“Kita adalah bagian dari kemacetan, karena itu berhenti mengeluh, saatnya kita menjadi solusi”. Itulah pesan yang selalu disampaikan Ucha. Pesan ini begitu mendalam. Mengajak orang untuk jangan cuma bisa mengeluh ketika terjebak macet. Jangan juga memaki kemacetan, karena toh percuma juga dilakukan.
Ucha, nama lengkapnya Khairunnisa Kautsar. Perempuan kelahiran Jakarta, 9 Desember 1986 ini alumnus S1 Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta. Bersama dua rekan semasa kuliah, Ria dan Okka, ketiga sekawan ini menggulirkan project CUS alias CYCLIST URBAN SYSTEM. (CUS, dapat dilihat: di sini)
Nantinya, CUS akan menjadi tempat yang dimodifikasi sebagai pusat layanan para pesepeda untuk parkir, membersihkan diri dan ganti baju, istirahat sejenak usai gowes sepeda. Fasilitasnya lumayan komplit! Ada kamar mandi, toilet, loker, vending machine, P3K, bengkel sepeda, penjualan aksesoris sepeda, serta penyewaan sepeda.
Bisa dibayangkan, dengan adanya CUS, mereka yang pergi ke kantor (atau urusan lain) menggunakan sepeda atau lazim disebut bike to work, akan sampai di kantor dengan penampilan necis, wangi dan penuh semangat.
Hebatnya, baru-baru ini, ketika project CUS dilombakan dalam sebuah kompetisi, Ucha dan kawan-kawan berhasil merebut juara ketiga. Yeaaahhh, congrats!
Tak cuma itu, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bahkan kesengsem dengan project CUS. Maklum, Ahok pasti akan menerima setiap usul dan saran terbaik demi mengurai kemacetan di Jakarta yang kian menggila. Jadi, jangan kaget, bila tahun depan, akan ada CUS, atau tempat mangkal para pesepeda di ibukota. Lalu dengan sistem waralaba, CUS akan menjamur pula di kota-kota lainnya.
Lantas, apa dan bagaimana selengkapnya CUS itu? Bagaimana Ahok kepincut mewujudkan CUS? Apa saja layanan dan keuntungan CUS bagi member alias para pegowes?
Inilah wawancara saya dengan Ucha via surat elektronik:
o o o o o o o > O < o o o o o o o
Awalnya, bagaimana tertarik ikut kompetisi Jakarta Urban Challenge pada New City Summit 2015 itu dan mengajukan project CUS?