[caption id="attachment_410640" align="aligncenter" width="560" caption="Kiri ke kanan. Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany, Kepala Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Tangsel Yanuar, dan Produser sekaligus Sutradara Film Paradise of Tangsel yaitu Ali Taba. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]
Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Selatan (Tangsel), resmi meluncurkan film berjudul Paradise of Tangsel. Gala premier film dokumenter pariwisata Tangsel ini berlangsung di studio 1 bioskop XXI, Pusat Perniagaan Living World, Alam Sutera - BSD City, Tangsel, pada Kamis, 16 April 2015 kemarin. Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany turut hadir dalam pemutaran perdana film karya produser sekaligus sutradara, Ali Taba ini.
Dalam sambutannya sebelum film ditayangkan, Airin yang tampil modis dengan busana bermotif batik mengatakan, film ini menjadi sebuah bentuk promosi Kota Tangsel. “Selama tiga tahun terakhir, saya fokus pada bidang infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Karena inilah yang paling utama dan dibutuhkan masyarakat. Ibarat tubuh manusia, kita musti mandi dulu, sehingga tubuh menjadi segar, lalu kemudian baru ber-make up atau bersolek. Salah satu yang sudah dilakukan pada tahun 2015 dan ke depan, adalah bagaimana kita mempercantik kota kita. Caranya dengan meningkatkan potensi budaya dan pariwisata yang ada di Tangsel,” ujar Airin.
Lebih lanjut dikatakan, secara demografi, Tangsel didominasi oleh kawasan perumahan dan pemukiman, hingga mencapai luas 70 persen dari luas total wilayah. Selain lokasi perdagangan dan jasa yang menjadi potensi asli wilayah. “Dan saya punya keyakinan, bahwa budaya serta pariwisata Tangsel sangat luar biasa, namun belum kita gali, olah dan belum dibentuk menjadi sebuah obyek wisata yang sangat luar biasa. Insya Allah, komitmen kami, pada 2015 dan ke depannya, bagaimana kita terus menggali potensi budaya dan pariwisata yang ada di Tangsel, dan akan menjadi kebanggaan kita bersama,” tutur adik ipar Gubenur Banten Ratu Atut Chosiyah ini.
[caption id="attachment_410641" align="aligncenter" width="560" caption="DVD Film Paradise of Tangsel menjadi salah satu upaya Pemkot Tangsel mensosialisasikan potensi kebudayaan dan pariwisata Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)"]
Sejauh ini, Airin percaya bahwa pada setiap kecamatan yang ada di Tangsel, terdapat potensi budaya. “Misalnya, potensi budaya di Kecamatan Ciputat. Saya sudah memberi masukan kepada Kementerian Pekerjaan Umum melalui Ditjen Cipta Karya, bahwa di kecamatan tersebut ada Istana Puspo Budoyo, Kampung Dongeng yang diasuh Kak Awam Prakoso, dan Kandang Jurank Doank yang dikelola selebriti Dik Doank. Semua ini merupakan potensi aset yang seharusnya menjadi satu-kesatuan untuk memperkenalkan budaya Tangsel kepada pihak luar,” harap istri dari Tubagus Chaeri Wardana ini.
Antusiasme warga kota untuk memajukan potensi budaya masing-masing wilayah, membuat Airin bangga. “Saya baru saja bertemu dengan kawan-kawan dari Kelurahan Jurang Mangu Barat di Kecamatan Pondok Aren, Tangsel. Mereka merencanakan untuk menggelar acara Festival Lebaran Betawi. Hanya pada satu ruas jalan utama, dan dilaksanakan selama dua hari berturut-turut. Nantinya, akan ditampilkan budaya tradisional Betawi. Ini ide yang bagus! Tidak perlu berpikir membuat acara besar, cukup dengan menyelenggarakan acara sederhana, tapi rutin dan menjadi agenda kegiatan alternatif pilihan masyarakat Tangsel, atau bagi siapa saja yang hadir di Tangsel,” ungkap ibu beranak dua ini disambut tepuk tangan meriah tamu undangan yang sudah memadati barisan kursi merah di ruang theatre 1.
Masih terkait upaya meningkatkan potensi budaya di Tangsel, Airin sempat mengaku belum menepati salah satu agenda program kerja tahunannya. “Komitmen saya tentunya, walaupun meleset pada tahun 2014 kemarin, adalah belum jadi dibangunnya Gedung Gelanggang Budaya. Untuk itu, kebetulan di sini ada Kepala Dinas Tata Kota, saya tegaskan bahwa insya Allah Gedung Gelanggang Budaya itu wajib, kudu, harus selesai pembangunannya. Enggak ada cerita lagi (tidak dibangun). Nantinya, Gelanggang Budaya ini merupakan tempat berskala tingkat Kota, di mana siapa saja boleh beratraksi, menampilkan kebudayaan, dan menggelar event kegiatan. Ternyata, baru saya ingin membuat Gelanggang Budaya untuk tingkat Kota, rupanya muncul harapan dari warga yang berkeinginan membuat Gelanggang Budaya untuk tingkat Kecamatan. Jadi, sesuai dengan RPJMD, target kami adalah bagaimana membuat Gelanggang Olahraga di setiap Kecamatan, tapi terkait dengan harapan warga tadi, saya mengusulkan untuk ditinjau kembali DED rencana tersebut, sehingga nantinya gedung yang akan dibangun berfungsi sekaligus sebagai Gelanggang Olahraga dan Budaya pada setiap Kecamatan. Ini akan menjadi satu-kesatuan, antara olahraga dan budaya serta berkesenian. Tinggal mengubah desain gedungnya saja sehingga berfungsi untuk kegiatan olahraga, budaya, dan berkesenian,” usul Airin brilian.
[caption id="attachment_410642" align="aligncenter" width="560" caption="Khaniya Laksmi, Nong Tangsel 2014 yang menjadi bintang utama Film Paradise of Tangsel. (Sumber: Film Paradise of Tangsel)"]
Film Masih Kurang Lengkap
Film Paradise of Tangsel, sengaja diluncurkan untuk memperkenalkan pariwisata dan budaya setempat yang multietnik. Kepada penulis, Kepala Kantor Kebudayaan dan PariwisataYanuar mengatakan, biaya produksi pembuatan hingga penggandaan film menjadi sebanyak 1.500 keping cakram DVD, berkisar pada angka Rp 160 juta. “Proses pembuatannya berdasarkan tender proyek secara terbuka. Ini termasuk murah,” ujarnya sembari menyatakan bahwa proses editing film dilakukan hingga lima kali. “Ketika dilakukan ekspose film bersama rekan-rekan pelaku usaha pariwisata, akhirnya ada beberapa adegan yang terpaksa dipotong, karena dianggap tidak terlalu relevan dengan tema. Misalnya, kita meng-edit sejumlah profil instansi pendidikan pada film, seperti tampilan Universitas Pamulang misalnya, karena film ini ditujukan demi memajukan sektor pariwisata Tangsel, bukan terkait pendidikan”.
Sementara itu, Ali Taba selaku produser sekaligus sutradara film menjelaskan, proses pembuatan film memakan waktu dua bulan. “Secara teknis, tidak ada kesulitan dalam pembuatan film ini. Kesulitannya hanya pada mengatur waktu produksi dengan jadwal kuliah Khaniya Laksmi selaku Nong Tangsel 2014 yang menjadi bintang utama film ini,” ujarnya kepada penulis.
Selama proses produksi, Ali Taba mengaku tidak ada arahan-arahan spesifik yang dikehendaki oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Tangsel. “Intinya, lebih kepada bagaimana caranya agar seluruh obyek wisata yang ada di Tangsel dapat terakomodir dalam film ini. Meskipun agak susah, karena durasi film ini pendek, sementara destinasi wisatanya banyak sekali. Durasi film ini hanya 26 menit. Tapi, kalaupun kita buat lebih panjang lagi durasinya, bisa jenuh orang nonton. Jadi terpaksa banyak sekali destinasi yang belum kita angkat, misalnya Wisata Olahraga yang baru mengangkat satu destinasi saja yakni Taman Kota 2 di Taman Tekno, BSD. Jadi, kita baru menampilkan Wisata Edukasi, Wisata Kuliner, dan Wisata Teknologi. Wisata Religi memang belum kita ekspos. Religi memang belum kita ekspos, meskipun kita sadar juga, bahwa motto Tangsel adalah CMORE atau Cerdas, Modern, Religius. Makanya, dalam film ada narasi bahwa Tangsel hidup karena kekayaan etnik yang pesan moralnya adalah sikap saling menghargai di Tangsel sangat kuat,” jelasnya sembari berharap ada kelanjutan episode film episode berikutnya, sehingga dapat lebih menampilkan lebih banyak lagi destinasi yang belum terekspos seluruhnya, seperti Wisata Religi dan Wisata Olahraga.
[caption id="attachment_410643" align="aligncenter" width="560" caption="Ekspresi Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany ketika menyaksikan Film Paradise of Tangsel di studio 1, XXI, Living World, Alam Sutera, BSD City, Kamis 16 April 2015. (Foto: Gapey Sandy)"]
Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany sendiri mengakui sejumlah kekurangan yang terdapat pada Film Paradise of Tangsel ini, terutama menyangkut Wisata Religi dan Wisata Olahraga. Meskipun ia sadar, bahwa film ini adalah langkah awal yang tetap harus mendapat apresiasi. Sehingga bisa jadi, tahun depan akan dibuat film yang lebih komprehensif dan lengkap memuat berbagai ikon serta destinasi wisata juga budaya yang ada di Tangsel.
“Film ini baru permulaan. Tentunya kami sangat menerima saran dan kritikan. Tapi, saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Tangsel demi menjadi modal dasar, langkah awal dalam rangka mensosialisasikan destinasi wisata dan budaya di Tangsel. Kalau dinilai religiusitasnya kurang, sebenarnya dalam film itu muncul tayangan masjid dan rumah ibadah lainnya. Kita tunggu. Mungkin tahun depan kita buat lagi, manakala sudah ada Gedung Pusat Pemerintahan (Puspem), ada masjid di Puspem, juga akan kita masukkan Tangsel Menghafal, Tangsel Mengaji, dan sebagainya, termasuk destinasi Wisata Olahraga,” urai Airin yang juga menyatakan bahwa film ini diluncurkan dalam rangka menyambut peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2015 yang ke-XXII di mana Tangsel bertindak selaku tuan rumah, pada Juli mendatang. “Film ini akan dibagikan secara cuma-cuma untuk peserta peringatan Harganas”.
Sementara itu, ketika dimintai pendapatnya tentang materi Film Paradise of Tangsel oleh penulis, pendongeng dari Kampung Dongeng yaitu Kak Awam Prakoso menilai, film dokumenter sektor pariwisata ini masih memiliki sejumlah kekurangan. Misalnya, belum maksimal menampilkan sisi budaya yang merupakan ciri khas Tangsel, sampai kepada tayangan sisi religiusitas sesuai motto Kota Tangsel yaitu CMORE.
[caption id="attachment_410644" align="aligncenter" width="560" caption="Pendongeng Kak Awam Prakoso, pengasuh Kampung Dongeng menilai film ini luar biasa, meski masih terdapat sejumlah kekurangan terutama dalam mengangkat permainan anak-anak khas Tangsel, dan sisi religi. (Foto: Gapey Sandy)"]
“Ini film yang luar biasa! Meskipun, sebagai salah seorang penggiat budaya, dalam hal ini sebagai pendongeng, saya menilai film ini belum menampilkan, misalnya permainan khas warga Tangsel. Misalnya, permainan anak-anak khas Tangsel. Juga, tampilan sisi religi yang belum semua tergali. Harapan saya, melalui film ini bisa juga dibuat semacam kontak demi kontak, agar siapa saja yang berkunjung ke Tangsel, dapat mengetahui lokasi berbagai tujuan untuk menikmati pariwisata, budaya, dan berkesenian Tangsel. Misalnya, kalau mau ke Kampung Dongeng, Kandang Jurank Doank, dan Istana Puspo Budoyo itu musti lewat mana, dan arahnya ke mana. Tapi, mudah-mudahan film ini bisa mewakili Paradise of Tangsel, dengan segala kekurangan dan kelebihannya,” tutur Kak Awam Prakoso yang sempat muncul beberapa second dalam tayangan film bersama anak-anak asuhnya di Kampung Dongeng.
Selain pemutaran film, acara juga diramaikan oleh sejumlah atraksi hiburan, mulai dari pergelaran Tari Anggrek yang khas Tangsel, permainan Gambang Kromong, pentas Palang Pintu, pertunjukan Barongsai, dan masih banyak lagi. Termasuk penyerahan cindera mata dari Walikota Tangsel kepada Gusri Efendi selaku Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Tangsel sekaligus Ketua PHRI Tangsel.
‘Paradise of Tangsel’ dan Aneka Wisata
Jangan membayangkan terdapat dialog dan lakon para tokoh dalam film Paradise of Tangsel. Tidak ada sama sekali. Film ini hanya menampilkan sosok Khaniya Laksmi selaku Nong Tangsel 2014---yang juga Duta Pariwisata Banten 2014---untuk mengajak pemirsa berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Tangsel. Penampilan Khaniya pun tanpa dialog. Ia hanya memperlihatkan ‘surganya’ Tangsel secara visual, sedangkan penjelasannya dapat disimak melalui audio narasi feature.
[caption id="attachment_410645" align="aligncenter" width="560" caption="Adegan film ketika Khaniya Laksmi belajar melukis di Sanggar Lukis Prasada Suprobo. (Sumber: Film Paradise of Tangsel)"]
[caption id="attachment_410646" align="aligncenter" width="560" caption="Adegan film ketika Khaniya Laksmi bertemu salah seorang tokoh Tangsel yakni Narji Cagur. (Sumber: Film Paradise of Tangsel)"]
Kisahnya berawal dari kehadiran Khaniya di Tangsel. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah BSD City yang memang secara fisik menampilkan modernitas kota. Ia kemudian menginap di Hotel Santika BSD, untuk kemudian bersolek sebagai Nong Kota Tangsel, dan bersiap mengajak pemirsa blusukan ke berbagai destinasi wisata yang ada.
Diawali dengan tayangan mengenai Tari Anggrek yang merupakan tari khas Tangsel, di mana menggambarkan perpaduan dan persatuan multietnik mulai dari Melayu, China, Jawa, dan Arab. Di antara tayangan lenggak-lenggok penarinya, nampak adegan keramah-tamahan Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany yang mengalungkan rangkaian bunga kepada turis mancanegara. Disusul kemudian eksotisme budaya Betawi yang mengangkat atraksi Palang Pintu, sebuah tradisi pinangan pengantin dalam masyarakat Betawi. Menyusul kemudian, sang narator pria menyampaikan perihal kesenian tradisional Gambang Kromong, yang memadukan unsur budaya Melayu juga China. “Bahasa syairnya yang spontan adalah bahasa sehari-hari tanpa impian,” kata narator atau sang pengisi suara yang tak lain adalah Ali Taba juga.
Ada juga tayangan atraksi Barongsai, yang mengambil gambar di Vihara Boen Hai Bio, Serpong. Nampak Khaniya terkagum melihat atraksi ‘naga’ Barongsai, sama kagumnya dengan ketika ia menjejakkan kaki di Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo.
[caption id="attachment_410647" align="aligncenter" width="560" caption="Adegan film ketika Khaniya Laksmi memperkenalkan salah satu fasilitas moda transportasi Tangsel yakni Commuterline. (Sumber: Film Paradise of Tangsel)"]
[caption id="attachment_410648" align="aligncenter" width="560" caption="Adegan film ketika Khaniya Laksmi bermain golf di Padang Golf BSD City. (Sumber: Film Paradise of Tangsel)"]
Ketika tengah asyik menikmati tayangan fun, tiba-tiba adegan berubah sakral dengan menyorot lokasi Monumen Sejarah Lengkong, dan disusul Kramat Tajug di Cilenggang, Serpong. Rupanya, Khaniya mengajak pemirsa melakukan Wisata Ziarah di dua lokasi ini. “Kecintaan pada leluhur adalah keluhuran budi dari masyarakat Tangerang Selatan yang religius,” tutur narator film pria.
Setelah itu, bungsu dari tiga bersaudara ini mengajak pemirsa untuk menyambangi destinasi Wisata Pendidikan Sekolah Alam yaitu Kandang Jurank Doank yang dikelola Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denada Kusuma alias Dik Doank. Khaniya nampak belajar memukul “bedug Inggris” alias drum bersama Dik Doank. Dari situ, empunya nama lengkap Anak Agung Khaniya Laksmi Wirastri ini mengajak berkunjung ke Rumah Pintar di BSD City, sebagai bagian dari Wisata Pendidikan. Dari situ, mahasiswi IPB ini bertandang keKampung Dongeng---sebuah tempat yang penuh dengan aktifitas dan memacu kreatifitas anak---asuhan Kak Awam Prakoso. Disusul kemudian, Khaniya berlatih melukis di Sanggar Lukis Prasada Suprobo.
Khaniya---yang merupakan warga Pamulang ini---juga terlihat berada diantara murid-murid sekolah yang tengah melakukan Wisata Teknologi di Puspiptek Serpong. Selesai “serius” dengan teknologi, peraih beasiswa Djarum Beasiswa Plus ini mengajak pemirsa melihat-lihat keindahan ciptaan Tuhan yakni berbagai jenis bunga Anggrek. Inilah Wisata Keluarga diKampung Anggrek, termasuk menaiki Delman Bintaro yang menyenangkan.
[caption id="attachment_410649" align="aligncenter" width="560" caption="Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany berfoto bersama para pemain film yang menampilkan atraksi seni budaya Betawi, Palang Pintu. (Foto: Gapey Sandy)"]
[caption id="attachment_410650" align="aligncenter" width="560" caption="Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany dimintakan tanggapannya oleh pembawa acara Khaniya Laksmi dan Bedu usai menonton film Paradise of Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)"]
Masih banyak lagi yang dilakukan ‘si cantik’ Khaniya Laksmi ketika memvisualisasikan blusukan-nya di seantero Tangsel. Seperti misalnya, berkunjung ke Pasar Modern BSD City, Taman Kota, Wisata Kuliner ke berbagai resto, Wisata Alam ke Situ Gintung, lokasi pemancingan Lubana Sengkol, Wisata Olahraga dan Hiburan Pacuan Kuda Pamulang, Wisata Air Ocean Park, dan Jajan Jazz di Teras Kota, hingga adegan pertemuan Khaniya dengan salah seorang tokoh Tangsel yaitu Narji ‘Cagur’.
Selain suara narator film pria, hanya ada cuplikan tiga pejabat Tangsel yang berbicara. Mereka adalah Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany, yang tampil elegan sambil berkata,“Selamat datang di Kota Tangerang Selatan. Inilah Tangerang Selatan, this is Tangsel, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Kami terus berusaha, berupaya untuk melakukan pembangunan dan penataan Kota Tangerang Selatan sebagai Rumah Kita Bersama. Menjadikan Tangerang Selatan sebagai sebuah Kota Madani, Kota yang Mandiri, Kota yang Damai, Kota yang Asri. Pariwisata sebagai salah satu potensi dengan keanekaragaman, dengan kebudayaan yang ada ingin menjadikan Tangerang Selatan sebagai salah satu tempat destinasi wisata yang ada di Indonesia, di Provinsi Banten. Dan selamat menikmati Kota Tangerang Selatan”.
Sedangkan Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie secara lebih singkat berujar,“Tangsel, Kota yang Hebat. Tangsel Kota yang Menjanjikan, untuk tinggal, pendidikan, perdagangan dan jasa. Tangsel maju berkat Anda dan kita semua. Ini Tangsel Anda, ini Tangsel Kita”.
[caption id="attachment_410651" align="aligncenter" width="560" caption="Penampilan Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany dalam Film Paradise of Tangsel. (Sumber: Film Paradise of Tangsel)"]
[caption id="attachment_410652" align="aligncenter" width="560" caption="Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany berpose dengan latarbelakang desain banner peluncuran Film Paradise of Tangsel bersama Kang dan Nong Tangsel 2014. (Foto: Gapey Sandy)"]
Satu lagi adalah Yanuar selaku Kepala Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Tangsel, yang dikutip pernyataannya, “Selamat datang di Kota Tangerang Selatan. Kota yang Cerdas, Modern, Religius. Kota yang patut dikunjungi. Kota yang kaya akan wisata alam, wisata air, wisata belanja, wisata kuliner, serta wisata edukasi dan teknologi. Bahwa Kota Tangerang Selatan adalah, kota yang menjadi harapan masa depan”.
Berharap, Film Paradise of Tangsel tidak sekadar menampilkan “kosmetika wajah Kota” yang berlebihan. Karena siapapun tahu, kondisi sehari-hari di Tangsel masih butuh banyak perbaikan. Mulai dari kerusakan fisik jalan-jalan raya, kemacetan arus lalu-lintas, penciutan lahan situ, banjir yang masih jadi langganan warga, sampah yang belum sepenuhnya tertangani, termasuk masalah keamanan dan ketertiban masyarakat. Eits … !Jangan lupa, Mendagri Tjahjo Kumolo pada 25 Maret 2015 kemarin, bahkan sempat menyatakan, Tangsel merupakan zona merah gerakan separatis. Wow!
o o o O o o o
Baca juga:
Menyoal Pernyataan Mendagri, Tangsel Zona Merah Gerakan Separatis