Ketika sedang menghadiri pembukaan Jambore Perpustakaan Kota Tangerang Selatan, yang secara resmi dibuka Walikota Airin Rachmi Diany, pada Senin 23 November 2015 di BSD City, tiba-tiba handphone saya bergetar. Kaget juga, ternyata dari Riris. “Tumben nelepon, ada apa gerangan?” pikir saya.
Hujan deras yang mengguyur arena jambore, membuat suara Riris hanya samar-samar. Tapi, masih cukup jelas saya mendengarnya: “Mas Fadliiiii. Aku barusan ditelepon orang (Tabloid) Nova. Katanya, aku menang Perempuan Inspiratif Nova 2015 (PIN 2015 – red). Semua ini berkat usaha Mas Fadli yang merekomendasikan saya. Makasih banyak ya Mas. Aku enggak nyangka banget. Pokoknya, suatu saat aku harus traktir Mas Fadli,” tutur Riris sembari terdengar tawanya yang renyah.
Spontan saya mengucapkan “Turut berbahagia”. Bahagia, karena Riris memang saya rekomendasikan untuk lulus seleksi dewan juri dan menjadi PIN 2015 kategori Teknologi. Perasaan happy, sukacita, itu wajar saja. Karena, konon dewan juri menyeleksi sekitar 2.000 perempuan yang direkomendasikan pada ajang saban tahun ini.
Pertanyaannya sekarang, siapa itu Riris?
Empunya nama panjang Yunita Riris Widawaty ini lahir di Tangerang, 7 Juni 1973. Ia meraih titel Sarjana (1998) dan Master (2003) dari Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Berlatarbelakang pendidikan ‘Perpustakaan’, bukan berarti Riris langsung terjun ke dunia kerja sebagai Pustakawan. Pada 2004 – 2010, ia justru menikmati pekerjaannya sebagai News Researcher di RCTI. “Kompetisi pemberitaan di media televisi, tidak melulu pada saat peliputan maupun penayangan beritanya. Tapi, persaingan justru sudah mulai terjadi sejak sebelum wartawan televisinya terjun ke lapangan. Caranya? Divisi News Researcher yang berperan memberi banyak ‘amunisi’ perbekalan informasi awal, dokumentasi media, arsip dan sebagainya. Jadi, pertempuran antar stasiun televisi berita, sebenarnya sudah bergulir sejak awal pada divisi tempat saya bekerja,” ujar Riris ketika jumpa pertama kali dengan saya.
Belakangan Riris kembali ke dunia perpustakaan, sesuai ‘kodrat’ dan latarbelakang keilmuannya. Ia menjabat Manajer Perpustakaan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) di Gading Serpong, sepanjang 2012 - 2014. Banyak prestasi terbaik diraih Riris. Salah satunya, terpilih sebagai Pustakawan Berprestasi Terbaik Nasional Tahun 2014.
Kini, Riris menclok lagi di tempat kerja barunya. Jabatannya, Kepala Perpustakaan Jakarta Multicultural School di Ciputat, Tangerang Selatan.
Lho, lantas apa hubungannya Riris dengan Teknologi?
Okey, untuk menjawabnya, tolong hentikan dulu membahas sepak-terjang pengalaman profesional Riris di blantika Perpustakaan. Nanti bisa rancu kalau itu diteruskan. Mari sekarang, kita telisik Riris dari sisi yang lain. Ia memang akrab dengan teknologi. Khususnya dunia Information and Technology (IT). Tepatnya, perempuan pemilik akun Facebook Riris Marpaung ini punya jabatan di dunia hi-tech. Ia merupakan Founder and Managing Director dari Gambreng Games.
Gambreng Games adalah pengembang game indie (independent), yang mengembangkan game untuk dijual (publish) sendiri, atau di-publish atau didistribusikan oleh pihak kedua. Adapun intellectual property game yang dikembangkan tetap dimiliki Gambreng Games.
Secara bisnis, Gambreng Games tentu membutuhkan partner usaha. “Melalui komunitas GDI (Game Developer Indonesia), kami berbagi informasi tentang pengembangan game di Indonesia, serta membangun industri game. Kami juga bergabung dengan inkubator bisnis yang dikembangkan oleh cendekiawan dan pebisnis dari ITB yaitu GEC (Ganesha Entrepreneur Club) dan mendapatkan arahan dan bimbingan bisnis. Kami berharap adanya bantuan dari pemerintah, baik itu berupa pendanaan, pengurangan pajak, maupun kemudahan perizinan. Pemerintah hendaknya juga berperan aktif mengadakan event-event yang memungkinkan terjadinya dialog antara pengembang dan investor,” tutur Riris.
Menjabarkan visi Gambreng Games, Riris mengatakan, kami ingin menjadi pengembang game indie yang menginspirasi dunia dengan mengedepankan “Playful Innovation” yaitu penemuan kreatif yang terus menerus dengan mengutamakan unsur kesenangan dalam permainan.
Bagaimana dengan misinya? Inilah empat hal yang terus diupayakan Riris bersama rekan kerjanya:
- Mengembangkan game yang menjadi Top Sales internasional.
- Membangun dan membina fan-base gamer terbesar di dunia.
- Menjadi inkubator studio game indie yang menelurkan studio baru.
- Menjadi studio game indie yang secara konsisten mengembangkan SDM dengan ‘continuous learning’.
Semakin jelas bukan, bagaimana sosok Riris di dunia teknologi. Lantas, apa produk dari Gambreng Games? “Produk kami berupa game berbasis iOS, Android dan PC (Macintosh dan Windows). Game kami mengutamakan fun, inovasi dan orisinalitas. Saat ini sudah ada beberapa game yang dikembangkan di Playstore dan Appstore. Beberapa dari game tersebut telah mendapat pengakuan lokal dan internasional,” jelas Riris bangga.
Berikut, wawancara dengan Riris via email, pada pertengahan November kemarin:
* * * * *
Mengapa pilih terjun di dunia game developer?
Terjun tidak sengaja setelah bertemu salah satu dosen Komputer waktu masih bekerja di satu universitas di Serpong. Namanya, Pak Dodick Sudirman. Beliau juga yang mengajak untuk membentuk Gambreng Games dan meminta saya menjadi CEO, karena beliau melihat kompetensi dan leadership saya. Kemudian, saya belajar sendiri secara cepat apa itu dunia game, bagaimana cara kerja di dalamnya, apa saja yang menjadi tanggung-jawab CEO dan produser sebuah game. Ternayta dunia game ini sangat menarik dan menantang sehingga saya jatuh cinta dan menjadi dunia baru selain Perpustakaan.
Bagaimana peluang usaha game developer ini?
Sangat besar. Apalagi buat developer di Indonesia dan Asia Tenggara. Game mobile maupun komputer masih terbuka luas kesempatannya untuk game developer (disingkat gemdev) Indonesia. Masih belum jenuh bisnis game, tidak seperti industri kreatif yang bukan digital seperti barang kerajinan, sepatu, tas dan lainnya yang sudah banyak 'pemainnya'.
Bagaimana gambaran profit bisnisnya?
Hehehe… sangat-sangat besar jika game yang kita buat betul-betul bisa memenuhi selera pasar global! Hanya untuk bisa masuk ke situ sangat sulit dan butuh pengembangan game yang sangat strategis dan jangka waktu pengembangan yang tidak sebentar atau bisa tahunan untuk game kelas dunia semacam Angry Bird atau Grand Theft Auto.
Bagaimana perkembangan dan kompetisi bisnis ini didalam negeri?
Seperti saya sudah sampaikan di point sebelumnya, masih sedikit pemain di dalam negeri jadi masih sangat luas kesempatan merebut pasar. Bisa dibilang sampai 10 tahun ke depan masih akan sangat menarik untuk gemdev Indonesia bertumbuh subur dan cepat menancapkan posisi diantara gemdev global. Di luar negeri industri game yang lebih baru muncul bisa dikatakan hampir menyamai industri film yang sudah jauh lebih dulu marak.
Sejauhmana pemerintah mendukung pengembangan bisnis kreatif seperti ini?
Nah, sejak pemerintahan Presiden Jokowi membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kan, namun karya nyatanya belum menyentuh langsung dengan dunia game. Beberapa kali diadakan pertemuan dengan mengundang beberapa gemdev, namun belum ada aksi nyata untuk tahun 2015 ini. Mungkin masih mempelajari dan merencanakan dan semoga tahun depan sudah bergerak mereka. Jujur gemdev masih bergerak sendiri dan paling kerjasama dengan beberapa kampus yang menaruh perhatian terhadap industri ini karena terkait dengan tuntutan lulusannya.
Apa yang diharapkan dari pemerintah untuk mengembangkan bisnis ini?
Tidak usah jauh-jauh deh. Contoh saja, Singapore dan Malaysia, negara tetangga yang pemerintahnya bahkan membangun pusat kegiatan bisnis game di temgah kotanya. Mereka mengadakan event besar tahunan yang dihadiri gemdev dari seluruh dunia. Beberapa gemdev Indonesia bahkan diberikan fasilitas untuk belajar disana, karena pemerintahnya bekerja sama dengan inkubator bisnis memberikan scholarship!
Apa saja kendala bisnis ini?
Banyak banget ... heheheee. Terutama karena persaingan dan tuntutan pasar yang cukup tinggi terhadap kualitas sebuah game. Hal inilah yang kurasa paling menyulitkan gemdev ketika mengembangkan sebuah game. Iklim yang belum terbangun untuk kolaborasi dan sharing antar gemdev Indonesia juga masih kurang. Kebanyakan gemdev memakai modal sendiri untuk usahanya, sehingga tidak bisa leluasa bergerak yah, kecuali mencari investor, tetapi perhitungan didepannya mengenai share profit juga perlu hati-hati jangan sampe kita rugi. Pinjaman bank atau pemerintah kayaknya belum ada untuk industri digital, tetapi lebih kepada produk nyata seperti UKM batik, sepatu, tas dan lainnya.
Bagaimana idealisme ditumbuhkan untuk memasukkan unsur Indonesia dalam game?
Idealisme tentunya bersifat personal, namun karena di Gambreng Games dan Gundu Productions sebagian besar adalah para pendidik, maka kami berupaya menghindari unsur kekerasan dan pornografi. Kami juga memasukkan berbagai pesan sosial, seperti pada game yang sedang kami kembangkan yang berjudul Ascender, dimana salah satu tokoh utamanya adalah remaja putri bernama Ocean yang memiliki Guillain Barre Syndrome (GBS) yang tidak memiliki tangan dan kaki. Gundu Productions dibentuk pun sebagai bentuk panggilan kami untuk mengembangkan berbagai game edukasi yang masih sangat jarang di Indonesia.
Oh ya, secara pribadi sayalah yang memberi nama studio dengan menggunakan Bahasa Indonesia seperti ‘gambreng’ dan ‘gundu’ agar identitas kita sebagai Bangsa Indonesia selalu hadir di dunia.
Apa saja game yang memasukkan unsur keindonesiaan dan pendidikan, hasil produksi Riris dan kawan-kawan?
Beberapa game pendidikan dari salah satu start-up yang saya pimpin yaitu Gundu Productions. Ini berbeda dengan Gambreng Games yang juga saya pimpin, tetapi Gambreng Games lebih fokus untuk game komersil yang fun.
Pertama, board game PAPAN SUKA dikembangkan sebagai bagian dari buku yang sedang dalam proses publikasi. PAPAN SUKA adalah permainan membentuk kalimat dalam tiga tingkat, yaitu Pemula, Madya dan Mahir. PAPAN SUKA juga tersedia dalam bentuk digital yang bisa dimainkan di komputer.
Kedua, Kartu Susun Dewey dan Kartu Tepat Dewey adalah card game yang dikembangkan untuk membantu pustakawan mempelajari dan menguasai penomoran klasifikasi buku di Perpustakaan. Kartu ini free untuk diunduh.
Ketiga, Lalala adalah game mobile bagi anak Indonesia belajar lagu anak. Dikembangkan dengan tujuan melestarikan budaya bangsa lewat lagu anak. Baru saja Lalala terpilih sebagai aplikasi edukasi terbaik.
Keempat, Brina's Quest adalah game mobile untuk bleaker Bahasa Indonesia yang baru saja mendapat penghargaan dari Kemdikbud.
Bisa disebutkan contoh karya-karya game buatan Indonesia yang sangat mendunia?
Ike seingatku game buatan Toge Productions yang bernama Infectonator dan beebread game dari studio Touchtone, dan Agate Studio di Bandung sudah banyak dikenal masyarakat dunia.
Harapan terkait bisnis ini?
Munculnya 'windows of magic' untuk gemdev Indonesia menunjukkan kebolehannya diantara gemdev dunia lainnya. Dukungan pemerintah sangat sangat dibutuhkan untuk mempromosikan gemdev Indonesia dan membangun iklim lebih solid diantara gemdev Indonesia.
* * * * *
Nah berikut ini, beberapa game yang dibangun Gambreng Games. Sebut saja:
Pertama, Laron (menyabet Juara Dua – Game Category – INCREFEST 2014.).
Game ini bertujuan untuk melindungi cahaya lampu dengan membunuh semua laron yang mendekat, dan menambahkan combo untuk power-up yang bermacam-macam seperti bug spray, memanggil cicak dan laba-laba.
Kedua, Prototype (terpilih sebagai Best Smartphone/Tablet Game on Amateur Category GDA – IGS 2013).
Prototype adalah game stealth kasual yang menceritakan June Thatcher, seorang ahli kimia yang dipecat dari pekerjaannya sebagai peneliti di Union Medical. Pemecatan June dilakukan atas tertangkap basahnya June yang sedang mencuri sampel kulit CEO Union Medical yang membuat sang CEO marah. Karena June tidak dapat mengambil kembali benda miliknya yang masih tertinggal di perusahaannya, ia menyelinap pada malam 24 Juni 2013 untuk membawa proyek rahasianya kembali, sambil mengambil sebanyak mungkin sampel untuk risetnya. Sekuel dari Prototype yaitu June Potion menjadi kandidat IndiePrize pada event Casual Connect 2014 di Singapura.
Ketuga, Blok Blok (terpilih menjadi COMPFEST’s WePlay Most Marketable Game 2014).
Blok-Blok adalah casual mobile game dari Gambreng Games. Pemain harus menghindari blok-blok yang jatuh dan juga harus menghindari naiknya permukaan air yang ada di bawah platform pemain.
Keempat, Jampi-Jampi (meraih Baidu’s TOP 50 Local App 2014).
Game battle puzzle dimana pemain saling bertukar mantra dengan lawan. Pada saat ini Jampi-jampi masuk pada tahap rilis pertama dimana pemain bermain offline, pada tahap selanjutnya Jampi-jampi akan masuk ketahap permainan online dimana satu pemain dapat bertempur dengan pemain lain secara online.
Kelima, La.. La.. La.. (terpilih sebagai Featured by Google Play on Cool Parenting category).
La.. La.. La.. adalah game menebak lagu dimana anak-anak dapat menebak lagu anak Indonesia populer dengan cara memainkan piano sambil mengikuti petunjuk berupa bola-bola yang turun dari langit. Setelah lagu selesai dimainkan, akan didapatkan bintang sesuai dengan kemampuan pemain memainkan melodi dengan tepat.
Keenam, GoBlock’s Impossible Medley (meraih Nominator IN.GAME Awards 2015).
GoBlock's Impossible Medley adalah game tersulit yang telah dibuat oleh Gambreng Games. Ini adalah game dengan kesulitan tinggi dan sangat adiktif karena didesain agar mudah dikontrol tapi sulit untuk dikuasai.
Ketujuh, Ascender (menempati Second Place - Indie Game Ignite).
Berdasarkan pergerakan industri game developer yang tidak pernah berhenti, Gambreng Games membentuk tim khusus untuk mengembangkan strategi unik dengan menargetkan audience yang baru dengan nama GameChanger team.
Ascender merupakan permainan puzzle platformer yang ditujukan untuk pasar komputer atau Steam. “Steam itu pasar jualan game untuk komputer PC, Linux atau Mac seperti kalau di mobile game kita kenal Playstore-nya Android, dan Applestore-nya iPhone/iPad. Steam terbesar saat ini untuk game komputer yang bermarkas di Amerika Serikat dan didalamnya atau player-nya adalah warga Amerika dan Eropa, Cukup sulit untuk bisa menembus pasar ini. Masih belum banyak game buatan Indonesia di Steam,” jelas Riris lugas.
Ascender bercerita tentang petualangan sebuah robot kecil bernama Sky yang berusaha mengeksplorasi peradaban bawah tanah bernama GOA. Sky berusaha mencari cara membantu pemiliknya Ocean untuk dapat memperbaiki kondisinya yang tidak memiliki tangan atau kaki sedari kecil.
Begitulah, Riris dengan dunia game developer-nya.
Terus berkarya, Ris’ …!
Oh ya, selain Riris, ada satu nama lagi yang juga saya rekomendasikan, dan alhamdulillah … lulus seleksi PIN 2015 kategori Kesehatan. Namanya, Yuli Supriati. Sosok Sekjen DKR Provinsi Banten ini, sudah pernah saya kupas di Kompasiana.
o o o O o o o
(Foto #1 || Gaya Yunita Riris Widawaty, salah seorang Perempuan Inspiratif NOVA 2015 kategori Teknologi. || Foto: Facebook Riris Marpaung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H