Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kiswanti dan Inspirasi Cerdaskan Anak Negeri

27 Mei 2015   15:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:32 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_420675" align="aligncenter" width="576" caption="Keterlibatan Warabal ketika memperingati Hari Pendidikan Nasional 2014 di SDN Lebak Wangi, Parung, Bogor. (Foto: Dok. Warabal)"]

1432716706545470630
1432716706545470630
[/caption]

[caption id="attachment_420676" align="aligncenter" width="576" caption="Warabal terlibat aktif dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional 2014 di SDN Lebak Wangi, Parung, Bogor. (Foto: Dok. Warabal)"]

14327167351469965311
14327167351469965311
[/caption]

Ragam Kegiatan “Warabal”

Setelah pembangunan Gedung “Arsari Warabal” yang lebih representatif selesai, Kiswanti bersama sejumlah relawan semakin tak henti berkreasi. Mereka beranggapan, kalau hanya men-display buku saja tanpa ada kegiatan, pasti akan menjadi sesuatu yang monoton. “Kalau kita kemas juga dengan kreativitas maka akan ada keterkaitan terhadap buku. Untuk itu, kami menyelenggarakan bimbingan pelajaran Bahasa Inggris untuk tingkat SD dan SMP setiap Minggu pagi, juga bimbingan dan pelatihan komputer untuk anak-anak sekolah bahkan ibu-ibu. Kenapa ibu-ibu dilibatkan? Saya berharap ibu-ibu juga melek teknologi, dan mengetahui, apa saja yang dilakukan oleh anak-anak mereka di depan komputer. Apakah hanya bermaingame, beraktivitas social media, membuka situs yang tak layak untuk anak-anak, atau benar-benar belajar dengan komputernya,” jelasnya.

Selain itu, masih untuk kaum ibu, “Arsari Warabal” juga menyelenggarakan pertemuan bulanan, dan kegiatan simpan-pinjam. Tidak sesederhana yang kita bayangkan, ternyata kegiatan simpan-pinjam diawali dengan cerita yang cukup miris. Begini awalnya, “Arsari Warabal” meluncurkan kegiatan wajib menabung bagi kaum ibu. Kegiatan ini dimaksudkan agar kaum ibu punya yang disisihkan apabila kelak di kemudian hari terdapat kebutuhan keluarga. Selain itu, kegiatan menabung juga untuk mengantisipasi kaum ibu untuk jangan konsumtif pada saat mereka punya uang. Uang yang mereka peroleh, antara lain berasal dari kegiatan mereka sendiri yang sudah mahir menjahit, menyulam, memasak, membuat kue-kue kering dan lain-lain, setelah sebelumnya mereka sama-sama belajar dan berlatih di ”Arsari Warabal”.

“Tapi apa daya. Begitu masuk bulan puasa atau Ramadhan, dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, tabungan ibu-ibu yang disetor selama satu tahun, langsung diambil seluruhnya. Tabungan itu pun ludes hanya dalam tempo dua hari saja, demi memenuhi berbagai kebutuhan keluarga dalam merayakan lebaran. Melihat kecenderungan memilukan ini, akhirnya kegiatan wajib menabung kami tiadakan. Berganti dengan kegiatan simpan-pinjam yang lebih ketat aturannya. Artinya, mereka menyimpan uang di “Arsari Warabal”, tapi tidak boleh diambil uang itu tanpa ada kebutuhan ekonomi yang teramat mendesak, seperti pendidikan, kesehatan, dan pengembangan usaha,” tegas Kiswanti.

[caption id="attachment_420677" align="aligncenter" width="387" caption="Kegiatan Taman Pendidikan Quran untuk anak usia sekolah bersama sejumlah relawan Warabal. (Foto: Dok. Warabal)"]

1432716800805929835
1432716800805929835
[/caption]

[caption id="attachment_420678" align="aligncenter" width="560" caption="Relawan Warabal tengah mengajarkan membaca huruf Al Quran pada kegiatan Taman Pendidikan Quran untuk anak usia sekolah. (Foto: Dok. Warabal)"]

1432716832156178361
1432716832156178361
[/caption]

Dalam bidang pendidikan anak-anak, pada setiap Senin sampai Jumat pagi, “Arsari Warabal” biasa mengisi kegiatan anak-anak muslim dengan Taman Pendidikan Qur’an (TPQ). Sedangkan kegiatan “Arsari Warabal” lainnya yaitu “Kelas Kreasi” dimaksudkan untuk menebalkan rasa persatuan dan kebersamaan antar anak-anak, meskipun berbeda latarbelakang agama. Kelas Kreasi dilangsungkan pada setiap Minggu sore. Disini kami menampilkan tema yang selalu berbeda kepada anak-anak untuk dipelajari bersama. Seperti misalnya, tema tokoh penemu, tokoh pahlawan, ciri khas makanan atau adat istiadat suatu negara, bendera negara, lagu kebangsaan negara, jenis binatang yang ada di laut, jenis tumbuhan yang ada di gunung, dan sebagainya. “Otomatis, dengan Kelas Kreasi ini, anak-anak semangat membuka dan membaca buku, untuk mencari referensi sesuai tema,” ujarnya sembari menyebut ada juga kegiatan Posyandu, pelatihan Marawis, dan sebagainya.

Pada setiap akhir tahun pembelajaran di sekolah, "Arsari Warabal" melaksanakan program yang namanya 'Sapu Desa'. Aktivitas ini bukan berarti menyapu bersih lingkungan desa, tidak. Tapi, Kiswanti akan memimpin para relawan berkunjung ke rumah-rumah, untuk meminta kepada segenap warga, menyerahkan buku-buku bekas pakai yang sudah tak terpakai. Bila masih ada yang dapat dimanfaatkan, maka pasti akan diperpanjang usia pemakaian buku tersebut. Tapi, apabila sudah tidak layak pakai, maka akan langsung dikumpulkan, ditimbang, dan dijual berdasarkan beratnya. "Uang penghasilannya, lagi-lagi ya untuk membeli buku baru demi penambahan jumlah koleksi," tukas Kiswanti.

Atas segala jerih payah perjuangannya mencerdaskan anak negeri, Gubernur Jawa Barat, Achmad Heryawan pernah menganugerahkan penghargaan kepada Kiswanti, sebagai Tokoh Wanita Inspiratif Penggerak Pembangunan, pada 2009. Sedangkan pada 2012, Kiswanti memperoleh penghargaan dari Mendikbud berupa Anugerah Peduli Pendidikan untuk kategori Individu atau Inovator Pendidikan. Tak hanya itu, kini semakin banyak orang menilai, Kiswanti adalah Pahlawan Pustaka. Sebuah predikat yang begitu mendalam maknanya, meski bagi Kiswanti, hal tersebut sekadar dianggap sebagai pemacu dirinya untuk lebih memegang amanah.

“Jujur, saya sendiri tidak tahu apa dan bagaimana kriteria seseorang dapat disebut sebagaiPahlawan Pustaka itu. Tapi yang jelas, dari situ saya harus menghargai dan mengapresiasi anggapan orang-orang bahwa apa yang saya lakukan ini ternyata mendapat perhatian. Otomatis, apabila seseorang itu memberi julukan kepada saya, itu artinya saya dipercaya, sehingga saya harus amanah. Sehingga saya berharap, semoga saya dapat menjadi kepercayaan dari mereka yang menjuluki saya sebagai Pahlawan Pustaka, dengan segala kemampuan saya yang terbatas,” jelasnya polos.

[caption id="attachment_420679" align="aligncenter" width="576" caption="Relawan Warbal terjun langsung dalam kegiatan Perpustakaan Keliling. (Foto: Dok. Warabal)"]

1432716881865335227
1432716881865335227
[/caption]

Sosok Kiswanti memang selalu menginspirasi. Keuletannya memperjuangkan minat baca sudah tak diragukan lagi. Kiswanti memberdayakan Indonesia melalui giat mencerdaskan anak negeri. Meski hingga kini, cita-citanya untuk memiliki sekolah gratis masih belum terpenuhi, tapi Kiswanti akan tetap berjuang hingga tercapai. Semangat Kiswanti tak pernah kendur. Seperti semboyan hidup yang selalu ia sadari: “Saya yang memulai, maka saya juga yang harus melanjutkan, dan bukan saya yang harus mengakhiri”. Kiswanti, adalah cahaya ilmu dan keilmuan itu sendiri.

Sukses terus, Bude Kis…!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun