Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rayakan Hari Pangan Sedunia dengan Tempe

16 Oktober 2015   20:21 Diperbarui: 16 Oktober 2015   23:03 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak banyak yang tahu, kalau Jumat, 16 Oktober 2015 ini, diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia ke-35. Setiap tahun, tema peringatan selalu berganti. Tahun ini, tema yang diusung adalah “Pemberdayaan Petani Sebagai Penggerak Ekonomi Menuju Kedaulatan Pangan”.

Hari Pangan Sedunia (HPS) erat kaitannya dengan pembentukan Organisasi Pangan Dunia di PBB yaitu Food and Agriculture Organization (FAO) yang berdiri pada 16 Oktober 1945. Tapi, bukan berarti ketika FAO berdiri, langsung otomatis adanya HPS. Karena, HPS baru tercetus ketika FAO melaksanakan konferensi yang ke-20 pada November 1979 di Roma, Italia. Ketika itu, sebanyak 147 peserta---termasuk Indonesia---menyepakati resolusi Nomor 1/1979 tentang peringatan World Food Day. Itulah mengapa, setiap 16 Oktober diperingati sebagai HPS. Oh ya, HPS pertama kali diselenggarakan pada 1981, dengan tema: “Pangan Adalah Utama”.

Bagaimana perayaannya di Indonesia? Khusus untuk hari ini memang belum terlalu gebyar gaungnya. Karena, perayaan HPS baru akan dilaksanakan esok hari, tepatnya 17 – 20 Oktober 2015, dan dipusatkan di Jakabaring Sport City Palembang, Sumatera Selatan.

Salah satu kelompok yang berkolaborasi antara para ibu dan putra-putrinya menyuguhkan masakan Sarang Tempe lengkap dengan Telor Puyuh, Combro dan Misro. (Foto: Gapey Sandy)

Kelompok yang menyajikan masakan Sate Tempe, dan Getuk. (Foto: Gapey Sandy)

Tapi, bukan berarti peringatan HPS 2015 tidak ada sama sekali. Sekolah PAUD Pelangi Dewi Kunti yang beralamat di Perumahan Griya Pamulang 2, Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Jumat, 16 Oktober 2015 pagi, sukses menggelar perayaan menyambut HPS. Sekolah ini menggelar Lomba Masak yang melibatkan orangtua sekaligus siswa-siswi PAUD. Uniknya, Lomba Masak ini menampilkan tema yang cukup menantang, yakni “Memasak Masakan Non Terigu, dan Berbahan Dasar Tempe”. Hanya ada empat kelompok dalam lomba masak yang secara resmi dibuka oleh Ibu Lurah Pondok Benda, Kiki M Syaat ini.

Menurut Kepala Sekolah PAUD Pelangi Dewi Kunti, Citta Purnawati, pelaksanaan Lomba Masak ini merupakan kegiatan yang lain dari biasanya. “Apalagi, masakannya sudah kami tentukan yakni yang berbahan dasar non terigu dan satu lagi, yang berbahan dasar tempe. Kenapa non terigu? Karena kami ingin para ibu-ibu dan orangtua siswa ini belajar untuk mengurangi menggunakan komoditas tepung terigu untuk setiap olahan pangan. Kita bisa mengganti terigu ini dengan umbi-umbian, seperti jagung, ubi, singkong dan lainnya,” ujar Bunda Citta, sapaan akrab wanita berkacamata yang juga mengelola Taman Baca Masyarakat (TBM) Dewi Kunti ini.

Anak-anak turut dilibatkan dalam Lomba Masak Masakan Non Terigu, dan berbahan dasar Tempe. (Foto: Gapey Sandy)

Siswa ikut sibuk dalam Lomba Masak Masakan Non Terigu, dan berbahan dasar Tempe. (Foto: Gapey Sandy)

Lantas, kenapa juga harus masakan berbahan dasar tempe?

“Alasannya sederhana. Tempe itu makanan merakyat yang kaya gizi dan harganya terjangkau. Tempe adalah juga makanan lokal khas Indonesia. Kami ingin mengingatkan kembali kepada para ibu-ibu untuk bersama-sama kembali kepada makanan lokal Indonesia, salah satunya tempe yang juga merupakan makanan sehat. Selain itu, kenapa kami menampilkan lomba masak masakan yang salah satunya berbahan dasar tempe, karena saat ini sedang dilaksanakan upaya agar UNESCO mengakui tempe sebagai The Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Kalau UNESCO mengakui, maka tempe sebagai simbol budaya Indonesia akan sama statusnya seperti Batik yang sudah semakin mendunia lantaran lebih dahulu diakui sebagai The Intangible Cultural Heritage of Humanity. Disinilah, kami menyatakan dukungan kalau tempe akan dijadikan sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia,” semangat Bunda Citta.

Tempe, menurut Bunda Citta, banyak mengandung nutrisi dan senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh tubuh. “Sebut saja misalnya, kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi,” ujarnya.

Kanan: Kiki M Syaat selaku Ibu Lurah Pondok Benda, Pamulang, Tangsel, sedang bertugas menjadi juri. (Foto: Gapey Sandy)

Baju merah: Ketua PKK Kelurahan Pondok Benda, Pamulang, Sri Suharti, sedang menilai dari sisi penampilan. (Foto: Gapey Sandy)

Sementara itu, Ketua PKK Kelurahan Pondok Benda, Sri Suharti dalam sambutannya menyatakan, Lomba Masak masakan berbahan dasar non terigu dan juga tempe ini sangat penting artinya untuk menaikkan gengsi makanan lokal.

“Bukan berarti kita tidak boleh mengonsumsi makanan yang kebarat-baratan, tapi mulai saat ini ayolah kita mulai kembali kepada makanan lokal. Contohnya saja, untuk kue bolu yang biasanya berwarna putih karena memang menggunakan tepung terigu, bisa diganti bahan dasarnya dengan ubi ungu. Begitu juga dengan pemanis makanan, kita bisa mulai menggantinya dengan yang lebih sehat, mengurangi atau mengganti gula pasir yang putih menjadi gula aren. Atau, tidak menggunakan zat pewarna makanan tetapi mencoba untuk menggunakan pewarna lain yang lebih sehat seperti daun suji yang mampu memberi warna hijau lebih pekat dibandingkan daun pandan wangi, juga ubi ungu dan sebagainya,” tutur Bunda Sri.

Sate Tempe yang kreatif dan inovatif. Masakan Sang Juara. (Foto: Gapey Sandy)
Masakan berbahan dasar Tempe yaitu Sarang Tempe. (Foto: Gapey Sandy)

Dari masakan yang diolah para ibu bersama siswa-siswi PAUD Pelangi Dewi Kunti ini, kelompok A menyajikan masakan Perkedel Tempe, dan Sawut dari singkong yang dikukus. Kelompok B menyajikan Tempe Bacem, dan Timus yang dibuat juga dari singkong. Kelompok C menampilkan masakan Sate Tempe, dan Getuk yang juga dari singkong dengan bumbu parutan kelapa. Dan kelompok D, menyuguhkan Sarang Tempe lengkap dengan Telor Puyuhnya, juga Combro dan Misro yang berbahan dasar singkong.

Dewan juri yang menilai berdasarkan empat kriteria yakni rasa, kebersihan, kreativitas, dan penampilan masakan, akhirnya menentukan juaranya adalah kelompok C yang sukses dengan Sate Tempe yang memang menggiurkan, dan Getuknya.

Masakan berbahan dasar Tempe yaitu Perkedel Tempe. (Foto: Gapey Sandy)

Kelompok C penyaji Sate Tempe dan Getuk Singkong menjadi juara. Kepala Sekolah PAUD Pelangi Dewi Kunti, Bunda Citta Purnawati paling kanan. (Foto: Gapey Sandy)

Dari pelosok Kota Tangerang Selatan kami mengucapkan: Selamat Hari Pangan Sedunia XXXV Tahun 2015.

Salam nyammm - nyammm …. madyang yo’!

--oOo--

Foto #1: Penampilan Tempe Bacem yang sangat ehemmm. (Foto: Gapey Sandy)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun