Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Naik Tiga Jenis Pesawat Ikuti Kunker Jokowi ke NTT #5

31 Desember 2015   12:13 Diperbarui: 31 Desember 2015   12:13 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak berlebihan kalau wartawati profesional selevel Sonya Helen dari KOMPAS mengatakan, “Ternyata, mengikuti kunjungan kerja (kunker) Jokowi ke NTT, lebih berat dari bayangan saya semula. Saya sengaja pilih ikut kunker ke NTT dibandingkan ke Papua, karena awalnya saya pikir akan lebih ringan kerja peliputannya”.

Seingat saya, dua kali Sonya mengatakan hal yang sama. Pertama, ketika sedang berada di lobby Hotel Sotis, Kupang, tempat Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menginap. Sekaligus tempat menginap sembilan wartawan dan BLOGGER KOMPASIANA yang ikut serta melakukan peliputan. Kedua, ketika baru saja “tancap gas” alias di atas kendaraan mini bus yang membawa rombongan jurnalis dan blogger peliput, usai melakukan reportase di Pos Motaain, perbatasan Republik Indonesia dengan Timor Leste di Kabupaten Belu, Nusa Tengga Timur (NTT).

Apa yang disampaikan Sonya, enggak salah. Selama di NTT, 27 – 28 Desember 2015, jadwal yang sudah dirancang oleh protokoler Istana Kepresidenan memang sangat padat dan ketat. Hampir tak ada sela waktu untuk bersantai. Apalagi, melakukan peliputan lain di luar jadwal, semisal meliput kuliner khas NTT, wisata eksotik NTT … aiiiihhh, enggak sempeeeet. Kita semua diburu waktu, hiks hiks ... Malam hari baru masuk kamar hotel. Itu pun enggak bisa langsung tidur. Harus segera nulis, edit foto dan upload ke KOMPASIANA.

(ATAS: Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menyimak penjelasan tentang proyek pembangunan Bendungan Rotiklot. BAWAH: Para pekerja di lokasi bendungan. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Sebagai gambaran betapa padatnya jadwal dua hari kunker Presiden Joko Widodo ini, silakan baca tulisan sebelumnya. Tapi, bisa juga disampaikan sebagai contoh, pada hari pertama (Minggu, 27 desember 2015) kunker. PAGI, Presiden Joko Widodo meresmikan terminal penumpang di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo. SIANG, meninjau proyek PLTS di Kupang Tengah. SORE, meninjau salah satu sentra pengrajin tenun ikat. MALAM, dialog dengan Pemimpin Redaksi media-media lokal. Masih lanjut lagi, Presiden Joko Widodo menerima kunjungan relawan untuk melaporkan kegiatan aksi sosial.

Mungkin ini yang dimaksud Sonya sebagai berat. Jadwal padat, dan kita, para wartawan juga BLOGGER KOMPASIANA harus selalu dalam kondisi “siap tempur”, ikut kemana saja Presiden Joko Widodo pergi. “Aku pikir, kunker ke NTT ini hanya terfokus pada kehadiran Presiden Jokowi dalam rangka perayaan Natal Bersama Nasional saja. Kalau itu ‘kan, aku bisa sekalian ikut merayakannya. Enggak tahunya, hahahahaaa … kerja liputannya bahkan sampai ke pos perbatasan Indonesia dan Timor Leste segala,” seloroh Sonya ditimpali tawa para rekan awak jurnalis dan blogger lainnya.

Eh, apa yang disampaikan Sonya Helen benar adanya ‘loh. Bahkan Gubernur NTT Frans Lebu Raya menyatakan hal senada. “Perjalanan kunjungan kerja Bapak Presiden ini, ketat waktunya. Ini menunjukkan perhatian Bapak Presiden terhadap Nusa Tenggara Timur,” tukas gubernur ketika memberi sambutan pada perayaan Natal Bersama Nasional 2015 di alun-alun rumah jabatan Gubernur NTT, pada Senin, 28 Desember 2015.

Begitulah adanya, seru!

(ATAS: Presiden Joko Widodo meresmikan groundbreaking pembangunan Bendungan Rotiklot. BAWAH: Pemetaan lokasi bendungan dan jalur efektivitasnya. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Keseruan (dan keseriusan) mengikuti kunker Presiden Joko Widodo semakin bertambah, manakala lokasi yang dikunjungi pada hari kedua (Senin, 28 Desember 2015) adalah Kabupaten Belu. Tepatnya di Desa Fetuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak. Di sini, Presiden meresmikan groundbreaking pembangunan Bendungan Rotiklot yang memiliki daya tampung air 2,67 juta m3, sehingga diharapkan mampu mengairi irigasi 139 hektar dan 500 hektar lahan palawija. Selain itu, menjadi penyuplai air bersih untuk masyarakat Kabupaten Belu dan Pelabuhan Atapupu sebesar 40 liter per detik.

Dalam sambutannya Presiden Joko Widodo mengatakan, awalnya NTT hanya dijatah pembangunan dua waduk, tapi kemudian menjadi tujuh waduk. Bendungan Rotiklot ini adalah yang kedua, setelah Bendungan Raknamo yang diresmikan pembangunannya oleh Presiden Joko Widodo tahun kemarin.

“Baru satu tahun, saya sudah tiga kali ke NTT ini. Karena saya ingin, Provinsi NTT ini jangan sampai tertinggal oleh provinsi-provinsi lain. Kedaulatan pangan hanya bisa dicapai apabila kita memiliki lumbung-lumbung pangan. Sedangkan lumbung-lumbung pangan itu kuncinya hanya satu, harus ada air. Sampai kapan pun di NTT, berbicara pangan tidak akan bisa kalau kita tidak punya air. Air itu hanya akan ada, kalau kita punya bendungan dan waduk. Kuncinya hanya disitu. Selain itu, dibangun pula embung-embung yang besarnya hanya sekitar satu hektar, dan jumlahnya, saya pastikan akan dibangun lebih dari seratus embung di NTT ini. Kuncinya ya hanya itu, air. Pada musim hujan seperti ini, jangan sampai air dibiarkan lari ke laut. Harus ditampung, dicegat, supaya air tertampung di waduk, bendungan dan embung,” tutur Presiden Joko Widodo disambut tepuk tangan warga masyarakat dan tamu undangan.

(Penampakan plan desain Bendungan Rotiklot dari berbagai sudut. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Usai meresmikan groundbreaking pembangunan, Presiden dengan didampingi Ibu Negara, sejumlah menteri kebinet kerja terkait, dan Kapori serta Panglima TNI meninjau bakal lokasi Bendungan Rotiklot. Sejumlah pekerja lengkap dengan atribut keselamatan kerja tampak bersiaga di lokasi. Sejumlah alat berat sibuk membuka lahan. Posisi lahan bendungan, kalau saya perhatikan langsung, memang diapit dua bukit, dan bersambungan dengan Sungai Mota Rotiklot yang panjangnya 6,41 km dengan luas DAS mencapai 11,69 km2. Meskipun di lapangan, saya tidak melihat sama sekali ada genangan air atau sungai. Mungkin karena usai dilanda kemarau berkepanjangan.

Naik CN-295 Milik TNI AU

Oh ya, bisa saya sampaikan. Perjalanan rombongan kepresidenan dari Kupang ke Belu adalah menggunakan dua pesawat CN-295 milik TNI AU. Satu pesawat untuk Presiden dan Ibu Negara. Satu lagi untuk rombongan lain termasuk staf khusus kepresidenan, sejumlah Paspampres, dan wartawan serta BLOGGER KOMPASIANA yang meliput.

Penerbangan dari Bandar Udara El Tari (Kupang) menuju Bandar Udara A.A. Bere Tallo (Belu) menempuh waktu sekitar satu jam. Kalau saya contek dari GoogleMaps, jarak antara Kupang dengan Belu adalah sekitar 279 km, dan bila menggunakan jalan darat ditaksir menghabiskan waktu hingga 5 jam. Waaahhh … kalau bolak-balik pakai mobil, minimal butuh 10 jam. Habis dong waktunya hanya untuk perjalanan ulang alik Kupang – Belu. Padahal, Presiden dan Ibu Negara sudah dijadwalkan hadir pada perayaan Natal Bersama Nasional 2015 sekitar jam 14.00 wita.

(Penampakan teknis desain Bendungan Rotiklot. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Boleh cerita sedikit ya, naik CN-295 buat saya adalah pengalaman pertama. Happy? Heheheee … ya iyalah. Ini pesawat yang diproduksi PT Dirgantara Indonesia bekerjasama dengan Airbus Military, dan merupakan pengembangan tipe sebelumnya, CN-235. Dari referensi nationalgeographic.co.id yang saya baca, pesawat ini punya tingkat keandalan dan dukungan operasional tinggi. Pesawat yang berkonsep arsitektur pesawat fleksibel dengan penggunaan ganda untuk peralatan sipil dan militer ini, sudah terbukti di medan pertempuran dalam kondisi misi panas, padang pasir, kelautan, dingin atau bersalju.

CN-295 merupakan perpaduan teknologi sipil dan militer yang mendukung suksesnya misi-misi taktis. Ia menjadi alat angkut udara yang mampu lepas landas dan mendarat di lapangan pendek atau Short Take Off and Landing (STOL), dan landasan yang tidak dipersiapkan (CBR 3), serta mampu ‘menggendong’ beban seberat 9 ton. Kecepatan jelajah normalnya 260 knots (480 km/jam).

Tidak seperti Presiden dan Ibu Negara yang naik CN-295 dari pintu samping, KOMPASIANA bersama rombongan lain dipersilakan menuju ekor pesawat yang sudah terbuka, dan menjadi pintu masuk. Hup, hup … ada dua anak tangga dengan karpet biru yang dipersiapkan sebagai penyambung antara aspal landasan bandara dengan ‘lantai’ pintu masuk. Bagian belakang pesawat ini biasanya untuk tempat cargo atau barang logistik. Tempat duduknya saling berhadapan wajah alias menyamping seperti di angkutan perkotaan (angkot).

(ATAS: Wartawan dan BLOGGER KOMPASIANA peliput kunker Presiden Joko Widodo di NTT menuju pesawat CN-295. BAWAH: Ketika memasuki pesawat lewat koridor belakang. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Beranjak agak ke tengah pesawat, adalah jajaran kursi pesawat seperti biasa, warnanya dominan putih. Setiap barisan kanan kiri, ada dua kursi penumpang. Saya duduk bersebelahan dengan Mas Isjet, admin KOMPASIANA. Rupanya memang, di setiap sandaran kepala sudah ditempelkan nama-nama siapa saja yang bakal menduduki kursi, termasuk untuk rombongan ‘Wartawan dan BLOGGER KOMPASIANA’.

Di bahagian depan pesawat dibatasi sekat yang terbuat dari plastik warna putih susu sehingga tidak tembus pandang. Pastilah, di situ sebagai posisi untuk kursi penumpang kehormatan, selain juga ada pilot. Pramugari yang melayani berpakaian seragam biru muda dan bercelana panjang biru tua. Rambutnya digerai sebahu. Senyumnya selalu mengembang.

Pramugari membawa nampan yang di atasnya ada permen dan tisu basah. Aaaahhh … segera saja tisu basah menjadi suguhan yang sangat ditunggu. Menyegarkan sih, apalagi yang menyodorkan pramugari yang ehemmmmeh, ramah maksudnya ‘loch. Maklum, sebelum mesin pesawat menyala, hawa di dalam pesawat panasnya minta ampyuuuun bo’. Peluh berkucuran di wajah.

(Pesawat CN-295 milik TNI AU. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Untunglah tak berapa lama mesin pesawat menyala. Pada bagian atas tengah-tengah pesawat menyemburkan uap penyejuk ruangan. Aaaahhh … segaaaaar. Makin santai manakala pramugari berarloji kuning keemasan tadi keluar lagi dari balik sekat ruangan, untuk membagikan kotak makanan ringan lengkap dengan segelas air mineral. Hmmmm … nyam nyam.

Dari balik jendela pesawat, saya melihat cepatnya putaran baling-baling pesawat CN-295 ini. Di sebelah pesawat yang saya tumpangi, ada satu CN-295 lainnya yang membawa Presiden beserta Ibu Negara. Pesawat mereka tentu saja lebih dahulu ambil ancang-ancang di landasan dan take off, sementara pesawat kami membuntuti.

Eh, hitung punya hitung, sepanjang mengikuti kunker Presiden Joko Widodo di NTT selama tiga hari, maka tiga kali pula KOMPASIANA naik pesawat yang berbeda. Sewaktu berangkat, kita naik pesawat komersial maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA448 yang lebih dulu transit di Bandar Udara Internasional Juanda (Surabaya), sebelum lanjut ke El Tari (Kupang). Nah, kemudian naik CN-295 milik TNI AU. Dan nanti sore, pulangnya ke Jakarta, kita dijadwalkan untuk naik … eng ing eeeeeng, Pesawat Kepresidenan! Uuuppps, nanti ya dibahas soal yang satu ini.

(ATAS: Baling-baling dan pesawat CN-295. BAWAH: Suasana di kabin tengah penumpang pesawat CN-295. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Singkat kata, begitu mendarat di Bandar Udara A.A. Bere Tallo di Belu, rombongan kepresidenan disambut hujan rintik. Hanya sebentar, tapi lumayan mengusir debu dan cuaca panas. Perjalanan dilanjutkan menuju lokasi peresmian groundbreaking bendungan Rotiklot.

Sepanjang jalan banyak warga menyaksikan iring-iringan kendaraan rombongan kepresidenan. Sesekali, dari balik jendela mobil sedan hitam ‘INDONESIA 1’ yang ditumpangi Presiden dan Ibu Negara, terlempar kaos yang dibungkus plastik dan segera disambut antusias bahagia warga. Saya berpikir, karena memang mengejar waktu tempuh, maka kebiasaan sedan ‘INDONESIA 1’ yan membagikan buku-buku tulis pasti urung dilaksanakan. Sebagai gantinya, membagikan kaos-kaos itu dengan dilemparkan ke arah kerumunan warga yang kemudian bersorak-sorai kegirangan.

Ya, masa kecil Presiden Joko Widodo sebagai anak tukang kayu memang memprihatinkan. Jam belajarnya melebihi anak-anak seusianya yang mampu mengikuti berbagai les pelajaran tambahan. Karena kehidupan yang serba sederhana, Joko Widodo kecil yang tidak punya biaya untuk ikut les pelajaran tambahan, hanya bisa menambah waktu belajar dari jam 7 sampai 11 malam. Sementara teman-teman sekelasnya, hanya belajar dari jam 7 sampai 9 malam saja.

(Pesawat Kepresidenan yang ditumpangi BLOGGER KOMPASIANA tujuan Kupang – Jakarta, pada Senin, 28 Desember 2015. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Sebagai pemimpin Negara Indonesia yang berasal dari rakyat, tentulah Presiden Joko Widodo memahami benar arti ‘kekurangan biaya’ pendidikan. Makanya, dengan banyak membagi-bagikan buku tulis gratis, menjadi salah satu cara efektif Presiden Joko Widodo untuk turut berempati, dan merasakan benar, bagaimana penderitaan rakyat. Utamanya, masalah hak-hak rakyat dalam memperoleh pendidikan. (Bersambung yak: Pos Batas Motaain dan Naik Pesawat Kepresidenan)

 

o o o O o o o

(Foto #1 : Pesawat CN-295 milik TNI AU yang menjadi salah satu moda transportasi dalam menunjang efektivitas kunjungan kerja Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo beserta rombongan di NTT. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun