Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menulis Mudah, Bacalah Ini

21 Juni 2015   07:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:42 2042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TAPI APA YANG TERJADI?

Banu Astono justru memilih untuk melakukan pekerjaan yang ke-‘3’. Itu berarti, Banu rela pulang, membersihkan diri, tapi sambil membawa serta kerang berisi mutiara, dan onggokan ‘kotoran’ ikan Paus tersebut.

ALASANNYA?

Ya, inilah pentingnya ilmu pengetahuan. Ternyata, Banu paham, ‘kotoran’ ikan Paus, apabila sudah dicuci dengan bersih dan benar, dapat menghasilkan uang senilai ratusan juta rupiah. “Pergilah saya ke pabrik pembuat parfum, minyak wangi. Tahukah Anda-anda sekalian, di pabrik parfum, ‘kotoran’ ikan Paus itu dapat dihargai senilai Rp 800 juta per kilogram!” ujar Banu membuka rahasia. Sementara seluruh peserta diskusi kontan berteriak: “Oooooo….oohhh!”

Menurut Banu, muntahan ataupun feses ikan Paus, ternyata dapat membuat aroma dan kesegaran parfum dapat menjadi lebih tahan lama. Itulah mengapa harganya sangat mahal. ‘Kotoran’ ikan Paus itu dinamakan AMBERGRIS, semacam lilin berwarna kuning-coklat-kehijauan, yang dihasilkan dari dalam usus ikan Paus atau sperma. Ambergris ini fungsinya melindungi ikan Paus dari benda-benda tajam membahayakan ketika mereka menelan makanan.

Di dunia, AMBERGRIS malah disebut-sebut sebagai gold from the sea, emas dari laut! Mahal sekali harganya, memang.

(Banu Astono memaparkan presentasi MENULIS ITU MUDAH. Foto: Kompasiana/Santo)

* * * * *

Itulah manfaat dari ilmu pengetahuan. Kata Banu, siapa sangka onggokan ‘kotoran’ ikan Paus punya nilai ekonomis sebegitu dahsyat? Tapi, dengan wawasan pengetahuan, kita justru memperoleh manfaat luar biasa. “Begitu pula dengan yang namanya MENULIS. Perlu wawasan pengetahuan yang luas dan selalu diaktualisasi. Jelasnya, wawasan dan ilmu pengetahuan sangat menentukan dalam bagaimana kita menulis,” tegasnya.

Dengan wawasan dan ilmu pengetahuan, lanjut Banu, seorang penulis tinggal menentukan pilihan, dirinya itu mau menulis dari sudut pandang yang mana?

“Menulis, menarik atau tidak menarik, bukan karena bakat. Tapi, karena kemampuan memilih kata-kata, kecerdasan, dan bagaimana mengumpulkan data,” tegas Banu yang mengenakan celana hitam, sportif dan padu padan dengan kemeja berbahan jeans.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun