Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora featured

Cetak Generasi Emas dengan Batasi Kelahiran dan Keluarga Berkualitas

24 Juli 2015   15:06 Diperbarui: 5 Agustus 2016   11:39 2554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita shock dan terkesiap! Empat pelaku pembunuhan wartawati media onlineNur Baety Rafiq (44) di Bojong Gede, Depok, pada Juli ini, ternyata masih berusia muda. Dua diantaranya, baru berusia 20 tahun. Nafsu angkara menguasai harta milik korban dilakukan, demi menjawab desakan kebutuhan ekonomi dan kesejahteraan. Apalagi, momentumnya mau lebaran. Pikir sesat mereka, uang harus di tangan. Meski harus menghilangkan nyawa korban.

Sebelumnya, pada April, seorang siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) berusia 14 tahun, kabarnya telah menjadi korban penyekapan dan pemerkosaan. Pelakunya? Sepuluh anak muda. Diantara pelaku, ada yang berusia 22 tahun. Kasus yang terjadi di Kenagarian Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat ini, kontan menyedot perhatian sekaligus empati publik.

Kedua kasus kriminalitas tersebut tidak saling berhubungan satu sama lain. Tapi, irisannya sama, yakni kejahatan yang dilakukan anak muda dengan pemicu yang berbeda. Benang merah dari kedua kasus ini adalah ada potret kurang berhasilnya pembinaan keluarga---dan unsur lainnya, seperti lingkungan---, dalam membentuk watak serta kepribadian anak-anak muda yang notabene para pelaku kejahatan.

Mengapa kegagalan pembinaan anak-anak dalam institusi keluarga menjadi sorotan?

Dari kiri ke kanan: Wardah Fajri (Moderator/Kompasiana). Suyono Hadinoto, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany, dan Abidinsyah Siregar. (Foto: Gapey Sandy)

Dalam acara Kompasiana Nangkring Bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bertema ‘Membangun Keluarga, Membangun Bangsa Sebagai Wujud Revolusi Mental’, pada Rabu, 8 Juli 2015 di Hotel Santika Serpong, BSD, Tangerang Selatan (Tangsel), DR Abidinsyah Siregar DHSM M.Kes selaku Deputi Bidang Advokasi, Penggerakkan dan Informasi BKKBN menyampaikan paparannya terkait Kerangka Konsep Pembangunan Keluarga.

Secara global, menurut Abidinsyah, data Bank Dunia yang dilansir pada 2013 menunjukkan, lebih dari 400 juta anak hidup dalam kemiskinan. Kondisi ini semakin miris dengan temuan UNICEF sepanjang 2014 kemarin yang mengungkapkan, angka kematian bayi mencapai 30 per 1000 kelahiran, sedangkan angka kematian anak usia dibawah 5 tahun mencapai 37 per 1000 kelahiran. Ironisnya lagi, 7 ribu anak meninggal dunia setiap hari karena penyebab yang seharusnya dapat dicegah, dimana separuhnya adalah akibat kurang gizi.

Sementara itu, mengutip hasil sigi yang dilakukan Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada 2014, Abidinsyah mengemukakan, ternyata jumlah remaja (10 - 24 tahun) mencapai 25% atau (1,8 miliar) dari total seluruh penduduk dunia. Dari jumlah tersebut, 50% diantara remaja tersebut pengguna internet, dan tidak memiliki pekerjaan. Adapun 85% dari para remaja ini tinggal di negara dengan indeks kesejahteraan yang relatif rendah.

Dua siswi SMA mengenakan kaos GENRE (Generasi Berencana). Keduanya turut serta memeriahkan mata acara kegiatan HARGANAS XXII di Kota Tangsel, Provinsi Banten. (Foto: Gapey Sandy)

Lantas, bagaimana dengan isu kependudukan dengan skala nasional?

Dua tahun lalu, Bappenas menyodorkan data kependudukan. Jumlah penduduk Indonesia pada 2015 ini, diperkirakan 255,5 juta jiwa. Proyeksinya, jumlah balita dan anak sebanyak 47,4 juta jiwa. Adapun jumlah remaja, menyundul angka 66 juta jiwa, atau 7% dari jumlah total penduduk. Kontribusi proporsi penduduk usia produktif ini sudah pasti membawa potensi Bonus Demografi. Potensi ini diperkuat dengan data yang menyatakan, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) sejumlah 21,7 juta jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun