Berikut, wawancara saya dengan Sherly, yang kini tengah sibuk menjadi Asisten Pelatih untuk Pergelaran Acara Napak Tilas Republik Indonesia dalam rangka memperingati HUT RI ke-70 pada tahun ini. “Ada 85 pengisi acara yang terlibat. Dan, pada tanggal 15 Agustus ini, kami akan melakukan gladi resik. Lalu, pada tanggal 16 Agustus, akan mementaskan pergelaran tersebut dalam acara gala dinner di Istana Merdeka, Jakarta,” ujarnya penuh syukur.
o o o O o o o
Bagaimana cerita awal penggarapan Tari Nong Anggrek?
Sebagai kota urban, Kota Tangsel yang baru terbentuk memang belum memiliki tradisi, karena tradisi baru akan ada setelah dilakukan secara terus-menerus dan setiap hari. Mengenai apa yang menjadi ciri khas dan tradisi Tangsel, Kantor Budaya dan Pariwisata Tangsel, pada tahun 2014 sempat menggelar lokakarya selama dua hari di Cipondoh, Tangerang, yang tujuannya merumuskan apa-apa saja yang akan ditonjolkan untuk disepakati sebagai ciri khas Tangsel. Banyak tokoh masyarakat, seniman, penata tari dari Tangsel ikut hadir, termasuk pimpinan Lembaga Kesenian Betawi dari DKI Jakarta.
Akhirnya, berpijak pada fakta dan data lapangan, bahwa Tangsel merupakan pemasok terbesar bunga Anggrek jenis Van Douglas, maka terpikir untuk menciptakan sebuah tarian yang terinspirasi dari potensi Anggrek. Maka bersepakatlah kita, menyamakan ide, untuk menciptakan tarian yang mencerminkan kecantikan bunga Anggrek tersebut. Waktu itu, kita bahkan belum menemukan nama yang pas untuk tariannya, kecuali hanya sekadar tarian dengan inspirasi Anggrek, yang dalam hal ini adalah Bunga Anggrek jenis Vanda Douglas.
Sanggar tari Anda ikut aktif didalamnya. Bagaimana keputusannya waktu itu?
Hasil dari kesepakatan lokakarya untuk menciptakan tarian bertemakan Anggrek, kemudian ditindaklanjuti oleh Kantor Budpar Tangsel dengan menunjuk satu konsultan untuk membantu realisasi penciptaan tariannya. Nah, Dewan Kesenian Tangsel yang juga terlibat di dalamnya sejak awal, kemudian juga mengarahkan konsultan ini untuk bekerja sama dengan beberapa sanggar tari memenuhi rekomendasi. Tapi, akhirnya dipilih sanggar yang saya kelola, yaitu Sanggar Tari Ragam Budaya Nusantara yang beralamat di Kompleks Villa Pamulang, Tangsel, untuk bersama-sama melakukan riset dan pengembangan tarian Anggrek ini termasuk bagaimana musik pengiringnya.
Bersama konsultan ini kemudian kita berembuk lagi, dengan menghadirkan beberapa seniman musik dan tari, untuk menggali dan menciptakan tarian Anggrek lengkap dengan musiknya. Sebelum kita bekerja, semua pihak akhirnya sepakat untuk melihat potensi alam dan wisata Tangsel terlebih dahulu. Nah, ternyata kita semua sadar bahwa Tangsel tidak memiliki banyak potensi alam dan wisata, kecuali banyak memiliki danau-danau atau situ yang tersebar di berbagai wilayah Tangsel. Hal ini penting, karena meskipun ide besar tariannya adalah terinspirasi dari Anggrek Van Douglas, tapi tetap harus menampilkan wujud Tangsel secara keseluruhan berdasarkan ragam etnik, geografis, demografi, kultur dan segala macam yang terkumpul di kota ini.
Dengan potensi alam serta wisata yang minim, dan hanya menyisakan kesimpulan bahwa Tangsel memiliki banyak situ, maka mulailah kami semua yang berembuk ini mengerucutkan ide, guna menjawab apa-apa saja potensi yang terkandung di situ-situ tersebut. Sudah tentu, kita tidak mengambil unsur keberadaan tanaman Eceng Gondoknya, tapi kita justru menonjolkan bunga-bunga Teratai di situ-situ tersebut. Enggak lucu dong, kalau kita justru mengambil contoh nyata keberadaan Eceng Gondok, yang notabene dianggap mengganggu perairan situ dan justru sebaiknya dibersihkan, hahahaaa ...