Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ada Sherly di Balik Kecantikan Tari Nong Anggrek (2)

14 Agustus 2015   08:39 Diperbarui: 14 Agustus 2015   17:46 1550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tari Nong Anggrek perlahan tapi pasti, dari sekadar tarian ikon, kini semakin menapaki sebagai tarian khas Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Bahkan, ketika puncak acara Harganas ke-XXII, 1 Agustus 2015, di Lapangan Sunburst, BSD City, Tari Nong Anggrek disuguhkan secara kolosal di hadapan para tamu undangan, termasuk Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, serta pejabat Pemerintah Pusat dan Daerah. “Ada 20 penari sekaligus. Dan, ketika tarian usai, apresiasi tepuk tangan para tamu seolah tiada henti,” bangga Sherly, sang koreografer tari.

Tahun depan, lanjut Sherly, bersama Kantor Budaya dan Pariwisata Tangsel akan melakukan sosialisasi Tari Nong Anggrek ke sekolah-sekolah, lalu mengajarkan dan membuat perlombaan tari antar sekolah. “Dengan begitu, akan muncul lagi bibit-bibit penari berbakat dari sekolah-sekolah. Sekaligus akan menjadikan mereka angkatan ketiga sebagai penari Tari Nong Anggrek,” harap Sherly yang sudah kenyang pengalaman dalam hal tarian.

Hari Minggu siang, 9 Agustus 2015, Sherly menyambut saya dengan ramah dan hangat di rumahnya yang juga sekaligus Sanggar Ragam Budaya Nusantara, sanggar tari miliknya yang sudah digeluti sejak 2003 silam. Di teras rumahnya yang nyaman dengan pepohonan Bunga Anggrek, Sherly menjawab pertanyaan demi pertanyaan terkait penggarapan Tari Nong Anggrek.

Berikut, lanjutan wawancara saya dengan Sherly, yang kini tengah sibuk menjadi Asisten Pelatih untuk Pergelaran Acara Napak Tilas Republik Indonesia dalam rangka memperingati HUT RI ke-70 pada tahun ini. “Ada 85 pengisi acara yang terlibat. Dan, pada tanggal 15 Agustus ini, kami akan melakukan gladi resik. Lalu, pada tanggal 16 Agustus, akan mementaskan pergelaran tersebut dalam acara gala dinner di Istana Merdeka, Jakarta,” ujarnya penuh syukur.

o o o O o o o

Para penari Tari Nong Anggrek dengan formasi mahkota kelopak Bunga Anggrek yang sudah mekar. Semakin mantap menjadi tarian khas Kota Tangsel. (Foto: Dok. Sanggar Tari Ragam Budaya Nusantara)

Desain kostum penari Nong Anggrek mirip Boneka Barbie. Bagaimana menjelaskan tentang penemuan kostum ini?

Untuk desain kostumnya, saya menampilkan bunga. Bunga itu biasanya cantik dan anggun. Tadinya, karena sudah banyak ikon etnik Betawi, kita ingin mengadopsi kostum Sunda. Tetapi, keinginan ini akhirnya kandas, karena setelah dipikir-pikir ulang, justru akan menghilangkan ciri khas tarian Anggrek itu sendiri. Akhirnya, dari Dewan Kesenian Tangsel mengajukan desain kostum yang sederhana tapi tetap cantik. Jadi, baju itu hanya baju, blouse, rok lebar, dan celana Aladin, lengkap dengan ampok, dan di atas kepala hanya ada satu simbol bunga Anggrek. Tapi, kalau hanya bunga Anggrek ditempelkan begitu saja, maka tidak akan terlalu membawa kesan menarik usai tarian. Akhirnya kita coba untuk membuat simbol bunga Anggrek, yang dimodifikasi dari kuncup hingga mekar, sampai kepada urusan ukuran besar kecilnya. Simbol bunga Anggrek ini ketika kuncup seolah seperti mahkota Chinese, dan ketika mekar menampilkan bunga yang cantik.

Untuk konsep simbol bunga di atas kepala, sempat kita buat ukuran kecil, tapi akhirnya malah terkesan kekecilan, apalagi kalau dipergunakan untuk perhelatan karnaval, seperti karnaval berskala internasional di Pasadena, Amerika Serikat, misalnya. Konsep mahkota bunga Anggrek ini sengaja saya buat dengan tidak tanggung-tanggung, artinya, saya buat sekaligus yang sudah sempurna, dan semenarik mungkin. Kenapa? Karena, hal ini memang sengaja saya buat untuk tidak diproyeksikan tampil hanya sekadar pada acara-acara berskala kota saja, tapi siapa tahu, kelak kita bisa show di luar negeri, dengan membawa nama baik Indonesia sekaligus Tangsel itu sendiri. Dan, sekalipun kelak akan ada pengembangan kostum, maka hanya tinggal membuat pengembangan dengan skala lebih besar dan ‘wah’ saja.

Pada sisi kostum, memang ada warna hijau yang turut ditampilkan. Hijaunya melambangkan Tangsel yang peduli akan lingkungan hidup, peduli Go Green, meskipun seiring padatnya kawasan penduduk, lahan hijau semakin berkurang. Apalagi, Walikota Tangsel Ibu Airin Rachmi Diany juga suka dengan segala hal mengenai Go Green. Tampilan warna hijau ini juga sebagai bentuk penyegaran juga. Selain itu, dalam kostum yang berwarna hijau itu ada motif batik yang saya sisipkan. Awalnya, motif batiknya kecil-kecil, tapi kemudian saya ubah menjadi lebih besar. Adapun motif batiknya berbentuk flora, dedaunan dan bunga-bungaan. Saya sengaja tidak mengambil motif Batik Banten yang desainnya cenderung kepada artefak, pecahan-pecahan gerabah dan sebagainya.

Tari Nong Anggrek ketika ditampilkan pada Pembukaan Acara Harganas XXII di Lapangan Smartfren, BSD City, 29 Juli 2015. (Foto: Gapey Sandy)

Bagaimana memaknai filosofi dibalik Tari Nong Anggrek itu?

Tarian Anggrek ini sengaja diciptakan untuk kota Tangsel yang berkarya, bukan karya saya sendiri. Saya hanyalah yang diminta oleh teman-teman untuk menjadi eksekutor penciptaan tariannya, sedangkan bantuan pemikiran datang dari banyak pihak, termasuk dari Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Pemkot Tangsel lain. Sampai akhirnya, Tari Nong Anggrek ini tampil pada wujud terakhirnya yaitu ketika ditampilkan pada saat peluncuran film Paradise of Tangsel, pada 16 April 2015.

Secara umum, Tari Nong Anggrek memiliki simbol untuk menampilkan kecantikan, keanggunan, kecerdasan, ketangkasan dan kegesitan yang diwakili dengan Bunga Anggrek. Tarian ini menggambarkan cantiknya Tangsel, yang kalau bisa, kota ini “laku” dalam arti seperti potensi unggulan Bunga Anggrek Van Douglas yang dihasilkan oleh Tangsel. Tarian ini juga hanya semata sebuah ikon, sehingga saya tidak menampilkan hal-hal lain seperti misalnya, simbol gotong-royong, maupun simbol gerak pencak silat. Tari Nong Anggrek ini bisa lebih kepada tarian yang disuguhkan secara khusus untuk menjadi sambutan sekaligus penghormatan kepada para tamu yang hadir di Tangsel, atau menjadi tarian selamat datang (welcome dance).

Untuk menarikan Nong Anggrek, musti berapa jumlah penarinya?

Idealnya ditarikan oleh minimal tiga penari. Kalau hanya satu orang saja maka estetika dan keindahannya tidak akan menonjol kelihatan. Karena, Tari Nong Anggrek ini property atau kostumnya akan mengenakan rok-rok yang mekar dan melambangkan situ-situ yang ada di Tangsel. Nah, pada saat penari memutarkan tubuhnya untuk kemudian turun ke lantai, maka rok-rok yang mekar ini juga akan ikut berputar. Tadinya, saya buat semuanya ada tujuh setel property yang bentuknya rok-rok mekar ini, sebagai perlambang Situ Tujuh Muara, salah satu sitru yang ada di Tangsel. Tapi, kalau sudah masuk ke dunia industri, maka Tari Nong Anggrek ini bisa saja ditarikan oleh tiga sampai lima penari. Karena, kalau tujuh penari, kadang space atau ruang tari yang dibutuhkan harus lebih luas lagi untuk memastikan rok-rok mekar penari tersebut dapat berputar dan tak terganggu atau saling bertabrakan.

Tampak belakang. Mahkota bersimbolkan kelopak Bunga Anggrek yang masih kuncup, dan akan mekar ketika akhir tari. (Foto: Dok. Sanggar Tari Ragam Budaya Nusantara)

Untuk mempelajari Tari Nong Anggrek, berapa lama seorang penari dapat menguasainya?

Untuk lama waktu belajar dan menguasai Tari Nong Anggrek ini, tergantung dari si penari yang bersangkutan. Karena, dari sisi usia penari, tidak terlalu berpengaruh. Siapa saja bisa menarikannya. Paling-paling yang menjadi titik perhatian adalah masalah kelenturan tubuh, artinya benar-benar olah tubuh yang dipraktikkan pada gerak tarian ini. Selain itu, ada juga beberapa teknik-teknik gerak yang harus dikuasai. Misalnya, teknik penari yang berputar hingga 360 derajat, bagi yang tidak biasa melakukannya akan terasa pusing. Untuk ini ada teknik yang harus dipelajarinya terlebih dahulu.

Lalu, ada juga gerakan split, dimana penari melakukan gerak memutar, kemudian meloncat ‘terbang’ dan langsung jatuh ke bumi melakukan split dengan kali lurus dan kepala menunduk. Gerakan ini berat karena mirip seperti senam atau pun balet, yang mengandalkan olah tubuh, dan kekuatan otot. Sebelum belajar gerak tariannya, para penari harus membiasakan diri untuk berlatih dasar-dasar teknik olah tubuh, kelenturan, pakem gerak misalnya pakem gerak Betawi. Jadi ketika menarikannya, semua penari akan kompak dan sama, sehingga indah tampilannya. Paling-paling tiga sampai empat bulan mereka baru akan terlatih kelenturan dan kekuatan ototnya, sehingga tidak akan rumit dengan gerakan swing juga split.

Apalagi, dari sisi musik ada tempo-tempo yang cepat, dan disesuaikan dengan gerak tarinya itu sendiri. Dalam satu penampilan bersama, masing-masing penari tidak bisa mencontek penari lainnya. Ini tarian yang mengandalkan soliditas dan performa grup, sehingga butuh kekompakan, meskipun Tari Nong Anggrek ini adalah merupakan paduan dari penampilan antar individu penarinya.

Para penari Tari Nong Anggrek ketika bersiap tampil pada Pameran Pembangunan 2015 sebagai rangkaian Acara Harganas ke-XXII dimana Kota Tangsel menjadi tuan rumah pelaksanaannya. (Foto: Dok. Sanggar Tari Ragam Budaya Nusantara)

Sosok Kang dalam Tari Nong Anggrek tidak ada. Apa kelak akan dimasukkan unsurnya juga?      

Nah, kalau untuk memasukkan sosok Kang dalam Tari Nong Anggrek ini memang belum ada. Tapi, dari harapan banyak teman-teman terutama dari Kang dan Nong Kota Tangsel, mereka ingin ada sosok Kang yang terlibat dalam tarian ini. Nantilah akan kita pikirkan bagaimana memasukkan sosok Kang dalam Tari Nong Anggrek. Semua ini perlu dipikirkan secara masak-masak karena jangan sampai ujug-ujug muncul sosok Kang, tapi tanpa inspirasi maupun simbolisasi yang ingin ditampilkan. Bisa juga, sosok Kang tampil bukan untuk menjadi pasangan para penari wanita, melainkan menjadi sosok seorang petani atau pembudidaya Bunga Anggrek, dan sebagainya.

Bagaimana respon Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany terhadap Tari Nong Anggrek?          

Respon Ibu Walikota Airin, yang awal saja ketika beliau menyaksikannya, saya masih ingat, beliau berkomentar soal warna kostum yang ditampilkan. Beliau bilang, “Itu ungu ya?”. Selain itu, Ibu Walikota Airin juga pernah memberi penilaian tepat usai tarian dilaksanakan. Waktu itu, ada penari yang kesulitan memekarkan mahkota kelopak Bunga Anggreknya. Kontan, Ibu Walikota Airin bertanya, "Itu kenapa enggak bisa mekar terbuka?" Jadi, beliau sangat perhatian sekali.

Memang sih, ketika pertama kali orang melihat tarian ini yang dilihat adalah soal keanggunannya. Mereka akan berpikir-pikir, tarian ini sebenarnya jenis tarian apa, modern atau tradisional? Tapi, ketika mereka sudah menyaksikannya secara utuh, barulah mereka akan paham bahwa ini adalah tarian tradisi yang merupakan ikon, dengan tema Bunga Anggrek. Termasuk, pasti akan ada yang bertanya-tanya, kenapa para penarinya mempergunakan semacam mahkota yang warnanya ungu. Jadi, wajar akan banyak pertanyaan ketika orang baru pertama kali menyaksikan Tari Nong Anggrek ini.

Rok panjang terkembang dan seakan berayun berputar menyimbolkan riak dinamis permukaan air di situ-situ yang ada di Kota Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)

Maka dari itu, Ibu Walikota Airin akhirnya menyarankan agar kostum penari tidak dipilihkan warna ungu, melainkan warna pink, merah muda. Sedangkan untuk gerak tarinya, Ibu Walikota Airin juga menyarankan agar geraknya dibuat secara menghibur dan tidak membosankan. Respon terakhir ketika Ibu Walikota Airin melihat tari kolosal di puncak acara Harganas ke-XXII pada 1 Agustus 2015, di Lapangan Sunburst, BSD City, dari mimik wajah dan apresiasi tepuk tangan Ibu Walikota Airin yang tiada henti, saya merasa beliau sudah puas menyaksikan Tari Nong Anggrek ini.

Sanggar tari Anda sendiri, sejak kapan mulai aktifnya?

Secara legal melalui Notaris, Sanggar Tari Ragam Budaya Nusantara ini berdiri sejak 2012. Waktu itu, akte pendiriannya diurus demi memenuhi undangan dari KBRI di Oman. Tapi, sebenarnya penari angkatan pertama berlatihnya sudah sejak 2003. Sedangkan untuk Tari Nong Anggrek baru dimulai sejak 2013, dan sudah menghasilkan dua angkatan penari. Angkatan ketiga, insya Alloh akan dijaring dari para peminat tari dari sekolah-sekolah yang segera akan kita laksanakan program sosialisasinya.

o o o O o o o

Sherly Fatmarita, pemilik Sanggar Tari Ragam Budaya Nusantara di Tangsel. (Foto: Dok. Sherly Fatmarita)

Profil Narasumber.

Nama: Sherly Fatmarita. Tempat/tanggal lahir: Jakarta, 3 Juni 1975. Alamat: Perumahan Villa Pamulang, Kel Pondok Benda, Kec Pamulang, Tangsel. Pendidikan: Diploma III Kesehatan Lingkungan Depkes RI. Pekerjaan: Instruktur Tari dan Koreografer. Email: sherlyfatmarita@gmail.com

Pelatihan: Pelatihan Tari dan Karawitan Banyuwangi (1996), Seni Tari Bagi Sanggar, BLK Jaksel (2007), Tari Jawa Timur, TMII (2007), Tari Tingkat Dasar Bagi Pelaku Tari Saman Aceh, BLK Jaksel (2008), Tari Betawi Bagi Sanggar Tingkat Dasar, BLK Jaksel (2009), Tari Betawi Bagi Sanggar Tingkat Lanjut, BLK Jakpus (2010), Tari Betawi Bagi Sanggar Tingkat Mahir, BLK Jakpus (2011).

Pengalaman: Guru Tari di TK Al-Karim Pondok Cabe, SDI Khazanah Kebajikan Pondok Cabe, TK Salman Ciputat Timur, SDSN 02 Lebak Bulus, Sanggar Tari Adira Cireundeu, Penyambutan Gubernur Banten di Pamulang (14 April 2010), Peresmian Pustiknas di Ciputat (15 Desember 2010), Pertukaran Seni Budaya ke Jepang, di GOR Jaktim (13 Februari 2003), Foklor 5 Negara di Jakarta (13 Juli 2009), Peletakan Batu Pertama RSUD As-Sobirin di Pamulang (7 April 2010), Tari Zappin di RRI Jakarta (24 Agustus 2009), Ulang Tahun TV Edukasi di MOI Jakarta (27 Oktober 2011), Muscat Festival di Oman, Timur Tengah (16 – 24 Februari 2012), Asian Cultural Show, dan tampil di stasiun televisi di Oman, Timur Tengah (2012), South Asia Regional Environmental Security Conference di Jakarta (2 April 2012), Batam Expo 2012, SIPA 2013 di Solo (20 – 22 September 2013) Pergelaran Pelatihan BLK se-Provinsi DKI Jakarta (16 Desember 2013).

Sanggar Tari Ragam Budaya Nusantara pimpinan Sherly Fatmarita ketika tampil di KBRI Oman. (Foto: Dok. Sherly Fatmarita)

Pengalaman Produksi: Penata Tari ‘Rempak Rebana’ pada Pembukaan MTQ di Tangsel (2011), Penata Tari---bersama Rohwendi, penata musik---bertema ‘Al Qur’an Sebagai Pelita’ pada Pembukaan MTQ Tingkat Provinsi Banten (2011), Penata Tari ‘Srikandi Pembawa Amanah’---bersama Yunus, penata musik---pada HUT Tangsel ke-3 (2012), Tari Lengang Gendis sebagai Tari Kreasi Betawi (2012), Tari Rentak Rebana sebagai Tari Kreasi Zappin Melayu (2012).

Juri: Lomba Tari Tradisional dan Tari Kreasi untuk tingkat Remaja dan Anak-anak, Lomba Tari Kontemporer tingkat Remaja.

* * *

Baca tulisan sebelumnya, di sini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun