Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Beginilah, Bila Sesama Tunanetra Saling Peduli

23 Mei 2015   07:51 Diperbarui: 4 Januari 2016   15:30 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_419479" align="aligncenter" width="566" caption="Tabel atas adalah abjad Braille Arab, Syaki dan tanda baca. Tabel bawah Abjad Braille latin dan Angka. (Sumber: Raudlatul Makfufin)"]

14323412212136174423
14323412212136174423
[/caption]

Sungguh tak dapat dibayangkan, sudah berapa kebaikan yang diperoleh terkait pencetakan Al Qur’an Braille ini, karena sejak 15 tahun lalu, mesin cetak milik YRM tak pernah henti beroperasi. “Hingga kini, kami sudah mencetak Al Qur’an Braille sekitar lebih dari 2.000 set. Patut dicatat, kami tidak pernah memperjual-belikan Al Qur’an Braille ini. Kepada para tunanetra dimanapun berada, kami berikan atau kirimkan Al Qur’an Braille ini secara cuma-cuma. Gratis. Bahkan termasuk ongkos kirimnya, kami yang menanggung semua. Sedangkan untuk menutup biaya produksi pencetakan dan ongkos kirimnya itu, barulah kami mengajak kepada seluruh partisipan dan donatur yang tergerak hati, entah perorangan, komunitas, kelembagaan, maupun perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk bersedia membantu pendanaan bagi kelangsungan pencetakan Al Qur’an Braille ini,” harap Ade seraya menambahkan bahwa dalam satu bulan, apabila tidak ada permintaan dalam jumlah besar, biasanya YRM mencetak antara 50 sampai 70 set Al Qur’an Braille.

“Tidak untuk stok saja, karena permintaan dari berbagai daerah, alhamdulillah selalu dan selalu saja ada. Itulah makanya kemudian langsung kita kirimkan kepada para tunanetra dimana saja mereka berada, secara gratis. Baru beberapa hari terakhir kami mengirim ke daerah Lampung, NTB, Bekasi dan lainnya. Jumlah sekali kirim itu berbeda-beda, ada yang lima, bahkan sampai 15 set. Untuk Lampung misalnya, kemarin kita kirim 15 set, tapi dilakukan secara bertahap mengingat kecepatan dan kapasitas kemampuan produksi mesin cetak yang terbatas, selain harus berbagi juga dengan daerah lain,” kata Ade.

Distribusi Al Qur’an Braille ini tidak saja untuk sekitar wilayah Indonesia saja, bahkan permintaan dari luar negeri ternyata cukup banyak juga. “Kita pernah kirim ke Singapura dengan jumlah 10 set, lalu ke Thailand, dan Afrika Selatan. Untuk kiriman yang ke Singapura, YRM juga sekaligus diundang oleh Badan Agama dan Pembelajaran Agama (BAPA) Radin Mas di sana, untuk mengikuti Islamic Singapore Expo, pada September 2014 kemarin. Selama expo tersebut, kami memperkenalkan dan mensosialisasikan Al Qur’an Braille hasil cetakan sendiri, berikut sejumlah buku-buku keagamaan yang sudah dikonversi ke dalam tulisan Braille. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami dapat bekerjasama dengan BAPA Radin Mas, Singapura, dan berharap dapat menjadi langkah awal kemajuan media pembelajaran bagi sesama rekan-rekan tunanetra,” jelas Ade.
[caption id="attachment_419481" align="aligncenter" width="515" caption="Dua kardus ini berisi 30 buku hasil cetakan mesin Al Quran Braille. Satu buku adalah sama dengan satu juz. Artinya, untuk Al Quran yang sebanyak 30 juz, maka diperlukan 30 buku seperti ini. Dua kardus ini berarti isinya adalah sama dengan satu Al Quran lengkap. Bandingkan dengan Al Quran pada umumnya yang hanya berwujud satu buku saja. (Foto: Gapey Sandy)"]

1432341388749228953
1432341388749228953
[/caption]

Oh ya, terkait Al Qur’an Braille dan mancanegara, tim percetakan YRM pernah didapuk untuk mewakili Indonesia mengikuti Qur’an Braille Conference di Istambul, Turki, pada Februari 2013 lalu. Berjumpa dengan sesama tunanetra, para peserta dari 14 negara lain yang sama-sama peduli terhadap pencetakan Al Qur’an Braille tentu pengalaman unik dan membanggakan.

Event seperti itu sudah dua tahun terakhir dilaksanakan, bersama dua rekan lainnya, saya ikut berangkat ke Turki. Di sana, kami saling berbagi pengalaman, dan berusaha untuk sepakat menyusun standar penulisan Al Qur’an Braille sehingga dapat dibaca secara universal. Bukan penyeragaman, tapi hanya mencoba untuk saling bersepakat khusus tentang penulisan Al Qur’an Braille. Selain itu, dibentuk pula organisasi lintas negara, sebagai tempat kami bergabung. Organisasi ini kami namakan International Braille Qur’an Services(IBQS), resmi berdiri pada 2014. Ketuanya adalah Selahatin yang berasal dari Turki, Wakil Ketuanya berasal dari Arab Saudi, dan Indonesia yang termasuk sebagai pendiri duduk dalamGeneral Assembly. Sebelumnya, organisasi semacam ini belum pernah ada,” tutur Ade.

Pada sisi lain, Ade menjelaskan, kenapa Al Qur’an Braille didistribusikan kepada para tunanetra dimana saja berada secara gratis. “Kenapa tidak dijual saja? Ya, karena, sejak awal, tujuan YRM ini adalah memang ingin membantu tunanetra untuk bisa memiliki Al Qur’an Braille. Apalagi, dulu Al Qur’an Braille itu langka, padahal keinginan jamaah tunanetra untuk dapat membaca Al Qur’an Braille sangat antusias sekali. Mereka sadar, membaca dan memahami Al Qur’an itu adalah kewajiban bagi seluruh umat muslim. Kalau kita jual, kondisi sebagian besar tunanetra di Indonesia berada pada garis kesejahteraan menengah ke bawah, sehingga akan sangat menyulitkan bagi mereka secara ekonomi untuk membeli Al Qur’an Braille yang memang cukup mahal ini,” terangnya.
[caption id="attachment_419482" align="aligncenter" width="604" caption="Ade Ismail ketika menyampaikan paparannya dalam Quran Braille Conference di Istambul, Turki, pada 2013 lalu. (Foto: Dokpri. Raudlatul Makfufin)"]

14323416221783514184
14323416221783514184
[/caption]

[caption id="attachment_419483" align="aligncenter" width="576" caption="Salah satu suasana ketika Yayasan Raudlatul Makfufin hadir sebagai peserta mewakili Indonesia dalam Quran Braille Conference di Turki, pada 2013 lalu. (Foto: Dokpri. Raudlatul Makfufin)"]

14323417041911786052
14323417041911786052
[/caption]

Ade menerangkan, setiap hari Ahad siang, YRM menggelar pelatihan membaca Al Qur’an Braille, dan pesertanya cukup banyak berasal dari banyak wilayah. “Tidak otomatis, para tunanetra yang sudah mengenal tulisan Braille, akan langsung mudah membaca Al Qur’an Braille. Tetap harus belajar, masalah panjang pendek bacaan, dan sebagainya. Meskipun, ada juga tunanetra yang belum mengenal huruf Braille, mungkin dikarenakan baru mengalami kebutaan akibat berbagi faktor. Atau mungkin juga, karena baru menerima informasi tentang adanya Al Qur’an Braille ini. Secara teknis, biasanya, yang paling sulit bagi tunanetra untuk membaca Al Qur’an Braille adalah pada faktor perabaan, dan mengenali simbol-simbolnya yang berbeda. Jangankan itu, antara Braille Latin dan Braille Arab itu juga berbeda, walaupun kode titiknya sama. Contoh, untuk Braille Arab, huruf alif itu memiliki simbol tersendiri bila dibandingkan Braille Latin. Meskipun titiknya sama-sama satu, tapi biasanya akan tetap berbeda pada saat penyebutan atau lafaznya,” jelas Ade.

Untuk kegiatan YRM selanjutnya, Ade bertekad untuk mengkonversi lebih banyak lagi buku-buku keislaman ke dalam tulisan Braille. Sampai saat ini, sudah ada beberapa judul buku yang telah dikonversi menjadi tulisan Braille. “Misalnya, buku Risalah Tuntunan Shalat LengkapTerjemahan Hadits ArbainHadits PilihanHimpunan Doa-Doa Pilihan,Majmu’atul MawalidTerjemah JurumiyahPandai Membaca Al Qur’an Braille (tingkat iqro)Ilmu Tajwid untuk Tumanetra, dan, Kamus Arab-Indonesia. Untuk bulan Juni ini, kami berharap dapat membuat satu event dalam satu hari, yang intinya melibatkan sekitar 400 relawan. Masing-masing relawan akan diminta mengetik tiga hadits Nabi Muhammad saw, sehingga secara total, setelah kami edit, akan terdapat 1.000 hadits yang sudah diketik, untuk kemudian tinggal dikonversi menjadi tulisan Braille,” tutur Ade yang masih akan menjabat Ketua Umum YRM hingga 2017 nanti.

Tak ayal, kiprah Yayasan Raudlatul Makfufin dalam mencetak Al Qur’an berhuruf Braille menjadi salah satu inspirasi yang teramat berarti. Apalagi, Al Qur’an Braille yang sudah dicetak itu tidak diperjual-belikan, melainkan dikirimkan kepada siapa saja, mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan atau tunanetra, dimana saja berada secara cuma-cuma. Bahkan, tanpa beban ongkos kirim. Inilah wujud dari slogan yang selalu meresapi relung-relung hati setiap pengurus dan santri YRM, “Tiada Mata Tak Hilang Cahaya”.
[caption id="attachment_419484" align="aligncenter" width="576" caption="Berharap donasi para donatur untuk pencetakan Al Quran Braille. Ade Ismail, Ketua Umum Yayasan Raudlatul Makfufin, periode 2012-2017. (Foto: Gapey Sandy)"]

14323417991552335749
14323417991552335749
[/caption]

[caption id="attachment_419485" align="aligncenter" width="576" caption="Ade Ismail, paling kiri di belakang, juga aktif berlatih marawis dan hadroh bersama sesama tunanetra lainnya, di Yayasan Raudlatul Makfufin. (Foto: Dokpri. Raudlatul Makfufin)"]

14323418902099433320
14323418902099433320
[/caption]

Meski kedua mata terliputi kegelapan, tapi mata hati mereka, selalu terasah untuk terus berbagi, peduli, dan menginspirasi. Inilah wujud “berdayakan Indonesia” yang sehati, sejati dan hakiki.

 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun