“Soal faktor keberatan ini, bila foto tersebut dijepret oleh orang lain, selain ketiga orang yang ada di foto tersebut, maka keberatan itu bisa saja dinafikkan. Karena, bukankah lokasi mereka berfoto adalah restoran yang merupakan area publik? Saya pikir yang akan menjadi persoalan adalah, bila foto tersebut adalah milik salah seorang dari kedua wanita tadi, dan tanpa izin si pemiliknya justru dipublikasikan oleh orang lain di Kompasiana. Nah, ini yang mungkin malah bisa menjadi isu lain,” ujar Suwarjono.
Cerita ini akan menjadi berbeda apabila, si pengunggah pertama kali foto tersebut bersedia mengambil dan menyatakan untuk bertanggung-jawab. Atau, Kompasiana sebagai media yang justru mengambil alih tanggung-jawab, karena mungkin berpikiran bahwa foto Gayus Tambunan tengah bersama dua wanita di restoran adalah penting untuk diketahui publik. “Pada akhirnya, untuk sebuah foto yang bermasalah, pasti akan dimintai pertanggung-jawaban. Apalagi, foto ini tidak jelas credit tittle-nya,” tutur Suwarjono mengingatkan.
Suwarjono sendiri masih ingat pengalaman soal foto bermasalah ketika dirinya mengelola media Forum. Waktu itu, ada seseorang yang mengunggah foto-foto pornografi. “Si pengunggah foto porno itu kita tidak tahu siapa. Tapi sudah pasti, pihak kepolisian akan memanggil kita sebagai pengelola media. Sekaligus meminta kita untuk mengungkapkan identitas si pengunggah foto porno tersebut. Apabila kita tidak mau melacak dan membuka history serta seluruh upaya pencarian guna mengungkap si pengunggah, maka pihak kepolisian menyatakan siap untuk menyita server yang kita miliki. Bayangkan, server kita mau dibawa, hahahaaa,” Suwarjono tergelak mengenang masa itu.
* * *
Seperti kita tahu, admin Kompasiana akhirnya menghapus artikel sekaligus foto yang menghebohkan dimana Gayus Tambunan tengah duduk bersama dua wanita di hadapannya. Sejauh ini, Kang Pepih Nugraha selaku Chief Operating Officer (COO) Kompasiana memang telah menyatakan alasan penghapusan tersebut telah sesuai aturan yang berlaku.
Dalam komentarnya di status Facebook milik Kompasianer Al-A’la Dzulfikar pada Minggu, 20 September 2015 pukul 07.08 wib, founder Kompasiana, Kang Pepih menulis:
“Atas permintaan yang merasa dirugikan, dalam hal ini Mbak Ifani Ifani, admin menghapus foto dan artikel di atas. Pertama, foto itu tidak ada sumbernya, apakah punya penulisnya (Tomi Unyu Unyu) atau asal comot. Jika tidak ada sumbernya, admin otomatis akan menghapusnya, kecuali di tubuh berita dijelaskan perihal foto tersebut. Kompasiana mengikuti prosedur/guidance Dewan Pers di mana admin wajib mengambil tindakan dalam waktu 2x24 jam terhadap satu keberatan. Mbak Ifani menyatakan keberatan 30 menit lalu (sekarang pukul 7.35 WIB), dan saya kordinasi dengan admin yang bertugas untuk mengeksekusinya dengan prosedur memberitahukan kepada Tomi.”
Penjelasan Kang Pepih sudah tentu menjawab banyak pertanyaan, yang heran mengapa admin Kompasiana menghapus artikel dan foto yang diunggah Tommy Unyu Unyu. Termasuk, sebenarnya, mampu menjawab tulisan Kompasianer Widianto.H Didiet yang menurunkan tulisan cenderung mempertanyakan: Tulisan Dihapus Karena Aturan, Aturan yang Mana? Didiet beralasan, Aturan dan Tata Tertib nge-blog di Kompasiana belum tercantum.
Di satu sisi, Kompasianer yang “suka siul-siul” ini ada benarnya juga. Karena itu, tak berlebihan kalau ia menyarankan, Kompasiana sebaiknya mencantumkan rules of the game, aturan dan tata tertib nge-blog di Kompasiana. Setidaknya, ini akan jadi watchdog apabila ada tulisan atau foto yang tidak sesuai netiket nge-blog maupun norma-norma umum yang berlaku.
Selain itu, bisa juga kita pertanyakan: Mengapa faktor keberatan dari salah seorang yang ada di foto Gayus Tambunan itu, membuat Kang Pepih Nugraha mengambil inisiatif memberlakukan penghapusan artikel dan foto, dengan mengikuti prosedur/guidance Dewan Pers? Apakah ini berarti, ke depannya, Kompasianer dan karya-karyanya wajib selaras dengan Kode Etik Jurnalistik (KEJ)? Bukankah Kompasiana, tidak termasuk media pers?