Salah satu yang membuat Toyota menjadi perusahaan paling sukses di seantero jagat adalah, karena program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang luar biasa. Hal ini juga dipaparkan Jeffrey K Liker, dalam bukunya yang berjudul The Toyota Way Fieldbook. Menurutnya, para pemimpin Toyota dengan bangga acapkali menyebut bahwa mereka membangun orang dan bukan hanya sekadar membuat mobil. Maknanya tentu sangat dalam, yaitu ketika (pabrik) Toyota membuat mobil sekaligus mewujudkan orang-orang untuk senantiasa belajar dan mengembangkan diri.
Sebuah filosofi yang mantap. Karena, tidak hanya memposisikan SDM sebagai subyek semata, tapi juga aset perusahaan yang tak ternilai harganya.
Mungkin, kalau hanya membaca buku The Toyota Way Fieldbook itu, pembaca hanya akan dapat berimajinasi dan membayangkan saja, kira-kira seperti apa filosofi tersebut diwujudkan. Beruntung hal tersebut tidak berlaku bagi saya. Kenapa? Karena selain menyimak secara teori perihal filosofi tersebut, saya berkesempatan melihat langsung bagaimana Toyota mewujudkan filosofi yang pamornya sangat mendunia itu. Ya benar, saya langsung melihat sendiri semua itu dilaksanakan di pabrik Toyota.
Saya blusukan di pabriknya mobil Toyota!
Kesempatan blusukan ini berawal dari terpilihnya saya sebagai satu dari 20 Kompasianer yang berhak mengunjungi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Plant I di Jalan Sunter Kemayoran No.55A, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Rabu, 10 Juni 2015. Sebelumnya, kami diseleksi dari total peminat yang mencapai 90 orang. Mungkin, saya terpilih, karena dalam isian form yang disyaratkan admin Kompasiana, saya menulis, bahwa “Saya Seorang Pengguna Toyota”. Artinya, sebagai end user, saya berhasrat tinggi untuk menyaksikan langsung, bagaimana kendaraan yang sehari-hari saya pergunakan itu dibuat dan diproduksi secara massal. Saya pikir, kebijakan admin untuk memberi kesempatan emas ini kepada saya amat patut diapresiasi. Maturnuwun Mas Bro!
Mari mengenal TMMIN terlebih dahulu.
TMMIN, merupakan salah satu perwakilan Toyota di Indonesia. Satu lainnya adalah PT Toyota Astra Motor (TAM). Sebagai anak perusahaan dari Toyota Motor Corporation yang berpusat di Jepang, TMMIN mengambil peran sebagai produsen dan pengekspor produk dan suku cadang Toyota ke seluruh dunia. Dengan kata lain, area bisnis TMMIN adalah memproduksi mobil, memproduksi komponen, dan mengekspor mobil. Sedangkan TAM, berperan menjadi agen pemegang merek, importir dan distributor produk Toyota.
Selama lebih dari empat dekade, TMMIN memainkan peran penting dalam perkembangan industri otomotif di Indonesia, selain membuka peluang kerja bagi industri pendukungnya. TMMIN punya empat pabrik yang telah beroperasi di Sunter dan Karawang.
Oh ya, asal tahu saja, pada 15 April 2015 kemarin, TMMIN memperoleh penghargaan yang bergengsi. Namanya, Indonesia Most Admired Companies 2015 dari Majalah Warta Ekonomi. Hasil survei membuktikan, TMMIN merupakan perusahaan dengan awareness tertinggi dan memiliki corporate image terbaik berdasarkan hasil penilaian dari responden. Selamat!
Penghargaan tersebut kiranya pantas disandang, karena sesuai visi TMMIN, memang ingin menabalkan diri sebagai Perusahaan Terbaik dan Fleksibel, dan Perusahaan yang Dikagumi. Maka terwujudlah visi tersebut, bersamaan dengan misi TMMIN yang berkomitmen untuk Membantu orang dan barang berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan nyaman melalui pembangunan berkelanjutan pada Teknologi, Produk, dan Layanan di Industri Otomotif.
Tiba di TMMIN, rombongan nyaris mendekati jam makan siang. Whewww … sesuatu yang ditunggu-tunggu juga, setelah menempuh perjalanan yang berliku dan lumayan terhadang kemacetan arus lalu-lintas. Beruntung masih ada sedikit waktu, untuk penyampaian prakata penyambutan dari TMMIN kepada rombongan kami, begitu pula sebaliknya. Apalagi memang, aturan berlaku, bila belum bel berbunyi tanda waktu jam istirahat (11.45 wib), maka belum diperbolehkan ada yang masuk ke kantin.
Eh iya, perlu dikasih tahu juga, kantin di sini tidak hanya satu. Pada setiap area kerja, selalu ada kantin. Uniknya, di kantin selalu tersedia varian menu makan yang siap santap. Kebetulan, siang ini, menunya adalah Nasi Gudeg, dan Nasi Timbel. Wowww … yummy!
“Kantin di sini, mirip seperti kantin di sekolah-sekolah luar negeri. Setiap pengunjung kantin, dipersilakan ambil satu nampan menu makan sesuai pilihan. Pada nampan itu sudah ada nasi, buah, sayur, lauk-lauk, kerupuk, lengkap! Tersedia juga nasi putih, dan nasi merah. Minumannya ada panas, dingin, kopi, teh, juice, atau air putih segar. Dengan kantin yang seperti ini, keuntungannya adalah karyawan tidak harus membawa bekal makanan dari rumah. Karyawan juga tidak harus mencari makan ke luar kantor. Dan yang pasti, menunya sehat sehingga membawa dampak positif dari sisi kesehatan bagi seluruh karyawan,” jelas Bianca selaku Corporate Planning TMMIN yang setia memandu rombongan Kompasianer.
Uuupppsss … selesai makan, semuanya serba tertib. Sisa makanan tidak boleh berserakan di meja atau lantai. Nampan atau baki makanan berikut gelas kosongnya, harus dikembalikan sendiri ke tempat semula. Nah, pembelajaran ketepatan waktu, disiplin, kebersihan dan tanggung-jawab, secara tak langsung juga terlaksana dari ruang kantin yang higienis dan nyaman.
Kedisiplinan memang menonjol sekali di area TMMIN. Bahkan, ketika bus rombongan kami memasuki area TMMIN Sunter Plant I yang rapi dan resik, aroma keteraturan makin nampak. Bus besar yang membawa kami diinstruksikan untuk masuk kawasan secara tertib, termasuk berhenti menurunkan penumpang pun juga ada aturannya. Bus berhenti di lobby kantor. Di terasnya terdapat dua lajur, kiri dan kanan. Ternyata, kiri untuk lajur orang berjalan keluar, dan kanan adalah lajur masuk. Bus berhenti dengan hanya pintu depan saja yang dapat dibuka. Maksudnya, supaya rombongan kami dapat langsung ambil posisi di teras lajur sayap kanan, dan masuk ke lobby.
Lobby dasar gedung, kosong saja. Hanya ada tulisan balok dengan chrome silver mengkilap bertuliskan Toyota Sunter 1 Plant. Diatasnya ada lambang kebesaran, logo Toyota yang terkenal itu. Juga ada prasasti dari batu keramik hitam dengan tulisan berwarna kuning keemasan. Tulisannya antara lain berbunyi: This building has been renovated as a part of employee spirit to face bright and brilliant future. Inaugurated by Masahiro Nonami. Tertanggal 17 Desember 2012.
Masahiro Nonami adalah President Director PT TMMIN. Ia terlahir di Kochi, Jepang tahun 1954, dan meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Waseda, Jepang, pada 1977. Beliau bergabung dengan TMMIN dan menjabat President Director sejak 2009 lalu.
Rupanya, lobby sesungguhnya ada di lantai atas. Rombongan harus menaiki tangga terlebih dahulu untuk menuju ke sana. Dan lagi-lagi, cara naik tangganya juga punya aturan baku yang sudah diatur dan wajib dipatuhi. Pertama, untuk naik ke atas, rombongan harus menuju sisi sebelah kiri, sebagai lajur naik. Ketika turun, harus melalui lajur sisi sebelah kanan. Kedua, pada saat menapaki anak tangga, tangan harus memegang handle tangga. Ketiga, dilarang menerima atau berbicara menggunakan handphone ketika sedang berjalan. Keempat, tidak boleh memasukkan kedua telapak tangan di kantong saku celana. Kelima, berjalan sesuai garis aturan atau jalur hijau yang tersedia.
Hmmm … banyak aturannya, ya?
Bukan, itu bukan semata deretan peraturan. Tapi, itulah ciri perusahaan besar yang visioner, maju dan mantap! Ambil contoh, aturan yang melarang siapapun berjalan di area pabrik dengan memasukkan kedua tangan di saku celana, dimaksudkan agar bila yang bersangkutan terjatuh, kedua tangannya masih dapat melakukan gerak refleks untuk penyelamatan diri. Utamanya, melindungi benturan kepala dengan lantai maupun aspal.
Sambutan Hangat Manajemen TMMIN
Welcome dan bersahabat. Itulah yang dapat kami nilai dari uluran sambutan yang disampaikan manajemen TMMIN kepada rombongan Kompasiner. Mulai dari Executive General Manager PT TMMIN, Turmudi S, Manager PAD Sunter 1, Jatmiko, General Manager Corporate Planning, Ajie, dan Renny Yuharni dari PPA Dept. PAD Sunter yang menjelaskan tentang Safety Induction.
Meski tuan rumah sudah dalam formasi lengkap untuk menyampaikan paparan mengenai apa dan bagaimana TMMIN, tapi belum shahih kiranya, bila rombongan Kompasianer belum diperkenalkan tentang TMMIN. Dian, karyawati TMMIN yang bertindak selaku Mastering Ceremony acara pun ambil bagian, dengan mempersilakan semua hadirin menyaksikan penayangan video company profile TMMIN.
Dalam video berdurasi sekitar 10 menit itu, semua Kompasianer terlihat menganga menyaksikan bagaimana mesin-mesin mobil Toyota diproduksi, dan dikapalkan untuk pemasaran domestik maupun ekspor.
Begini, intisari videonya. Penting loch, disimak …
Di Indonesia, Toyota memiliki empat pabrik kelas dunia. Pabrik Toyota Sunter 1 membuat engine dengan proses assembling, packing dan ekspor, serta service part. Pabrik Toyota Sunter 2, menghasilkan produk casting membuat komponen engine mulai dari cylinder block, proses pembuatan panel, proses dies dan jig. Lalu, Pabrik Toyota Karawang 1, yang memproduksi mobil jenis Innovative International Multi Purpose Vehicle seperti Kijang Innova dan Fortuner, untuk pasar domestik dan ekspor. Sedangkan Pabrik Toyota Karawang II memproduksi mobil jenis compact, yaitu Etios Valco, Vios dan Yaris.
Seluruh pabrik ini telah dilengkapi fasilitas produksi terlengkap yang tetap berpegang teguh pada penerapan Health, Safety and Environment sesuai Best Engineering Practice berstandar internasional. Dengan komitmen untuk menjadi Green Company, TMMIN memiliki fasilitas-fasilitas ramah lingkungan dan berpedoman pada Toyota Environment Management System.
TMMIN mengimplementasikan Toyota Production System yang bertujuan menciptakan efisiensi dan efektivitas kerja dari aktivitas produksi guna menghasilkan produk berkualitas secara konsisten.
Proses produksi diawali oleh casting, yaitu proses peleburan dan pengecoran dari material dasar hingga menjadi block engine. Selanjutnya dilakukan machining yaitu proses pembentukan dengan menghilangkan material yang tidak diinginkan dari proses casting. Engine assembly yaitu proses perakitan dari komponen mesin menjadi satu mesin utuh. Inilah akhir dari proses produksi mesin.
Proses berikutnya adalah pressing, yaitu membentuk lembaran baja menjadi bentuk-bentuk mobil sebelum dirangkai. Welding yaitu proses pengelasan pada part-part yang sudah di-press hingga akhirnya menjadi kerangka sebuah mobil. Painting yakni proses pemberian warna sesuai jenis dan tipe kendaraan. Asembly yaitu proses perakitan berbagai komponen menjadi satu unit kendaraan, yang dilanjutkan dengan proses Quality Control.dimana setiap kendaraan dengan seksama akan di-cek setiap detilnya. Ada juga proses packing dan vanning komponen yang akan diekspor ke mancanegara. Proses shipping, pengapalan kendaraan menuju pasar domestik, dan ekspor mancanegara yang hingga kini sudah merambah ke 72 negara.
Seluruh proses produksi ini menerapkan konsep Clean, Bright and Comfort (CBC). Penjabarannya, begini: Clean (bring member to worlk with passion and enthusiasm), Bright (clear visualization of working environment), dan Comfort (no contamination to working environment). Prinsip ini dikolaborasikan dengan Passion, Profesionalitas dan Komitmen dari setiap SDM TMMIN, guna menghasilkan produk Indonesia berkualitas internasional yang senantiasa bersinar di ranah global.
Beginilah, Filosofi ‘Monozukuri’
Sementara itu, dalam paparannya, Turmudi menjelaskan, Toyota berawal dari Negeri Matahari Terbit, Jepang. Produsen otomotif unggulan dunia ini bisa sedemikian maju dengan pesat karena filosofi dan spirit yang senantiasa digenggam erat.
Salah satunya adalah, filosofi MONOZUKURI. Apa itu?
Monozukuri terdiri dari dua suku kata. ‘Mono’ artinya, produk atau barang. Sedangkan ‘Zukuri’ berarti proses pembuatan. Apabila digabung menjadi ‘Monozukuri’, maka itu artinya, bagaimana membuat barang dengan melakukan proses-proses yang perlu dilakukan perbaikan secara terus-menerus. Sehingga mulai dari proses hingga hasil finalnya akan jauh lebih baik. “Monozukuri, juga diterapkan di Indonesia,” tukas alumnus UGM Jurusan Teknik Kimia tahun 1983 ini.
Sebelum berkembang menjadi pabrikan mobil terbesar di dunia saat ini, Toyota hanyalah pabrik tekstil. Barulah kemudian fokusnya merambah ke industri otomotif. Pada 28 Agustus 1937, Toyota Motor Corporation (TMC) berdiri, dengan kantor pusat berada di Prefektur Aichi, Jepang. Dalam perjalanannya, ketika terjadi Perang Dunia, Jepang sempat mengalami petaka, termasuk dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Tapi setelah itu, kebangkitan Jepang, termasuk Toyota, sangat cepat sekali.
“Nah, mustinya Indonesia bisa bangkit seperti itu. Karena, kalau kita bandingkan dengan Jepang, semua bahan baku industri otomotif ada di Indonesia, mulai dari besi, aluminium dan sebagainya. Bila dibandingkan dengan Jepang, maka Indonesia itu lebih kaya. Tapi, inilah yang menurut saya, masalah spirit di Indonesia yang kurang bersinergi. Beda dengan Jepang yang punya filosofi dan spirit untuk membangkitkan kekuatan semua bangsanya,” tutur Turmudi yang mulai bergabung di TMMIN sejak 1989.
Bisnis TMC kini telah merambah ke banyak negara. Sebut saja misalnya, di kawasan Amerika Selatan mencakup Brazil, Venezuela, Kolombia dan Argentina. Juga, di kawasan Afrika, dan Asia meliputi Thailand, Filipina, Indonesia, India, Taiwan, dan Vietnam. Lalu, di Eropa, Amerika Utara, dan China. Di Indonesia sendiri, Toyota baru mulai produksi pada sekitar tahun 1973, dengan membuat Toyota Corona dan Corola. Lalu, membuat Toyota Kijang yang didesain secara khusus untuk market di Indonesia. Barulah kemudian, diproduksi Toyota Kijang untuk kebutuhan pasar global.
“Memang, mau tidak mau, dengan kemajuan Teknologi Informasi yang terbuka, kebutuhan otomotif sudah menjadi kebutuhan global, tidak saja menjadi kebutuhan suatu negara. Misalnya, kebutuhan yang unik dalam hal engine. Salah satunya, kita memproduksi dan mengekspor engine ke Kazakhstan, satu negara yang kabarnya memiliki suhu hingga minus 40 derajat celsius. Artinya, engine tersebut harus kita produksi sesuai kebutuhan Kazakhstan, yang memiliki iklim ekstrem seperti itu. Sekaligus ini membuktikan bahwa memang produk Toyota selalu disesuaikan dengan kebutuhan market,” jelas Turmudi yang mengawali karir di TMMIN pada bidang Quality, Engineering, Produksi, hingga kini di Plant Administration Division sebagai Executive General Manager.
Selain memenuhi kebutuhan domestik, produksi TMMIN juga digenjot untuk pasar ekspor yang kini mencapai 72 negara meliputi kawasan ASEAN, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, Asia Timur, dan Oceania. Sukses menjadi eksportir terbaik, membuat TMMIN akhirnya kembali memperoleh Primaniyarta Award dari Kementerian Perdagangan RI. Penghargaan diserahkan oleh Menteri Perdagangan RI, Muhammad Luthfi kepada Presiden Komisaris TMMIN, Hiroyuki Fukui, pada Rabu, 8 Oktober 2014 ketika acara pembukaan Trade Expo 2014 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Penghargaan ini tentu saja teramat membanggakan, sehingga untuk itu akan terus diupayakan untuk dipertahankan.
TMMIN mempunyai unit production system yang terkenal dengan nama Toyota Production System (TPS). TPS memiliki dua pilar, yakni Just In Time dan Jidoka. Tapi, sebagai supporting-nya adalah continuous Kaizen.
“Konsep Just In Time adalah kita hanya membuat unit yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan, dan berapa jumlahnya. Nah, sebagai metodenya, kita pakai yang namanya ‘Kanban’. Sedangkan untuk Jidoka, ini adalah komitmen mengenai quality. Dalam konteks quality, komitmen dari TPS adalah ’tidak menerima cacat, tidak membuat cacat, dan tidak meneruskan cacat’. Salah satu bentuk pekerjaan untuk ini adalah aktivitas yang namanya ‘Andong’. Misalnya, dalam satu pos kerja ditemukan adanya sesuatu yang tidak normal atau defect, maka pekerja pada pos tersebut dapat langsung menarik tuas sehingga mengakibatkan lampu peringatan menyala, untuk kemudian menyampaikan informasi tentang adanya sesuatu hasil kerja yang abnormal. Sehingga, seluruh line proses dapat berhenti sementara, menunggu penyelesaian dari leader atas temuan yang tidak normal tadi. Itu artinya, pekerja atau operator bisa menghentikan proses,” urai Turmudi.
Untuk supporting atas kedua pilar---Just In Time dan Jidoka---ini, adalah Kaizen.
Kaizen artinya melakukan improvement secara terus menerus. “Meskipun hanya problem kecil, tapi kita akan selalu sempurnakan terus. Karena kami yakin, improvement tidak akan pernah sempurna. Kami meyakini bahwa Yang Sempurna hanya Tuhan Yang Maha Esa. Selama masih manusia, maka tidak akan pernah sempurna. Spirit inilah yang kita jalankan secara terus-menerus,” terangnya lagi.
Turmudi memberi contoh penerapan pilar Just In Time.
Pada pengimplementasiannya, Just In Time benar-benar mensinergikan pola kebutuhan dan produksi. “Sebut saja misalnya, produk mesin (engine). Mesin, kalau dihitung jumlah dan macamnya, bisa mencapai lebih dari 50 macam. Karena itulah, dalam produksi, misalnya untuk engine tipe A, kapan dibutuhkan, berapa jumlah pembuatan, harus ditentukan. Untuk itu, kita pakai yang istilahnya disebut dengan ‘Kanban’. Nah, ‘Kanban’ itu bentuknya seperti kertas dan bisa di-scanning. Apa yang tertera di kertas itu memberikan informasi kapan misalnya, produk engine tipe A ini diproduksi. Misalnya, ‘Kanban’ itu dikirim ke produksi, dan menghasilkan produk, untuk kemudian ‘Kanban’ ini akan kembali lagi, setelah dipergunakan oleh proses berikutnya. Dengan begini kami dapat menghilangkan waste yang tidak terpakai, atau sama juga dengan mengistilahkan produk yang diproduksi itu seolah fresh from the oven,” urai Turmudi.
TMMIN juga selalu melakukan improvement pada setiap pos kerja. Diantaranya, dengan mengurangi waste-waste dalam rutinitas pekerjaan sehingga efektivitas dan efisiensi kerja dapat selalu lebih baik.
“Misalnya, dengan mengurangi langkah kaki operator. Kalau sebelumnya, operator bergerak melangkah dari satu tempat ke tempat lainnya, maka gerakan melangkah ini sebisa mungkin harus diminimalisir. Caranya, dengan membuat teknologi yang sedemikian rupa, sehingga membuat barang yang akan dikerjakan, dapat meluncur dengan sendirinya akibat gravitasi bumi. Aktivitas seperti ini dinamakan ‘Karagori’, atau bagaimana memanfaatkan perbedaan berat, pengaruh gaya pegas, dan sebagainya, sehingga dapat membantu memudahkan pekerjaan,” jelas Turmudi.
Untuk membuat mobil Toyota, perlu supply chain yang sangat panjang, sehingga dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang memiliki kecakapan skill.
“Karena itu, salah satu semboyan TMMIN adalah ‘We make people first before we make product’. Dengan begitu, setiap plant yang ada di Toyota ini dilengkapi dengan Toyota Learning Center. Dan, yang sedang kita canangkan sekarang adalah aktivitas Clean, Bright, dan Comfort. Clean, tujuannya tidak semata-mata bersih. Tapi dengan bersih, kita bisa dengan mudah menemukan kondisi yang abnormal. Contohnya saja, kalau lantai kita selalu bersih, apabila ada baut yang jatuh, akan segera mudah ditemukan. Bright, bagaimana mengkondisikan agar sinar matahari tetap dapat masuk, sehingga kondisi pabrik menjadi lebih terang, dan karyawan bekerja dengan suasana yang juga lebih enak. Sedangkan Comfort, inilah yang kita kembang terus sehingga operator menjadi mudah untuk bekerja. Misalnya, yang kini tengah dievaluasi adalah mengenai ergonomic, supaya pekerja itu sebagai contoh saja, tidak terlalu banyak membungkuk untuk mengangkat beban berat, dan sebagainya. Inilah yang selalu dievaluasi di TMMIN. Kami yakin, apabila pekerja kita bekerja dengan suasana nyaman, maka pastilah productivity jauh akan meningkat,” tuturnya lengkap.
Selain bergantung dari profesionalisme internal tim, TMMIN juga bergantung dengan area eksternal, dalam hal ini para supplier. Jumlah supplier tidak main-main. Untuk TIER 1 saja, jumlah mereka mencapai 100 supplier. Sedangkan TIER 2 sampai TIER 3, jumlahnya antara 300 hingga 400 supplier.
“Dengan supplier sebanyak itu, bisa kita bayangkan, apabila kita kekurangan suplai satu jenis barang saja, maka dipastikan tidak akan jadi produk mobil. Sehingga kita menganggap, supplier itu sangat penting sekali. Untuk itu, kita harus bantu para supplier ini, caranya dengan men-develop mereka yang ada di TIER 1, melalui activity yang namanya ‘Jishoken’, yang artinya ‘Kaizen’ secara terus-menerus sehingga mereka bisa mandiri untuk melakukan improvement sendiri. Sedangkan untuk supplier pada level TIER 2 dan TIER 3, kita melakukan kolaborasi dengan TIER 1 untuk melakukan pengembangan pada kedua TIER lainnya,” jelas Turmudi.
Contoh improvement, yang dilakukan terhadap para supplier misalnya, dimulai dari presentasi classroom, melakukan assessment sesuai standar kualitas yang ditetapkan, dan pengecekan ke lapangan. “Kalau dulu, barang-barang yang dipasok supplier sekadar ditumpuk begitu saja, sehingga kita tidak tahu berapa jumlahnya, First In First Out (FIFO)-nya bagaimana, dan setelah dilakukan improvement, maka kemudian suplai barang menjadi lebih baik. Karena, kini kita bisa tahu, berapa jumlah barang yang disuplai, berapa maksimum dan minimum level inventory-nya, serta, bagaimana FIFO-nya,” urai Turmudi.
Sunter Plant Overview
Sementara itu, Jatmiko selaku Manager PAD Sunter 1, mempresentasikan Sunter Plant Overview. “TMMIN mempunyai dua area terbesar, Pabrik di Sunter dan Karawang. Untuk yang di Sunter, terdiri dari Sunter 1, Sunter 2, dan Head Office. Sedangkan di Karawang, ada Plant 1 sampai 3,” ujarnya.
Mengenai rekam jejak sejarah Toyota di Indonesia, Jatmiko mengatakan, dibagi menjadi tiga fase. Pertama, ada empat perusahaan yaitu PT Toyota Astra Motor (TAM), PT Multi Astra, PT Toyota Mobilindo, dan PT Toyota Engine. Semuanya beroperasi sejak 1971 hingga 1989. Kedua, keempat perusahaan ini kemudian bergabung menjadi satu yakni PT TAM, pada 1989. Ketiga, sejak 2003 hingga kini, memasuki fase dimana perusahaan dibagi menjadi dua, yakni PT TMMIN dan PT TAM. TMMIN diproyeksikan menangani masalah manufacturer dan eksportir. Sedangkan PT TAM, sebagai distributor dan service part.
Untuk produksi dan logistik, lanjut Jatmiko, ada supplier yang memasok barang dari impor dan domestik. Setelah ‘masuk’ di Pabrik Sunter 1 dan 2, maka hasilnya kemudian dikirim ke pabrik di Karawang. Barulah kemudian didistribusikan kepada customer. Ada juga yang di-delivery untuk pasar ekspor dan domestik.
“Terkait man power, data terakhir per Mei 2015 menunjukkan, jumlah karyawan di Sunter ada sekitar 2.366 orang. Terdiri dari enam divisi. Untuk latarbelakang pendidikan, kebanyakan adalah level SMA, sedangkan kisaran usia terbanyak adalah 21 sampai 25 tahun,” jelas Jatmiko menyinggung SDM.
Bagaimana dengan volume produksi? “Data terakhir tercatat, TMMIN memproduksi assembling engine sebanyak 152 ribu unit. Sedangkan untuk machining, sekitar 231 ribu unit,” tukas Jatmiko.
Tanggung Jawab Sosial TMMIN
Menyangkut masalah tanggung-jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) PT TMMIN, General Manager Corporate Planning, Ajie, menjelaskan, pihaknya berusaha untuk masuk ke wilayah CSR yang lebih membumi. Untuk itu, dicanangkan empat pilarnya, yakni Education, Environment, Traffic Safety, dan Community Development. Pilar utamanya adalah dengan mencanangkan program TOYOTA BERBAGI atau Toyota Bersama Membangun Indonesia.
“Ini cermin dari keinginan kami, bahwa dengan keberadaan Toyota di Indonesia, maka kami dapat memenuhi dua konsep global vision dari Toyota. Yaitu, always build better cars atau berusaha membuat mobil yang kualitasnya semakin baik dan baik lagi; lalu, increasing with society yang artinya, dimana saja Toyota berada---kini sudah di 140 negara---, maka harus berguna atau bermanfaat bagi bangsa dan negara di tempat di mana Toyota berada. Untuk di Indonesia, perwujudan Toyota Berbagi dapat dikategorikan kepada beberapa hal, mulai dari Produk dan Teknologi; Pengembangan Industri; Kemampuan SDM; Mempromosikan lokalisasi kegiatan yang sebenar-benarnya untuk menguatkan industri otomotif; dan mewujudkan empat pilar CSR,” urai Ajie penuh semangat.
Tanding Futsal
Usai menyimak sejumlah pemaparan, rombongan Kompasianer melaihat langsung bagaimana proses produksi di Pabrik Toyota Sunter 1. Bertindak selaku pemandu, Rosid, yang menjelaskan beraneka ragam kegiatan, termasuk pemberlakuan safety first, sejarah produksi manufaktur, dan aktivitas Just In Time, Jidoka, Andong dan masih banyak lagi.
“Selama proses produksi kita menerapkan Clean, Bright, Comfort (CBC). Diantaranya, bapak dan ibu sekalian bisa perhatikan sendiri, bahwa kabel-kabel yang ada di bawah line kerja tidak berantakan peletakannya. Line kerja juga harus benar-benar dan bersih, serta tidak ada meja maupun kursi yang mengganggu gerak operator bersangkutan,” ujar Rosid dengan logat Bahasa Jawa yang kental sembari mempelihatkan kondisi line kerja yang rapi.
Di lokasi berikutnya, pemandu Fathan Ali M terlebih dahulu memperlihatkan tabel pasar ekspor yang dilakukan TMMIN. Termasuk, menjelaskan bagaimana prosedur dan proses kehadiran truk yang wajib menaati jam masuk untuk bongkar muat produk, proses packing dan pos-pos kerja lain di dalam area pabrik.
Puas melihat langsung bagaimana cara ‘Toyota Way’ memproduksi mesin dan komponen mobil, rombongan kembali ke ruang pertemuan untuk sesi tanya-jawab. Ada pula satu sesi khusus bertema Menulis itu Mudah yang disampaikan Banu Astono, jurnalis senior Harian Kompas. Sesi materi jurnalistik ini sengaja disampaikan, untuk saling memberi manfaat timbal balik, antara Kompasiana dengan TMMIN, selaku tuan rumah. Apalagi, TMMIN juga memiliki sejumlah SDM, yang diantara tanggung-jawab pekerjaannya adalah, menerbitkan buletin internal dan pengelolaan situs resmi.
Masih belum selesai juga, lomba Futsal kemudian menjadi penutup kegiatan Kompasiana visit TMMIN. Bertempat di Sport Center yang megah di Employee Facility Center, tim Futsal kebanggaan Kompasiana harus mengakui kedigjayaan tim Futsal TMMIN. Skor-nya cukup bersaing, 4 – 6. “Sebenarnya, tim Futsal Kompasiana ini sengaja mengalah, dan sekadar menghormati tim Futsal tuan rumah saja,” ujar mid fielder Rahab Ganendra bercanda sembari mengunyah kudapan ubi dan jagung rebus, sore jelang Maghrib itu. Hahahaaaa … sebuah dalih kekalahan tanding Futsal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
* * * * *
Baca juga tulisan berikutnya:
* Sistem Produksi Toyota di TMMIN, Terpelihara dan Terpercaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H