Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Inovasi Jembatan Ortotropik, Lebih Cepat dan Lebih Ringan

24 Desember 2015   22:21 Diperbarui: 24 Desember 2015   22:21 2389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana dari sisi durabilitas atau kekuatannya? Dijelaskan Redrik, dari sisi durabilitas, Jembatan Ortotropik malah dapat menyaingi performa Jembatan Beton Cor.

“Hanya saja, pada baja terdapat resiko korosi (pengaratan). Tapi, proses korosi dapat dihindari selama pengelola dapat melakukan proteksi terhadap baja. Misalnya, menjaga agar lingkungan di sekitar Jembatan Ortotropik tidak malah justru memicu korotif. Selain itu, perlakuan pelapisan cat pada baja juga harus benar dilakukan, atau sesuai dengan standar yang berlaku di dunia internasional. Perlakuan proses pelapisan cat pada baja memiliki standar yang tinggi. Apalagi, proses korosi yang terjadi pada kondisi alam Indonesia jelas berbeda dengan yang terjadi di luar negeri. Adopsi aturan luar negeri terhadap pelapisan cat baja ini yang belum dimodifikasi, sesuai dengan situasi dan kondisi alam Indonesia. Karena, untuk mengadopsi aturan dari luar negeri, kemudian memodifikasinya sesuai kondisi di Indonesia, sangat membutuhkan waktu dan penelitian panjang,” urainya.

(Pelaksanaan Pelat Ortotropik Baja Segmental untuk Lantai Jembatan Rangka Baja. || Sumber: Katalog Produk Litbang Jalan dan Jembatan)

Sejak produk Pelat Segmental Ortotropik diterapkan di Jembatan Baleendah, Bojongsoang, Bandung, pada enam tahun lalu, jembatan tersebut sengaja diujicobakan dengan segenap perlakuan. Misalnya, apabila Jembatan Ortotropik ini dibiarkan tanpa perawatan maksimal, akan seperti apa hasilnya di kemudian hari. Dampak dari berbagai perlakuan ini menjadi catatan penting, sekaligus memantau kondisi fisik dan nonfisik jembatan. Berbagai catatan ini menjadi penting dan dapat menjadi acuan, kelak ketika misalnya, Jembatan Ortotropik akan diterapkan di kawasan Pantai Utara Jawa (Pantura) yang memiliki arus lalu lintas ekstrim dengan banyaknya kendaraan bertonase berat.

“Sejauh ini, hasil ujicoba Jembatan Ortotropik di Bandung menghasilkan sebuah catatan. Begini. Kalau orang awam melihatnya, seperti ada retak dan mulai mengkhawatirkan. Tapi bagi kami, keretakan itu tidak mengkhawatirkan, karena kami punya instrumen-instrumen yang dapat menguji apakah kekuatan jembatan itu masih cukup baik atau tidak. Selama ini, semua respon kekuatan struktur jembatan masih bagus, hanya saja performa dan penampakan secara fisik yang terdapat keretakan itu jadi mengganggu. Secara teknis, dengan keretakan itu memang membuat banyak perkiraan, seperti misalnya, apakah terjadi gerakan-gerakan yang aneh pada sisi bawah jembatan? Untuk itu, kami sekaligus melakukan pemantauan dari sektor-sektor yang dipasang, atau melakukan uji kekuatan jembatan lagi, dan pengecekan lainnya. Tapi sejauh ini, pantauan menunjukkan bahwa Jembatan Baleendah tersebut masih dalam kondisi baik,” yakin Redrik.

Tak pernah berhenti, katanya lagi, sejak Jembatan Ortotropik diterapkan pada 2009, KemenPUPR terus melakukan pengujian-pengujian skala kecil untuk mensimulasikan secara dinamis beban riil yang juga beban bergerak di lapangan. Beban yang ada di atas Jembatan Ortotropik bukan beban diam, melainkan beban bergerak dalam bentuk arus lalu lintas yang padat. Di laboratorium, para peneliti bekerja mensimulasikan beban pada struktur jembatan, mulai dari skala kecil, menengah, hingga ekstrim yang mendekati bahkan melebihi kondisi di lapangan. Dari rangkaian pengujian tersebut, indikasi menunjukkan bahwa, keretakan yang terjadi di Jembatan Baleendah terjadi pada bagian sambungan. Tepatnya, sambungan pelat baja terhadap struktur jembatan yang ada di lapangan. Dari sini, perhatian semakin difokuskan untuk menemukan jawaban tentang bagaimana struktur sambungan yang paling pas.

Jembatan rangka baja seperti ortotropik, menurut Redrik, memang cukup fleksibel. Artinya, pergerakan yang terjadi cukup tinggi, dan bergeraknya pun fleksibel. Inilah yang membedakan dengan Jembatan Beton Cor yang kaku. “Boleh dibilang, pergerakan yang terjadi pada Jembatan Ortotropik itu lebih ektrim bila dibandingkan dengan jembatan-jembatan yang kaku, seperti beton cor. Karena itu, permasalahan pada beberapa jembatan yang memiliki rangka baja selalu terjadi pada bagian lantai, misalnya terlihat retak. Padahal, itu karena fleksibilitas gerakannya yang memang lebih tinggi,” jelasnya.

Solusi Asa Jembatan di Indonesia

Tak dapat dipungkiri, Jembatan Ortotropik dapat menjadi harapan atas solusi terbaik bagi kebutuhan jembatan di Indonesia. Karena memang, seperti dimuat pusjatan.pu.go.id, jembatan ini memiliki keunggulan yang tak dapat disangkal lagi. Mulai dari:

  • Dapat diterapkan untuk penggantian lantai semua jembatan rangka baja dengan penyesuaian panjang pelat.
  • Mempunyai berat yang lebih ringan hampir 50% dari beton.
  • Pemasangan lebih cepat dibanding dengan menggunakan beton cor yang membutuhkan waktu 28 hari.
  • Menghemat cukup banyak biaya karena pemasangan dapat dilakukan bertahap, sehingga tidak perlu menutup lalu lintas dan membuat jembatan sementara.

Meskipun, terdapat juga sejumlah kelemahan yang kiranya dapat terus disempurnakan seiring hasil ujicoba penerapan produk Pelat Segmental Ortotropik ini. Misalnya:

  • Kondisi jembatan yang eksisting dengan lawan lendut jembatan yang tidak sama tingkat kehalusan alinyemen vertikalnya tentu saja akan menyebabkan perlu dilakukan perhitungan yang teliti untuk menyesuaikan lokasi pelat dan lubang baut yang terikat ke bagian gelagar melintang.
  • Adanya indikasi retak yang mungkin terjadi pada semua lokasi akibat kelelahan bahan las dan komponen baut.
  • Belum selesainya pengkajian bagian perkerasan jembatan, sehingga ada kemungkinan kinerja kelekatan antara baja dengan perkerasan belum seperti yang ditunjukkan pada jembatan-jembatan di negara maju.

(Redrik Irawan ketika menerima penghargaan terkait solusi dan inovasi produk Pelat Ortotropik Baja Segmental. || Sumber: pusjatan.pu.go.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun