Menjadi tugas Pemerintah untuk melestarikan Reog Ponorogo dan Jaranan sebagai kearifan budaya lokal. Sedangkan kita para seniman berharap, Pemerintah memberdayakan kami, misalnya dengan sering-sering memberikan kesempatan kami untuk tampil pada berbagai kegiatan.
(Tari Warok. Seniman Reog Ponorogo dan Jaranan berharap program pemberdayaan dari Pemerintah demi kelestarian kearifan budaya lokal. | Foto: FB Reog Surabaya Hiprejs)
Mengapa ini perlu disampaikan? Karena asal tahu saja, banyak diantara anggota HIPREJS yang untuk menampilkan kesenian Reog-nya saja sampai kesulitan memenuhi kostum para pemain. Ibarat kata, kalau ada pembayaran atas pesanan untuk tampil, baru mereka bisa menyisihkan sebagian uang pendapatannya untuk membeli kostum yang dibutuhkan. Kondisi seperti ini memprihatinkan. Dimana kepedulian Pemerintah mengetahui kondisi para seniman Reog Ponorogo dan Jaranan ini? Makanya, kami berharap Pemerintah bersedia melakukan pemberdayaan supaya kesenian ini tetap dapat bertahan.
Konkretnya, apa yang Anda minta kepada Pemerintah?
Tentu saja banyak. Misalnya, kesempatan untuk tampil di berbagai perayaan atau perhelatan. Hal seperti ini saja sudah merupakan bahagian dari pemberdayaan seniman Reog Ponorogo dan Jaranan.
Kebutuhan apa yang paling mendesak dirasakan oleh para anggota HIPREJS? Â
Antara lain masalah kostum. Bagaimana tidak? Kalau untuk Dadak Merak yang berwajah Singa dan berbulu burung Merak di atas kepalanya itu, kalau sering-sering dipergunakan, jelas akan mengalami kerusakan juga. Selain kostum, peremajaan alat-alat musik dan pementasan juga perlu untuk mendapatkan perhatian. Apalagi, untuk kostum dan peralatan penunjang lainnya, sangat sulit memperolehnya di Surabaya, kita musti mencari atau membeli langsung ke Ponorogo.
(Alexander Hugo siswa asal Belgia yang giat berlatih Reog Ponorogo dan Jaranan di Surabaya. | Foto: Dok. Tri Suharyanto)
* * * * *