Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Write or Die! [Bedah Buku Rahasia TOP Menulis]

29 Maret 2015   12:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:50 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_406201" align="aligncenter" width="567" caption="Kang Pepih Nugraha, Manajer Kompasiana ketika memberi pengantar pada bedah buku. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]

Bedah buku Rahasia TOP Menulis karya Kompasianer Jawa Timur, Much Khoiri, Sabtu, 28 Maret 2015, berlangsung ramai dan lancar. Bertempat di hall lantai 2 Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, acara secara resmi dibuka keynote speaker Manager Kompasiana, Pepih Nugraha.

“Seseorang itu menulis, karena sesuatu yang ingin disampaikan. Menulis, juga merupakan proses kreatif. Mengapa? Karena banyak orang menulis dengan berbagai proses kreatif yang dilakukannya. Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang mendalam, ada penulis yang sengaja menulis pada waktu tengah malam di tempat pemakaman dan ketika bulan purnama. Mungkin, kalau kita ada juga yang menulis dengan cara mengunjungi pantai, sehingga berharap feel menulis akan muncul. Proses-proses menulis seperti ini, sebenarnya hanya masalah feel menulis saja. Padahal, ada cara yang lebih praktis untuk membangkitkan feel menulis, yaitu cukup dengan membaca buku Rahasia TOP Menulis karya Pak Khoiri ini,” tutur Pepih yang mengenakan kemeja putih.

Menulis, tambah Pepih, adalah pergulatan jiwa. “Bahkan dengan menulis, kita justru sengaja membuat warisan. Tanpa ada penulis, dunia akan ‘gelap’. Tapi ingat, profesi penulis juga akan sia-sia, kalau tidak menularkan ilmu menulisnya. Nah, Pak Khoiri ini salah satu yang sudah membuktikan itu semua. Menulis buku, membuat warisan dan menularkan ilmu menulisnya,” jelas Pepih yang mengenakan kemeja putih dan jeans.

Menyebut nama sejumlah penulis kondang seperti Arswendo Atmowiloto, Ahmad Thohari, Anwar Fuadi dan lainnya, Pepih memberi penegasan bahwa menulis itu bukan pekerjaan yang rendah dan sepele. “Tetapi, akan lebih baik apabila penulis itu menemukan pekerjaan yang baik terlebih dahulu. Karena, sejumlah penulis kondang justru menemukan jatidiri kepenulisannya setelah sebelumnya mendapatkan pekerjaan yang baik itu,” ungkapnya.

[caption id="attachment_406203" align="aligncenter" width="567" caption="Kompasianer Much Khoiri menerima sampul muka buku Rahasia TOP Menulis dari Intan yang mewakili PT Elex Media Komputindo selaku penerbit buku. (Foto: Gapey Sandy)"]

14276083821005063112
14276083821005063112
[/caption]

Sebelum Kompasianer Thamrin Sonata yang menjadi moderator acara bedah buku ini memanggil pembicara utama Much Khoiri dan pembanding Kompasianer Isson Khairul serta Gapey Sandy ke podium, pembawa acara Kompasianer Ngesti Setyo Moerni mempersilakan Komunitas Penulis dan Sastra atau PedaS membacakan puisi. Penampilan solid komunitas yang gemar mengenakan t-shirt hitam dan berbalut kain bermotif tradisional ini memang layak diacungi jempol. Puisi yang dibacakannya mencoba untuk membangkitkan gairah membaca dan menulis. Bahkan asal tahu saja, ini penampilan kedua mereka pada hari yang sama, lantaran pagi harinya, Komunitas PedaS lebih dahulu tampil di hadapan Menteri Kesehatan RI Nina Moeloek, di salah satu hotel di Jakarta, dalam rangka Simposium Nasional Peringatan Hari TB Sedunia 2015.

Selain memaparkan banyak hal mengenai dunia tulis-menulis, bedah buku yang digagas Kompasianer Peniti Community (KPC) bekerjasama dengan Toko Buku Gramedia dan Elex Media Komputindo ini tak ayal menjadi ajang kopi darat antar Kompasianer. Hadir diantara peserta adalah Kompasianer Yusran Darmawan yang pada 2013 lalu meraih dua penghargaan sekaligus yakni Kompasianer of The Year dan Reporter Warga Terbaik. Ada pula Kompasianer senior Thamrin Dahlan, Rifki Feriandi, Maria Margaretha, penulis buku The Art of Communication Muchlis Anwar, penulis fiksi Fantasytopia Ando Ajo, pemerhati HIV/AIDS Syaiful W Harahap dan masih banyak lagi, termasuk sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.

* * * *

Mengawali paparannya, Much Khoiri menyatakan kebahagiaanya untuk berbagi ilmu menulis. Menurutnya, hal ini seirama dengan apa yang disampaikan Pepih Nugraha, bahwa seorang penulis harus bersedia berbagi ilmu menulis, agar profesi kepenulisannya tidak sia-sia. “Sebenarnya, kata yang pas itu ‘berbagi’ ilmu menulis, bukan ngajari. Kata ‘berbagi’ itu klop dengan semboyan Kompasiana yaitu ‘Sharing & Connecting’. Ternyata, berbagi ilmu tidak membuat kita menjadi miskin ilmu, tetapi justru berkembang dan meluas. Jadi mendasari diri dengan pemahaman seperti itu yang mendewasakan saya untuk berbagi menulis dengan banyak mahasiswa saya,” jelas staf pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jawa Timur ini.

“Dalam menulis, penting bagi kita untuk membangun niat yang baik dan tulus. Bagaimana melambari diri dengan niat kuat. Pada bab I buku Rahasia TOP Menulis saya tulis tegaskan alasan menulis. Alasan itu bukan alasan yang sederhana, tetapi reason. Reason is the power how you write,” tutur Khoiri yang pada 24 Maret kemarin merayakan ulang tahun ke-50.

[caption id="attachment_406205" align="aligncenter" width="567" caption="Gaya Pak Much Khoiri ketika menyampaikan paparannya mengenai buku Rahasia TOP Menulis. (Foto: Gapey Sandy)"]

14276084842010320390
14276084842010320390
[/caption]

Khoiri, yang karya tulisnya mulai meruyak di media massa sejak 1986 ketika masih berkuliah semester dua bercerita mengenai alasan mengapa dirinya terlecut untuk menulis buku. “Meski tulisan-tulisan saya sudah mulai dimuat media massa sejak 1986, dan saya banyak menyampaikan pelatihan menulis di berbagai tempat, tetapi sampai 2010 saya masih belum pernah menulis satu buku pun. Sampai suatu ketika, pada saat memberikan pelatihan menulis di sebuah SMP, sekitar akhir tahun 2010, ada pertanyaan yang diajukan oleh seorang siswa yang membuat hati saya tergugah. Pertanyaan itu kira-kira begini, “Bapak Khoiri, tadi bapak sudah bilang kalau sudah banyak tulisan dimuat di berbagai media massa, aktif mengikuti kegiatan pendidikan menulis dimana-mana, tetapi saya pingin membaca buku karya bapak. Adakah bukunya?”. Menyimak pertanyaan siswa ini saya langsung sujud syukur. Seketika itu juga saya segera mencanangkan target bahwa pada 2011, saya harus menerbitkan buku,” kenang Khoiri seraya menambahkan sejak 2011 itulah dirinya kemudian produktif menulis buku.

Khoiri yang menyampaikan paparannya dengan bergaya dosen dan sesekali melucu ini mengatakan, sejak 2013 dirinya membuat target baru, yakni menulis setiap hari. “No matter what! Enggak ada alasan apapun kecuali menulis. Akhirnya, pada tahun 2013 itu pula saya menulis lima buku, termasuk menulis buku keroyokan dengan penulis lain. Alhamdulillah, pada 2014, saya meningkatkan target berikutnya yaitu write or die. Target ini menghasilkan kebahagiaan. Karena, pada 2014 kemarin, saya menulis sembilan buku yakni dua buku individu dan tujuh buku anthology. Itulah the power of niat. Secara total, sejak 2011, saya sudah menulis 18 buku. Tambah lagi, sudah ada satu buku yang baru selesai 85 persen, dan sudah dipesan untuk diterbitkan oleh satu penerbit,” kata Khoiri yang semakin sibuk dengan jabatan barunya sebagai Kepala Pusat Bahasa Unesa ini.

Mengakhiri paparannya, Khoiri membuka salah satu kunci rahasia dalam menulis yang sudah ditemukannya. “The key secret of writing is write, write, and keep writing. Jadi enggak usah kakehan ngomong, jangan terlalu banyak bicara, yang penting, menulis, menulis, dan teruslah menulis. Itu juga kata terakhir yang ditulis secara pas sekali oleh Kang Pepih Nugraha, dalam pengantar buku Rahasia TOP Menulis yaitu keep writing,” jelas Khoiri yang tergabung dalam Jaring Literasi Indonesia (Jalindo).

Sementara itu, Isson Khairul dalam bahasannya menjelaskan anatomi buku Rahasia TOP Menulis. “Anatomi buku ini, terbagi menjadi tiga bagian, ada 202 halaman yang terdiri dari 42 tulisan. Pada bab I terdiri dari sembilan tulisan yang mengungkapkan tentang alasan-alasan menulis. Ada bagian yang disampaikan Pak Khoiri tentang menulis sebagai sampingan, atau all out menjadi penulis. Sedangkan pada bab II, Pak Khoiri lebih memotivasi pembaca untuk menulis apa yang kita tahu. Tentang apa yang kita tahu, tentu harus tahu sesuatu. Untuk tahu sesuatu bisa dengan cara membaca, menghadiri seminar, pameran, seharian berkeliling di pasar dan sebagainya, untuk mencari tahu. Di Kompasiana, kita menulis dulu. Apakah kemudian orang suka, atau tidak suka membacanya, itu adalah urusan nanti, yang penting menulis itu dulu point-nya,” ujarnya.

Untuk bab III yang terdiri dari 25 tulisan pendek, kata Isson lagi, terdapat sejumlah kiat menulis yang salah satunya membahas tentang bagaimana jurus mengatasi kemacetan menulis atau writer’s block.

[caption id="attachment_406206" align="aligncenter" width="439" caption="Isson Khairul, ketika menyampaikan bahasannya mengenai buku karya Pak Much Khoiri. (Foto: Gapey Sandy)"]

1427608565552203457
1427608565552203457
[/caption]

“Catatan dari saya berkaitan dengan buku ini adalah, ketika sebuah tulisan yang kita tulis di media-media lain, ketika masuk ke media yang berbeda, dalam hal ini buku, perlu ada adjustment. Hal lain, berkaitan dengan aspek jejaring penulis perlu dibuatkan pada bab tersendiri. Misalnya, manfaat jaringan, bagaimana membangun jaringan penulis baik online maupun offline. Juga, bertalian dengan aspek pemberi endorsement pada sampul belakang buku ini, mungkin terlalu sesak dan ada yang kurang relevan. Menurut saya, kita memilih orang untuk memberikan endorsement kepada buku kita, seharusnya adalah orang yang relevan untuk jenis dan kategori buku yang kita terbitkan. Karena dengan begitu, orang akan melihat apa gunanya si pemberi endorsement dimuat pada buku yang dimaksud,” saran Isson yang mantan wartawan Femina Group ini.

Sedangkan Gapey Sandy dalam bahasannya mengemukakan sejumlah keunggulan buku Rahasia TOP Menulis, diantaranya penggunaan bahasa tutur yang tidak formal, kaku dan text book. “Meski Pak Khoiri ini sosok yang merupakan produk kampus, tapi bukunya menggunakan bahasa lisan atau bahasa tutur yang tidak kaku. Buku ini juga berhasil membimbing para calon penulis tanpa mempergunakan kalimat dan bahasa yang menggurui. Intinya, buku ini memantik motivasi untuk menulis. Tapi, jangan berhenti pada menulis saja, sebab buku ini juga memompa semangat agar seorang penulis dapat menerbitkan karya-karya tulisannya dalam bentuk buku. Sedangkan bagi para penulis yang sudah kawakan, buku ini mengingatkan kembali sejatinya profesi menulis, dan keindahan untuk berbagi ilmu menulis kepada siapa saja,” katanya sembari menambahkan, buku Rahasia TOP Menulis juga tampil beda dengan pengayaan yang bermanfaat dan menarik melalui sejumlah quote dengan font yang diperbesar.

Akhirnya, seperti disampaikan Gapey Sandy juga, acara bedah buku ini tidak sekadar mengulas, mereview buku, dan bertatap muka dengan penulisnya saja. “Dengan ajang seperti ini, kita bertemu langsung dengan banyak penulis, dan buat saya, sebenarnya justru disitulah feel menulis yang saya peroleh. Ibaratnya, pertemuan dengan para penulis di acara ini, sungguh bermanfaat demi men-charge lagi semangat menulis yang ada dalam diri kita,” kata Kompasianer empunya akun Facebook R Gaper Fadli ini.

[caption id="attachment_406208" align="aligncenter" width="567" caption="Komunitas PedaS atau Penulis dan Sastra yang memukau dengan pembacaan musikalisasi puisinya. (Foto: Rifki Feriandi)"]

14276086481691642038
14276086481691642038
[/caption]

Sampai jumpa pada acara Kompasianer Peniti Community berikutnya. Salam … write, write and keep writing!


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun