“Jadi, tempe ini adalah makanan yang luar biasa, kalau kita lihat dari segi gizinya. Karenanya, saya optimis bahwa mulai saat ini, orang akan mencari makanan yang fungsional, maksudnya makanan yang ada fungsinya, bukan hanya untuk kenyang saja. Misalnya, orang punya persoalan dengan kolesterol, nah dengan makan tempe dapat membuat kolesterol turun. Karena, didalam tempe ada bermacam-macam asam lemak yang sudah dalam bentuk bebas, seperti oleat, linoleat, dan linolenat. Kalau sekarang mah istilahnya ada Omega 3, Omega 6, Omega 9, dan semuanya ada di tempe itu. Dalam tempe, ada asam lemak yang menghambat sintesa kolesterol dalam tubuh, ada juga yang menghambat absorpsi, dan ada juga yang mengikat kolesterol dalam saluran cerna dan dibuang melalui feses,” tutur Mien.
Untuk mengetahui 8 manfaat kedelai, dapat juga dibaca disini.
Tak hanya itu, tempe juga punya khasiat yang baik untuk wanita menopause. “Hal ini dikarenakan dalam tempe ada ioflavon yang rumus bangunnya menyerupai estrogen. Pada wanita menopause, jumlah estrogennya mengalami penurunan. Nah, dengan sering-sering mengonsumsi tempe, maka reseptor estrogen-nya diisi kembali. Hasilnya akan bermanfaat, karena dengan begitu akan menekan emosional yang seringkali meletup-letup di kalangan wanita menopause. Juga, akan ‘mendinginkan’ bahagian wajah dan tubuh wanita menopause yang biasanya akan mengalami ‘panas’ atau hot flushes. Fungsi estrogen didalam tubuh juga memiliki faedah yang berimbal-balik ada remodeling tulang. Makanya, menjadi maklum bila wanita menopause mudah terserang pengeroposan tulang atau osteoporosis. Nah, dengan sering mengonsumsi tempe, maka pemicu osteoporosis itu akan diperlambat,” jelas Mien.
Memanfaatkan segala kebaikan yang ada didalam tempe itulah, Mien kemudian memproduksi tempe sereal. Tapi harap dicatat, tempe sereal ini merupakan hasil penelitian Mien bertahun-tahun. Tahun 1985, adalah kali pertama Mien meneliti tempe sereal. Waktu itu, ia menjabat sebagai peneliti di Litbang Gizi Departemen Kesehatan yang beralamat di Jalan Sumeru, Bogor Barat.
“Awal penelitiannya hanya dikhususkan untuk anak-anak yang kekurangan gizi. Waktu itu, saya menciptakan tempe sereal ini dengan memenuhi syarat sebagai Makanan Pengganti ASI (MP-ASI), jadi sebagai makanan bayi, dengan mengikuti standar Codex. Ketika produknya kami berikan kepada anak-anak, ternyata hasilnya bagus,” ungkap Mien yang pernah bekerja selama 11 tahun sebagai Ahli Gizi di RS PMI Bogor.
Penelitian tempe sereal yang sudah dilakukan Mien sejak 35 tahun silam, kini berubah menjadi usaha yang ditekuni. Bersama tiga rekan kongsi bisnisnya, Mien mengolah dan memproduksi tempe sereal yang sehat dan menyehatkan, dengan nama dagang ‘HBM’. Kapasitan produksi industri rumahan ini mencapai 4.000 sachet dalam 1 bulan.
“Untuk membuat 500 sachet, saya belanja bahan baku tempe sebanyak 15 – 16 kg tempe. Tempenya saya beli di Rumah Tempe Indonesia, Bogor, yang higienisnya terjamin. Jumlah pelanggan yang dijaring adalah dengan sistem distributor, dan sudah hampir menjangkau seluruh pelosok nusantara,” aku Mien yang juga pernah menjadi staf pengajar di Akademi Pendidikan Nutrisionis (kini Poltekkes) jurusan Gizi.
Dalam 1 sachet tempe sereal, berat bersihnya adalah 30 gram. Sedangkan komposisinya terdiri dari tempe, tepung terigu, gula, garam dan minyak nabati. “Bisa juga menggunakan tepung beras. Tapi yang saya pakai tepung terigu, karena lebih wangi,” ujar Mien.