Bagi tim Squee, kondisi fisik Jalan itu given atau tidak bisa dirubah sekejap mata. Kalau mau nunggu MRT mencakup seluruh Jakarta, tentunya butuh waktu yang cukup panjang sampai sistemnya berfungsi penuh. Tapi ‘kan kita enggak bisa menunggu secara pasif. Lewat Squee, kami mau merombak faktor nomor 1-nya, yakni kekuatan komunitas dan pengembangan kultur transportasi aktif. Kalau komunitas ini berkembang dan menjadi market utama di kota, akan banyak stakeholder pembangun kota yang memprioritaskan pejalan kaki dan pesepeda juga pada akhirnya.
Bagaimana dengan rute khusus untuk lintasan sepeda?
Tambahan untuk sepeda, nanti saat signing up dan memulai rute, ada pilihannya mau mencari rute sepeda atau berjalan kaki, dan si Squeeians memberi input apakah mereka sedang berjalan kaki atau bersepeda saat nge-Squee. Nanti, sistem mapping kita akan membedakan rute untuk sepeda, mana yang hanya bisa dilewati pejalan kaki. Nanti data traffic-nya kita generate, kalau di sana pesepeda sering lewat, artinya ada jalur yang bikeable, terlepas disana ada bike lane khusus atau sekadar trotoar eksisting. Nanti, user juga bisa kasih input kalau ada bike lane yang baru dibuat, atau ada trotar baru yang nyaman untuk sepeda. Ada faktor waktu juga, misalnya pas Car Free Day, otomatis yang tadinya jalan raya jadi jalur sepeda. Kalau semua orang pada nge-Squee di lokasi tersebut pada waktu tertentu, datanya terakumulasi secara realtime, jadi orang lain tahu di sana sepeda bisa lewat.
Rencananya, kapan Squee Mobile App akan dilakukan trial and error, lalu diluncurkan?
Kami berencana untuk meluncurkan versi Beta di awal tahun 2016 pada kuartal pertama. Yang aktif memakai versi Beta ini akan kami sebut the first Squeeians. Kita mau melibatkan para first Squeeians ini untuk mengembangkan feature-feature Squee, ini penting sekali sebagai starting point, sehingga pengembangan app-nya interaktif dan tepat guna.
Seberapa besar manfaat Squee Mobile App untuk meningkatkan mobilitas warga kota dan menjawab derita kemacetan di Jakarta?
Sebagai fokus awal, kita ingin memfasilitasi orang-orang yang sudah pada dasarnya menjadikan jalan kaki dan bersepeda sebagai moda transportasi utama terlebih dahulu. Lama-lama ‘kan komuter-komuter aktif ini makin kuat, makin eksis, bisa bercerita kalau jalan kaki dan naik sepeda itu sebenarnya praktis, seru, keren, dan bersifat sosial. Akhirnya, mungkin nanti teman-teman dekatnya juga ikutan coba nge-Squee bareng. Pada akhirnya, bisa terbentuk suatu budaya transport aktif yang solid di kalangan penduduk Jakarta.
Kita ingin mengingatkan, bahwa jalan kaki dan bersepeda bagaimanapun merupakan salah satu alternatif mobilitas, yang dapat memberikan perspektif streetscapes atau landscape kota yang berbeda. Dengan berjalan kaki atau naik sepeda, otomatis kita tidak akan pernah terjebak macet, alias bisa ‘kabur’ kapan saja. Kuncinya ya di komunitas itu sendiri. Hipotesis kami, misalnya, kalau di Jakarta hanya ada 800.000 ribu trip komuter aktif, sementara yang trip mobil atau motor 22 juta, tentunya sudah menurut hukum alam yang minoritas akan kalah dan terlupakan. Jalan di kota pasti akan terlihat menyiksa bagi pejalan kaki maupun pesepeda. Mau idealis tetap jalan dan bersepeda pun tetap ada risiko diserobot serta ditabrak kendaraan bermotor. Tapi bayangkan kalau angkanya dibalik, meskipun setting-nya sama persis --- apa adanya, tidak usah ideal seperti di Jerman misalnya ---, seneng-seneng aja ‘kan jalan kaki kalau temannya se-kota?
Apakah ide Squee Mobile App akan dikembangkan untuk kota-kota lain selain Jakarta?