Dua tahun tidak menyambangi Ibu Supiyah, rupanya tak membuat perempuan berusia 54 tahun itu lupa dengan saya. “Bapak kan yang dulu pernah wawancara saya, terus potret-potret itu ya?” tanyanya. Saya tersenyum, mengangguk dan mengiyakan. Reportase jumpa pertama saya dengan Ibu Supiyah kala itu, sempat nangkring jadi Headline dengan judul: Semangat Ibu Supiyah Bagai Lentera Usaha Industri Rumahan.
Ya, suatu sore di penghujung tahun 2013 itu, Ibu Supiyah tengah sibuk mengemas kue-kue kering buatannya. Ada Kembang Goyang, juga Keripik Pisang. Dibantu anak dan menantunya, tangan terampil dan cekatan Ibu Supiyah memasukkan Keripik Pisang satu demi satu ke plastik kemasan. “Musti hati-hati mengemasnya, supaya tidak hancur,” ujarnya ketika itu.
Sangat ekstra hati-hati mereka mengemas Keripik Pisang yang bahan bakunya berasal dari jenis Pisang Nangka. Plastik kemasannya juga sederhana. Hanya plastik bening kiloan biasa. Tanpa merek dagang, tanpa slogan maupun embel-embel yang neko-neko. Penutupnya pun sederhana. Plastik kemasan itu hanya dijepret pakai stapler, dengan di ujung kemasan diberi kertas karton sebagai penanda ujung atas dan memudahkan konsumen membukanya. Kertas karton yang dipergunakannya juga bukan yang khusus. Saya perhatikan, itu cuma kertas karton bekas wadah aneka kemasan sebelumnya.
Nah, ketika pada akhir Juli kemarin saya datang kembali ke lokasi industri rumahan milik Ibu Supiyah, memang sudah kelewat sore, hampir Maghrib. Tidak lagi terlihat aktivitas pembuatan kue-kue kering, apalagi pengemasan. “Sekarang masih istirahat dulu. Setelah kemarin, selama bulan suci Ramadhan, kami kebanjiran pesanan,” tutur Ibu Supiyah sembari tersenyum.
Kebanjiran pesanan? Luar biasa!
Penasaran, saya menyelami pernyataan Ibu Supiyah. Berapa banyak kue-kue kering yang diproduksinya selama bulan puasa kemarin? Jawabannya cukup membuat saya berdesis dan menggelengkan kepala. “Kemarin, selama bulan puasa, produksi Kembang Goyang saja bisa mencapai 400 kilogram. Kalau Keripik Pisang, paling-paling hanya 100 kilogram. Karena, kadang-kadang Pisang Nangka tidak tersedia di pasaran,” jawab Ibu Supiyah polos.
Seperti yang saya tahu, para pemesan kue-kue kering buatan Ibu Supiyah, memang selalu datang langsung ke kediaman ibu beranak 5 dengan 6 cucu ini. Kediamannya di pinggir Jalan Lingkar Selatan, Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), memang tidak pernah sepi. Hampir selalu saja ada pemesan kue-kue kering dari berbagai wilayah. “Waktu bulan puasa kemarin ini, bahkan ada pembeli yang datang dari Sumatera,” ungkapnya.
Selidik punya selidik, peningkatan produksi kue-kue kering bikinan Ibu Supiyah, selama bulan suci Ramadhan (Juni - Juli 2015) kemarin lantaran memperoleh bantuan dana pinjaman lunak berbunga rendah dari salah satu bank pelat merah. “Pada bulan April kemarin, saya mendapatkan dana pinjaman dari bank sebesar Rp 10 juta. Bunganya 0,5% per bulan, atau 6% per tahun. Uang itu saya belanjakan bahan-bahan baku, termasuk sembako, untuk persiapan produksi pada saat bulan puasa kemarin. Hasilnya, ya begitulah, alhamdulillah aja,” katanya tersipu.
“Wah, jadi penuh syukur dong ya Bu, dapat dana pinjaman lunak dari bank pemerintah itu. Sampai-sampai bisa memproduksi 400 kilogram Kembang Goyang, dan 100 kilogram Keripik Pisang?” tanya saya coba menegaskan ulang.
“Ya, alhamdulillah. Sekarang mah, saya tinggal berusaha untuk membayarkan angsuran cicilannya saja tiap bulan. Pokoknya, saya taruh saja di bank itu, Rp 500 ribu setiap bulannya. Doakan saya ya Pak, supaya saya bisa melunasinya. Kalau tidak bisa melunasi, waduh, bisa bagaimana nanti nasib saya,” tuturnya sembari menyodorkan sepiring Sukun goreng ke arah saya.
“Ya, Bu, saya doakan semoga lancar angsurannya,” tukas saya seraya nyomot Sukun goreng yang berwarna putih-kuning keemasan dan tebal ginuk-ginuk itu. Nyammm, nyammmmm …
Andil Perbankan
Soal dana pinjaman lunak berbunga rendah yang dicairkan bank pelat merah kepada Ibu Supiyah dan sejumlah pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kelurahan Keranggan, Setu, Tangsel, memang dibenarkan Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Cipta Boga, Alwani SPd.
KSU Cipta Boga inilah yang selama ini mendampingi, membina, dan mengembangkan denyut nadi UKM di Kelurahan Keranggan. Tulisan mengenai andil koperasi yang satu ini, pernah saya singgung dalam satu tulisan dan didapuk juga menjadi Headline oleh admin Kompasiana. Ini judulnya: Inilah Sentra Kacang Sangrai yang Beromzet Rp 1,9 M per bulan.
Menurut Alwani, ada sembilan pelaku UKM yang merupakan anggota KSU Cipta Boga, memperoleh dana pinjaman dari bank milik Pemerintah tersebut. “Ini merupakan wujud dari Program Kemitraan perbankan. Lengkapnya, realisasi dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Kalau untuk perusahaan swasta, PKBL ini mungkin disebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) – nya,” ujar pria asli Keranggan yang pernah didaulat menjadi Duta Koperasi Provinsi Banten ini.
Adapun besaran nilai dana pinjaman PKBL yang diberikan oleh bank tersebut nilainya tidak seragam. “Ada yang Rp 10 juta seperti yang diperoleh Ibu Supiyah itu. Ada juga yang Rp 30 juta. Tergantung dari pemenuhan syarat agunan yang diajukan. Kalau jaminannya berupa BPKB kendaraan bermotor misalnya, ya bisa besar nilai dana pinjamannya. Tapi sayang sekali, tidak semua pelaku UKM dapat memenuhi syarat agunan yang seperti demikian. Makanya, saya berharap, dana pinjaman lunak dengan bunga rendah ini dapat diberikan oleh bank, dengan tanpa agunan. Meskipun, saya sendiri paham, mengapa hal ini sulit untuk direalisasikan,” urai Alwani.
KSU Cipta Boga memang semakin membuktikan andilnya dalam mewujudkan pencairan dana pinjaman dari bank pelat merah tersebut. Meskipun, hal ini tak bisa dipungkiri, juga merupakan kerja keras dan kerja nyata dari sejumlah instansi Pemkot Tangsel terkait, mulai dari Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Tanpa jalinan kerjasama yang harmonis dan ciamik antara pelaku UKM, koperasi, serta dinas terkait, rasanya mustahil bank milik Pemerintah bersedia mengucurkan dana pinjaman tersebut.
“Pencairan dana PKBL dari bank milik Pemerintah yang cair pada bulan April kemarin, merupakan tahap pertama pelaksanaan. Insya Alloh, akan segera disusul dengan tahap kedua, dan akan lebih banyak lagi pelaku UKM yang merupakan anggota KSU Cipta Boga untuk memperoleh dana pinjaman perbankan tersebut,” harap Alwani yang turut sibuk membuka stand UKM Tangsel di lokasi perayaan Hari Keluarga Nasional ke-XXII di BSD City, baru-baru ini.
Galeri UMKM dan Ekowisata Cisadane
Sepanjang dua tahun tidak bertandang ke lokasi Kelurahan Keranggan, yang difokuskan untuk menjadi proyeks percontohan Desa Ekowisata dan Industri Rumahan yang ada di Kota Tangsel. Keberpihakan Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany sendiri semakin nyata dengan proyeksi masa depan di wilayah Kelurahan Keranggan. Hal ini dibuktikan dengan mewujudkan kehadiran Galeri UMKM. Lokasinya berseberangan dengan kantor KSU Cipta Boga, di Jalan Lingkar Selatan, Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, tak begitu jauh dari jembatan yang membentang dan melintasi Sungai Cisadane.
“Di sepanjang sisi Sungai Cisadane ini nantinya juga akan kami wujudkan pembangunan Kawasan Ekowisata Cisadane. Kenapa Ekowisata? Tangsel, secara geografis dilintasi Sungai Cisadane yang berada disebelah Barat. Keadaan alam dan lingkungan di sepanjang sungai Cisadane ini masih alami, hijau, sejuk dan asri. Ini merupakan suatu kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai Ekowisata. Dengan pengelolaan yang terpadu, Ekowisata Cisadane berpotensi menggerakkan ekonomi daerah, melestarikan lingkungan dan menyejahterakan masyarakat di sekitar kawasan, yang dikembangkan sebagai pariwisata alam atau Ekowisata Cisadane,” urai Alwani mantap.
Ekowisata Cisadane, lanjut Alwani, nantinya menjadi konsep yang tepat untuk pengelolaan objek wisata yang sekaligus memiliki fungsi ekonomis bagi penduduk setempat dan masyarakat sekitarnya. “Juga, fungsi konservasi dan pendidikan untuk sumberdaya yang ada di dalamnya,” imbuhnya sembari berharap agar pemilik modal dan pihak perbankan juga dapat terlibat secara nyata dalam mewujudkan Ekowisata Cisadane.
Sebagai gambaran, menurut Alwani, di lokasi Ekowisata Cisadane yang luasnya bakal mencapai sekitar 50 hektar ini, nantinya akan dikembangkan sejumlah fasilitas, kegiatan maupun aset wisata. “Mulai dari Kampung Home Industry atau Wisata Kewirausahaan, Agrowisata, Wisata Air, Wisata Kuliner, Wisata Batu Akik Cisadane, Green Camp dan Outbond, Pendidikan Lingkungan, juga Wisata Budaya dan Bahasa,” jelasnya membeberkan konsep. "Saat ini, di lokasi sudah ada usaha pembudidayaan Anggrek yang dikelola Kelompok Tani Anggrek Cisadane, dan ini termasuk anggota binaan koperasi kami juga".
Rengginang dan Ranggeneng, dua produk unggulan pelaku UKM Tangsel yang ter-display di Galeri UMKM Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Bagaimana dengan Galeri UMKM?
Alwani bersyukur, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany tanggap dan merespon positif geliat pelaku UKM, khususnya yang tersebar di Kelurahan Keranggan dan sekitarnya. Salah satu wujud nyatanya adalah dengan mendirikan Galeri UMKM. Di galeri yang sehari-hari dioperasikan oleh KSU Cipta Boga, banyak sekali terdapat produk yang dihasilkan pelaku UKM Tangsel.
Keberadaan Galeri UMKM ini memang layak diacungi dua jempol, karena sanggup menjadi etalase bagi produk-produk industri rumahan dari pelaku UKM, utamanya anggota KSU Cipta Boga. Apa saja produknya? Banyak sekali. Sebagian berhasil saya foto sebagai bukti supaya tidak dikatakan hoax, hahahaaa … (bercanda).
Untuk produk pangan unggulan misalnya, terdapat berbagai jenis, mulai dari keripik yang diolah dari Pisang, Singkong, Ubi Ungu, maupun Gadung. Ada juga Keripik Bawang dan Keripik Balado. Kerupuk juga bermacam-macam, dari Kerupuk Kulit, Kerupuk Beras, hingga Kerupuk Tulang Ikan Lele.
Selain itu, ada juga Rengginang, Ranggeneng, Kembang Goyang, Kacang Sangrai, Opak, Enyek, Lempeyek, Abon Ikan Lele, Abon Cabe Kering, Telor Asin, Kue Nastar, Kue Akar Kelapa, dan masih banyak lagi. Tak hanya panganan, ada pula perfume yang merupakan produk warga Tangsel meski sudah mengalami proses pabrikan, juga aneka produk kerajinan yang sangat kreatif seperti tas dan dompet yang dibuat dari limbah plastik.
Terkait masalah merek dagang yang tercantum pada kemasan produk, Alwani menjelaskan bahwa nama yang disepakati sebagai mereknya adalah Ma’Kita sebagai kependekan dari Makanan Kita Semua.
“Atau, bisa juga diartikan bahwa Ma’Kita itu berarti makanan yang dibuat atau diolah oleh orangtua atau Emak (Ibu) kita sendiri. Nama ini penting, karena harus membawa penegasan bahwa semangat yang kita lakukan adalah memang benar-benar untuk memberdayakan usaha dan perekonomian warga masyarakat sekitar,” jelasnya seraya menyebut bahwa ada sekitar 60 produk hasil industri rumahan anggota KSU Cipta Boga dan pelaku UKM di wilayah sekitar.
Selain men-display dan memperjual-belikan produk pelaku UKM, di Galeri UMKM ini juga terdapat pelatihan Teknologi dan Informasi yang dinamakan Broadband Learning Center Telkom. Inilah cikal bakal project yang akan menjadi realisasi dari pendirian Kampung Digital UKM.
Menyaksikan sendiri bagaimana pelaku UKM Tangsel pelan-pelan bangkit dan terus maju, saya menjadi ikut bangga. Bangga dengan ketangguhan dan keuletan para pelaku UKM. Sekaligus mengapresiasi kerja KSU Cipta Boga yang selalu sabar dan telaten mendamping serta membina mereka.
Masih terngiang kegigihan Alwani dua tahun lalu. Ia mengaku, ketika baru menerima ijasah Sarjana dari kampusnya, ia sempat menggadaikan ijasah tersebut. “Laku Rp 30 juta, dan saya langsung kucurkan untuk membantu pelaku UKM yang menjadi anggota koperasi, misalnya dengan membeli bahan-bahan baku produksi yang mereka butuhkan,” getir Alwani kala itu.
Kini, besar harapan Galeri UMKM Tangsel semakin maju. Begitu pula dengan rencana mewujudkan proyek Ekowisata Cisadane, semoga segera terwujud, demi kemajuan dan kesejahteraan warga masyarakat Tangsel juga.
* * * * *
Foto #1: Alwani SPd, Ketua KSU Cipta Boga di Galeri UMKM Kota Tangsel yang dikelolanya. (Foto: Gapey Sandy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H