Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora featured

Cetak Generasi Emas dengan Batasi Kelahiran dan Keluarga Berkualitas

24 Juli 2015   15:06 Diperbarui: 5 Agustus 2016   11:39 2554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DR Abidinsyah Siregar DHSM M.Kes, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakkan dan Informasi BKKBN ketika menyampaikan paparannya. (Foto: Gapey Sandy)

Dengan keluarga berkualitas, lanjutnya lagi, akan mampu menunaikan delapan fungsi keluarga. Pertama, fungsi keagamaan. Artinya, setiap keluarga Indonesia punya keyakinannya sendiri, bisa merupakan agama, atau keyakinan lainnya yang diakui oleh hukum nasional kita. Kedua, fungsi sosial budaya. Bagaimana seseorang melakukan kontak sosial dengan lingkungan masyarakat yang ada di sekitar.

Ketiga, fungsi cinta dan kasih sayang. Keempat, fungsi perlindungan. Kelima, fungsi reproduksi yang bisa berkembang, sehingga setiap ayah, setiap ibu, yang berumah-tangga, melahirkan anak, dimana anak-anak yang dilahirkan akan menggantikan satu ayah, dan satu ibu. Makanya, konsep yang selama ini sudah sangat terkenal adalah: Dua Anak Cukup! “Kenapa? Karena, dengan dua anak cukup, maka generasi keluarga akan dapat dipertahankan terus sepanjang zaman. Selain itu, ada kepastian dari keluarga yang bersangkutan untuk membuat dua anak mereka itu menjadi berhasil dalam hidupnya,” ujar suami dari Haslinda Daulay, SE,Msi ini.

Fungsi keenam, fungsi sosialisasi dan pendidikan. Artinya, pendidikan harus terjamin. Ketujuh, fungsi ekonomi. Terakhir, kedelapan, fungsi lingkungan.

Keluarga Berencana dan Bonus Demografi

Keuntungan pelaksanaan program KB pada masa lalu, selain menurunkan angka kelahiran dan menjaga keseimbangan jumlah penduduk, adalah adanya Bonus Demografi.

Inilah delapan fungsi keluarga. (Sumber: Makalah BKKBN)

Bonus Demografi artinya masa dimana angka beban ketergantungan antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia tidak atau nonproduktif mengalami penurunan sehingga mencapai angka dibawah 50. Artinya, setiap penduduk usia kerja menanggung sedikit penduduk usia nonproduktif. Tetapi, untuk mendapatkan Bonus Demografi ini, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) harus ditingkatkan secara maksimal melalui pendidikan, pelayanan kesehatan dan penyediaan lapangan kerja.

Data proyeksi penduduk menunjukkan bahwa Bonus Demografi di Indonesia diperkirakan terjadi pada 2020 hingga 2035. Sedangkan pada 2020 – 2030, Indonesia mengalami window of opportunity. Setelah tahun 2030, Indonesia kemudian akan menghadapi peningkatan pesat pada kelompok penduduk usia lanjut (65+), sehingga meningkatkan kembali rasio ketergantungan.

Tidak selamanya Bonus Demografi itu membawa berkah. Ia justru bisa berubah menjadi “Bencana Demografi”, manakala penduduk usia produktif tersebut tidak memiliki pendidikan yang memadai, tidak memperoleh keterampilan yang cukup apalagi mumpuni. Nah, ketika kondisi demikian terjadi maka penduduk usia produktif akan menjadi pengangguran dan sudah barang tentu bakal ada konsekuensinya. Antara lain, kejahatan maupun angka kriminalitas yang melibatkan anak-anak usia muda.

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP), jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat selama hampir 40 tahun, dari sekitar 118 juta jiwa pada 1971 menjadi 237 juta jiwa pada 2010. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dalam rentang waktu 1971 – 1980 yang mencapai 2,33 persen mengalami penurunan hingga menjadi 1,45 persen dalam kurun 1990 – 2000. Sedangkan pada periode 2000 – 2010, laju pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan menjadi 1,49 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun