut penjelasan salah seorang staf Biro Pers Kepresidenan, ruang kabin Pesawat Kepresidenan ini terbagi tiga. Paling depan adalah ruang khusus untuk Presiden dan Ibu Negara, lalu bagian tengah untuk para menteri dan staf kepresidenan, sedangkan di bagian belakang adalah untuk anggota rombongan lain termasuk para jajaran Paspamres. Kabin bagian belakang ini saja yang bisa nikmati, maklum jatah kursinya ya di bagian belakang … hahahahaaa.

Ruang bagasi barang di atas tempat duduk, sama persis dengan pesawat-pesawat komersial pada umumnya. Saya buru-buru memasukkan satu tas ransel berisi pakaian dan MacBook, dan satu tas kamera ke bagasi di atas kepala itu. Lalu mencari-cari kursi mana yang seharusnya saya tempati. Rupanya, setiap kursi sudah ada namanya yang ditempelkan di bahagian sandaran kepala. Termasuk, kursi untuk staf Paspampres juga tertera namanya.

Satu baris kursi, ditempati tiga penumpang. Iskandar Zulkarnaen (Mas Isjet) selaku admin Kompasiana, memilih duduk dekat jendela. Saya di tengah, dan di sisi kanan adalah seorang anggota Paspampres berkemeja batik lengan panjang dengan warna dominan merah hati. Tak lama duduk, pramugari sudah membagikan sapu tangan berbahan handuk yang basah, untuk membersihkan wajah dan tangan. Segar rasanya. Disusul kemudian makanan ringan, dan aneka minuman pilihan.

(ATAS: Brosur Keselamatan Penumpang di Pesawat Kepresidenan. BAWAH: Sabuk pengaman dengan lambang Burung Garuda. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Perjalanan menuju Jakarta menggunakan Pesawat Kepresidenan ini menghabiskan waktu 2,5 jam. Sepanjang perjalanan, seluruh penumpang diladeni santap malam oleh pramgari. “Bapak, menunya mau nasi dengan ikan, atau nasi dengan daging sapi?” tanya pramugari. Tanpa perlu pikir panjang, kita bertiga ternyata pilihannya sama, nasi dengan lauk ikan. Saya membayangkan, cita rasa menunya pasti akan sama yummy-nya dengan ketika 100 Kompasianer dijamu makan siang oleh Presiden Joko Widodo pada Sabtu, 12 Desember 2015 lalu. Ternyata, tebakan saya tidak salah. Segera saja seporsi nasi dengan menu ikan ditambah lagi capcay seafood segera ludes tanpa sisa. Karena sudah kenyang, saya tidak menyentuh sama sekali roti tawar bulat yang sudah disiapkan dua selai.

Secara umum, suasana di dalam Pesawat Kepresidenan sama dengan pesawat komersial biasa. Eh, tapi ini pada kabin bagian belakang loh, enggak tahu juga kalau di bagian tengah dan depannya sana. Hanya saja memang fitur-fitur berlambang kenegaraan begitu mencolok. Mulai dari jepitan sabuk pengaman yang berwarna kuning keemasan dan berlambangkan Burung Garuda, brosur petunjuk keselamatan yang juga bercirikan lambang kenegaraan dengan bintang, padi dan kapas lalu bertuliskan Republik Indonesia, televisi touch screen pada sandaran kepala yang dominan berwarna biru muda pada layarnya, lengkap dengan lambang kenegaraan yang sama, lalu layanan pada entertainment yang lumayan handal.

(Melalui monitor touch screen yang dilengkapi kamera bisa melihat aktivitas Pesawat Kepresidenan. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Ambil contoh, headphone yang disediakan sangat stereo dan berkualitas bagus, pilihan hiburan musik dan film yang sangat variatif. Juga, dilengkapi kamera CCTV yang dipasang pada bagian ekor pesawat sebelah atas, sehingga tayangan pesawat berjalan di landas pacu, dan ketika melayang terbang di angkasa, dapat dilihat melalui televisi. Saya melirik ke kiri, Mas Isjet rupanya asyik memilih film yang akan ditontonnya. Tapi begitu film setengah main, hihihihiiii … Mas Isjet justru tertidur pulas. Mungkin dia kenyang dan lelah. Sedangkan ketika saya melirik ke kanan, rupanya staf Paspamres di sebelah saya, justru asyik memilih untuk menikmati alunan album musik Slank. Wuuuiiihhh … seleranya mantap, ‘Ndan!

Fitur lain adalah informasi yang ditayangkan tentang peta dan perbedaan waktu yang berlaku di dunia, pemetaan rute terbang dari Kupang menuju Jakarta, dan informasi tentang kecepatan terbang, suhu udara di luar, dan sebagainya. Harap dicatat, tidak ada peragaan pemasangan sabuk pengaman, pemasangan pelampung, masker bernafas dan lainnya, seperti yang biasa diperagakan para pramugari di pesawat komersial. Semua langsung tayang melalui video saja. Pokoknya, semua fitur ini sangat menyenangkan dan informatif.

(ATAS: Monitor touch screen di Pesawat Kepresidenan. BAWAH: Menu makan di Pesawat Kepresidenan. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Tetap sesuai jadwal penerbangan yakni 2,5 jam, Pesawat Kepresidenan mendarat di Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Begitu pesawat mendarat, seluruh Paspampres yang duduk satu kabin dengan wartawan dan BLOGGER KOMPASIANA peliput kunker Presiden, langsung berdiri dan bersiap untuk turun dari pesawat. Ya, tugas sudah menanti mereka, menjaga keamanan dan keselamatan dari ‘orang nomor satu’ di Indonesia.

Selamat sampai di tujuan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo. Selamat mempersiapkan agenda kerja berikutnya. Kepada seluruh staf Paspamres. Kebanggaan sudah barang tentu tersemat untuk seluruh ‘Pasukan’. Siap!   (habis)

 

o o o O o o o

 

(Foto #1: Presiden Joko Widodo di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Motaain. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun