Kamis, 29 Oktober 2015 kemarin, penulis menyambangi proyek pembangunan Gelanggang Budaya itu. Lokasinya ada di Taman Kota 2, BSD City. Untuk mencapainya, lebih dekat apabila kita masuk melalui Pusat Tanaman Hias di Jalan Victor. Sebab, apabila masuk melalui pintu gerbang Taman Kota 2 (dan melintasi jembatan gantung), maka terpaksa harus masuk terlebih dahulu ke taman kota ini, untuk kemudian menuju ke pintu keluar di belakang atau yang menuju ke area Pusat Tanaman Hias.
Sejumlah pekerja nampak sibuk menyelesaikan bangunan yang nantinya akan berwujud blandongan. Sejumlah tiang beton yang dicor nampak sudah kokoh berdiri. Para pekerja masih sibuk mengerjakan bagian atas blandongannya.
Sementara itu, di seberang bangunan, ampitheatre atau gelanggang/panggung pertunjukan terbuka yang berbentuk setengah lingkaran dengan tempat duduk berjenjang sudah selesai dicor, meskipun papan-papan penahan coran belum dibongkar. Nantinya, ampitheatre ini bakal sanggup menampung 1.500 orang.
Gelanggang Budaya seluas 600 m2 ini dibangun dengan dua paket yang dananya bersumber dari APBD Kota Tangsel TA 2015. Pengerjaan paket pertama bernilai kontrak Rp 7.186.742.000. Pengerjaannya dilakukan oleh PT Nabatindah Sejahtera dengan waktu pelaksanaan 165 hari kalender. Artinya, dari sejak pengerjaan awal, Gelanggang Budaya ini sudah harus rampung pada 15 Desember 2015, terutama untuk paket pembangunan ampitheatre, bangunan blandongan, perpustakaan dan mushola.
Adapun pada paket kedua, baru akan dikerjakan pada APBD murni 2016, yang terdiri dari penataan bantaran sungai, foodcourt dan instalasi pendukung lainnya.
Di luar tembok seng yang mengelilingi proyek Gelanggang Budaya, sejumlah pekerja juga sibuk bekerja dengan ratusan bambu berukuran besar. Bambu-bambu ini dicor ke tanah sebagai penyangga, dan diatasnya dibuat semacam ‘rumah pohon’. Menarik sekali kayaknya, kalau sudah jadi! Dari atas ‘rumah pohon’ ini, pandangan mata ke Gelanggang Budaya dapat terlihat jelas, meskipun apa yang tengah berlangsung di atas panggung ampitheatre bakal terhalang tembok beton yang setengah melingkar.
Mengomentari pembangunan Gelanggang Budaya yang diantaranya turut membangun bangunan ikon Betawi yaitu blandongan, Kasta menilai, hal tersebut sangat baik dan patut memperoleh apresiasi. “Hanya saja, karena tiang-tiang blandongan kelihatannya dibangun dengan bentuk coran beton dan semen, ada baiknya, kalau tiang-tiang blandongan ini ditutup menggunakan papan dari kayu pohon nangka atau kelapa yang sudah tua.