Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kompasianer Pesta Kuliner di Tanker LPG Terbesar Sedunia Milik Pertamina

13 Oktober 2014   09:20 Diperbarui: 17 Februari 2016   06:52 1700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_366001" align="aligncenter" width="567" caption="Kompasianer Novaly Rushans (kiri) mengambil Beef Bulgogi Korean Style, Cyber Supervisor Pertamina Marlodika (baju abu-abu) mencicipi Sayuran Campuran, dan Nur Hasanah (kanan) dari Kompasiana tampak mencomot Chicken Gordon Blue. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]

Sepuluh Kompasianer pemenang blog competition kerjasama Kompasiana dengan PT Pertamina bertajuk ‘Membincang Elpiji Non Subsidi’, Kamis (9 Oktober 2014) pukul 07.10 wita, sudah harus melakukan boarding di terminal keberangkatan domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Menumpang pesawat Garuda Indonesia tipe ATR 72-600 yang memiliki dua baling-baling pada bahagian pangkal kedua sayapnya, rombongan terbang menuju Bandara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Penerbangan dari Denpasar (DPS) ke Banyuwangi (BWW) ini cuma memakan waktu 40 menit saja.

Adapun sepuluh Kompasianer tersebut adalah, empat Kompasianer asal Yogyakarta yaitu Fandi Sido, Arifah Wulansari, Hendra Wardhana, dan Nfkaafi alias Dwi Suparno. Lima Kompasianer asal Jakarta adalah Rizky Febriana, Dzulfikar Al-a’la, Novaly Rushans, Achmad Nurisal, dan penulis sendiri, Gapey Sandy. Seorang Kompasianer lagi berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam yakni Syukri Muhammad Syukri. Turut serta dalam rombongan, Marlodika selaku Cyber Supervisor PT Pertamina beserta kru, admin Kompasiana, dan sejumlah rekan media ternama.

[caption id="attachment_366002" align="aligncenter" width="567" caption="Menumpang pesawat Garuda Indonesia tipe ATR 72-600, rombongan Kompasianer blog visit Pertamina mendarat di Terminal Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur. (Foto: Gapey Sandy)"]

14131398661388864035
14131398661388864035
[/caption]

Setiba di Bandara Blimbingsari---yang memiliki landas pacu sepanjang 1.400 meter, dan dibuka pada 29 Desember 2010---, rombongan bergegas menaiki bus yang sudah menjemput. Perjalanan menuju Kantor PT Pertamina Marine Region V-STS Kalbut di Jalan Pelabuhan Kalbut No.1, Situbondo, Jawa Timur pun dimulai. Rutenya, melintasi Jalan Banyuwangi – Situbondo dengan melintasi Taman Nasional Baluran (TNB). Pada musim kemarau seperti saat ini, kondisi TNB yang memiliki luas 22.500 hektar ini tidak lagi begitu ijo royo-royo. Sebutan TNB sebagai hamparan padang savana terluas di Pulau Jawa nyaris bablas, berganti wujud dengan pepohonan yang mengering dan gundul tanpa dedaunan. Ikon padang savana yang dibanggakan hanya terlihat di kejauhan, terutama yang mengarah ke kaki dan lereng Gunung Baluran.

Kondisi kekeringan yang melanda sebagian besar Taman Nasional Baluran membuat saya berpikir, kemana Burung Merak jantan si empunya ekor nan indah? Kemana perginya Lutung dan Makaka yang biasa bergelantungan di pohon? Mengungsi kemana burung-burung Elang, Kerbau ukuran jumbo, dan rombongan Rusa itu? Duuuhhh … kasihan juga mikirin nasib hewan-hewan tersebut dengan kondisi taman nasional yang pepohonan dan rerumputannya mengering. Haddeeeuuuhhhh … fokus, … fokus, … sekarang, urusannya blogger visit Tanker LPG Raksasa milik PT Pertamina dulu.

[caption id="attachment_366003" align="aligncenter" width="567" caption="Tiba di Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur. (Foto: Gapey Sandy)"]

14131399262016591193
14131399262016591193
[/caption]

Setiba di kantor PT Pertamina Marine Region V-STS Kalbut, rombongan sempat melakukan shalat Dzuhur, untuk kemudian bergegas melakukan sejumlah persiapan menuju ke lautan lepas. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk menyambangi salah satu dari dua Kapal Tanker LPG Terbesar di Indonesia milik Pertamina yang tengah melempar sauh, dan memfungsikan keberadaannya sebagai floating storage (depo mengambang) gas elpiji. Masing-masing anggota rombongan kemudian mengenakan pelampung berwarna Oranye mencolok. Konon, dalam ilmu psikologi, Oranye adalah warna yang menyimbolkan keamanan dan keselamatan. Sebelum benar-benar meninggalkan kantor, sesuai prosedur keamanan, rombongan diingatkan untuk tidak boleh membawa korek api, apalagi korek api gas.

Siang itu, aktivitas di Pelabuhan Kalbut, Situbondo, tidak terlalu ramai. Sejumlah kapal nelayan hanya bersandar di dermaga. Terlihat seorang anak buah kapal sibuk mendorong sebuah bak besar berisi ikan segar di atas sebilah papan, untuk segera beralih tangan kepada para calon pembeli ikan di daratan. Di lokasi yang berseberangan, ada satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar jenis Solar yang bukan milik Pertamina.

[caption id="attachment_366004" align="aligncenter" width="567" caption="Sebagian rombongan Kompasianer berfoto di depan Kantor Pertamina Marine Region V-STS Kalbut di Situbondo, Jawa Timur. Kiri ke kanan: Arifah Wulandari, Dzulfikar Al-ala, Gapey Sandy, Fandi Sido, Nur Hasanah, Nfkaafi alias Dwi Suparno, dan Hendra Wardhana. (Foto: Gapey Sandy) "]

14131399901282818743
14131399901282818743
[/caption]

Untuk menuju Kapal Tanker LPG Raksasa milik Pertamina, tidak bisa langsung dengan menggunakan kapal-kapal kayu milik para nelayan yang ada di dermaga. Kapal kayu bermesin diesel milik nelayan ini hanya menjadi feeder untuk kemudian, di tengah laut, rombongan berpindah ke kapal yang lebih besar, atau biasa disebut sebagai Kapal Tunda atau tugboat. Kapal Tunda inilah yang kemudian membawa kami merapat ke Kapal Tanker LPG Raksasa, atau Very Large Gas Carrier (VLGC) milik Pertamina. Adapun VLGC yang kami tuju adalah “Pertamina Gas 2”.

“Sebenarnya aku sudah menyiapkan kantong plastik untuk berjaga-jaga apabila mabuk laut. Tapi alhamdulillah, kekhawatiran mabuk laut itu tidak terjadi. Lagipula, jaim juga sama Kompasianer lain, masak sih naik perahu sebentar saja kok mabuk laut,” jujur Arifah Wulansari, Kompasianer asal Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

[caption id="attachment_366005" align="aligncenter" width="567" caption="Pose bersama sebelum menaiki kapal bermesin diesel milik nelayan, di Pelabuhan Kalbut, Situbondo, Jawa Timur. (Foto: Gapey Sandy)"]

1413140046745500876
1413140046745500876
[/caption]

Selama perjalanan laut itu pula, Arifah terlihat sigap dan tidak mengalami kesulitan ketika melakukan migrasi dari satu kapal ke kapal berikutnya. Misalnya, ketika harus melompat dari bibir tembok dermaga di Pelabuhan Kalbut ke kapal nelayan, Arifah musti sedikit melompat dan menjejakkan kedua kakinya di atas dek kayu. Kemudian, dari kapal nelayan berpindah ke tugboat, Arifah juga harus agak melompat demi menyeberangi antar lambung kapal. Di tugboat, Arifah justru semakin gesit. Tak berselang lama, ia terlihat sudah menaiki bridge ladder yang menuju ke handrails persis di depan ruang navigasi tugboat. Dari sisi atas kapal bagian depan, Arifah menghabiskan banyak space memory card di smartphone-nya untuk jepretan-jepretan selfie, dan berfoto ria. Sama sekali tak nampak bahwa ibu berputra satu ini bakal terpapar mabuk laut. Mungkin, salah satu penyebabnya adalah, karena ombak memang tengah amat sangat bersahabat, alhamdulillah.

Khusus untuk migrasi dari tugboat ke VLGC “Pertamina Gas 2”, nakhoda tugboat harus pandai menyandarkan lambung kapalnya yang dipasangkan ban-ban berukuran besar ke lambung kapal Tanker LPG raksasa yang berwarna merah itu. Nakhoda tugboat harus melakukannya secara esktra hati-hati, maklum isi muatan VLGC “Pertamina Gas 2” adalah gas elpiji yang sangat sensitif sehingga memerlukan perlakuan yang lembut dan penuh kehati-hatian. Di bagian depan tugboat, rombongan menunggu posisi bersandar tugboat secara aman. Bunyi ban-ban berukuran besar di bahagian luar lambung tugboat berdecit-decit ketika dihimpit antara tugboat dan VLGC “Pertamina Gas 2”.

[caption id="attachment_366006" align="aligncenter" width="567" caption="Rombongan menaiki kapal bermesin diesel milik nelayan di Pelabuhan Kalbut, Situbondo, sebelum bermigrasi ke Kapal Tunda atau tugboat untuk menuju ke Kapal Tanker LPG raksasa atau VLGC Pertamina Gas 2. (Foto: Gapey Sandy)"]

1413140122669679948
1413140122669679948
[/caption]

Sesaat semuanya selesai dan terkendali. Dari atas geladak tugboat, rombongan yang berada persis di bawah VLGC “Pertamina Gas 2” harus mendongakkan kepala bila ingin melihat bahagian atas kapal tanker raksasa berukuran panjang 226 meter dan lebar 36,6 meter, atau sekitar dua kali panjang lapangan sepakbola ini. Guedeeee bingiittttsssss, superrrr!

Setelah semua persiapan migrasi menunjukkan tanda-tanda aman, tangga hidrolik yang terbuat dari baja ringan mulai diturunkan secara otomatis dari lambung Kapal Tanker LPG Pertamina 2. Perlahan-lahan, hingga ujung tangga sampai ke dekat tugboat. Prosedur keamanan sudah mulai berlaku sejak kami menaiki tangga di lambung VLGC “Pertamina Gas 2” ini. Tidak boleh seluruh anggota rombongan berjejal menaiki tangga. Hanya boleh per kelompok saja yang naik tangga, dimana satu kelompok adalah lima orang, untuk kemudian lima orang berikutnya menyusul menaiki tangga, begitu seterusnya sampai seluruh rombongan berpindah ke VLGC “Pertamina Gas 2”. Sesampainya di geladak kapal Tanker LPG Raksasa buatan Korea Selatan ini, rombongan diwajibkan mengisi buku tamu terlebih dahulu, dan secara ketat wajib mengikuti larangan untuk mengambil foto, dan menyalakan telepon seluler.

[caption id="attachment_366007" align="aligncenter" width="567" caption="Rombongan berpindah dari kapal nelayan ke Kapal Tunda atau tugboat, untuk nantinya berpindah lagi ke Kapal Tanker VLGC Pertamima Gas 2. (Foto: Gapey Sandy)"]

14131401931213537490
14131401931213537490
[/caption]

Di atas geladak kapal VLGC “Pertamina Gas 2”, nampak pipa-pipa baja berwarna hijau dan beraneka ukuran, yang tentu saja menjadi saluran untuk pengisian dan penyaluran muatan LPG Pertamina. Di atas geladak, rombongan berjalan menuju ke pintu dek kapal secara teratur, sesuai dengan lintasan yang diberi tanda garis kuning.

Dalam sambutannya di ruang meeting, Kosim, sang Kapten yang bertanggung-jawab sepenuhnya terhadap kendali operasional VLGC ‘Pertamina Gas 2’ menyebutkan bahwa, sebagai terminal depot atau floating storage, Kapal Tanker LPG ‘Pertamina Gas 2’ menjadi urat nadi distribusi LPG untuk seantero Indonesia Bagian Timur.

[caption id="attachment_366008" align="aligncenter" width="492" caption="Menjelajah tugboat untuk mencari posisi berfoto ria sebelum berpindah ke Kapal Tanker LPG raksasa atau VLGC Pertamina Gas 2. (Foto: Gapey Sandy)"]

1413140259603884188
1413140259603884188
[/caption]

“Kapal tanker yang diberi nama ‘Pertamina Gas 2’ ini adalah buatan Korea Selatan, dan tiba di perairan Indonesia, pada 21 Mei 2014 lalu. VLGC ‘Pertamina Gas 2’ menjadi kapal ke-61 dari total 191 kapal yang dimiliki Pertamina. Memiliki kapasitas hingga 84.000 meter kubik, VLGC ‘Pertamina Gas 2’ yang merupakan sistership dari VLGC ‘Pertamina Gas 1’, menjadi kapal terbesar di dunia untuk muatan LPG. Yang lebih penting lagi, Kapal Tanker LPG ‘Pertamina Gas 2’ ini menjadi urat nadi distribusi LPG untuk Indonesia Bagian Timur,” ujar Kosim yang lahir di Kebumen, Jawa Tengah, pada 5 Januari 1977 ini.

 

VLGC ‘Pertamina Gas 2’ memiliki empat tanki yang harus selalu dalam kondisi sangat dingin yaitu antara minus 2 hingga 40 derajat Celsius. Karena, didalam tanki 1 dan 3 menampung Butane (C4), sedangkan tanki 2 dan 4 berisikan Propane (C3). Seperti diketahui, dalam satu tabung Gas Elpiji kandungan utamanya adalah lebih dari 97% Propane dan Butane, sementara 3%-nya lagi adalah berupa kandungan Pentane (C5) dan lainnya.

[caption id="attachment_366009" align="aligncenter" width="567" caption="Inilah Kapal Tanker LPG raksasa atau VLGC Pertamina Gas 2 yang menjadi floating storage elpiji di Teluk Kalbut, Situbondo, Jawa Timur. (Foto: Gapey Sandy)"]

14131405171564027649
14131405171564027649
[/caption]

Terdapat Lima Dek

Kapal Tanker LPG ‘Pertamina Gas 2’ terdiri dari lima dek. Paling atas adalah Navigation Deck yang terbagi mejadi Ruang Kemudi, dan Toilet Umum, serta dilengkapi pula dengan Wheelhouse and Chart Space, Navigation Locker, dan Battery Room. Dibawahnya ada C Deck yang diantaranya terdapat ruangan untuk Captain, 2nd Officer, 3rd Officer, 4th Officer, Electrician, Electrician Equipment Room, Locker, dan masih banyak lagi.

Kemudian, dibawahnya ada B Deck, yang antara lain terdiri dari ruangan Chief Officer, Bosun, Cadet, Oiler, Locker, dan Praying Room, Quarter Master, Sailor, Foreman, Cook, Locker, Sanitary Fan Room dan Cleaning Gear Locker, serta Cable Duct.

[caption id="attachment_366010" align="aligncenter" width="567" caption="Dari tugboat berpindah lagi ke tujuan utama yaitu Kapal Tanker LPG terbesar sedunia milik Pertamina, yaitu VLGC Pertamina Gas 2. (Foto: Gapey Sandy)"]

1413140673235534763
1413140673235534763
[/caption]

Sedangkan untuk A Deck, terdapat ruangan untuk Conference Room, Officers Saloon, Officers Messroom, Hospital, Galery, Officers Pantry, Duty Messroom, Ships Office, Library, dan masih banyak lagi. Ada pula Upp. Deck yang diantaranya diperuntukkan bagi Ships Laundry dan Drying Room, Crews Change Room, Engine Room Entrance, Common Lavatory, Fire Control Station, Bonded Store, Gymnasium, Cargo Switchboard Room, dan lainnya.

“Untuk keselamatan bersama, selalu ada safety induction dan aturan keamanan yang harus ditaati di kapal ini. Misalnya, jangan menggunakan alat komunikasi di luar dek. Mengerti tentang keberadaan lokasi sekoci yang ada di kanan dan kiri kapal. Dan, apabila terdengar bunyi alarm dengan nada tidak putus, maka seluruh kru kapal harus menuju ke sekoci yang ada di sebelah kanan kapal. Sedangkan bila terdengar alarm dengan nada bunyi tujuh pendek, dan satu panjang, maka itu adalah alarm agar seluruh kru segera meninggalkan kapal,” jelas Muhammad Haikal, selaku 2nd Officer VLGC ‘Pertamina Gas 2’ kepada rombongan Kompasianer.

[caption id="attachment_366011" align="aligncenter" width="567" caption="Kiri. Marlodika, Cyber Supervisor Pertamina. Kanan. Kosim, Kapten VLGC Pertamina Gas 2. (Foto: Gapey Sandy)"]

14131407271200775636
14131407271200775636
[/caption]

Pada saat berada di Navigation Deck, rombongan Kompasianer banyak memperoleh penjelasan dari Kapten Kosim dan anak buah kapal lainnya. Diantaranya, informasi tentang VLGC ‘Pertamina Gas 2’ yang meski terlihat tidak bergerak sama sekali di atas permukaan air, namun sebenarnya, posisi VLGC ini bergerak mengikuti kemana saja ombak bergerak. Kapal tanker LPG raksasa ini juga hanya membuang satu jangkar, karena, apabila dua jangkar yang diturunkan pada bagian kiri dan kanan kapal, sedangkan kapal tetap bergerak sesuai aliran ombak pada perairan laut dangkal Teluk Kalbut ini, maka dikhawatirkan justru akan terjadi saling melilit antara dua rantai jangkar tersebut.

[caption id="attachment_366012" align="aligncenter" width="529" caption="Terdapat lima dek di VLGC Pertamina Gas 2. (Foto: Gapey Sandy)"]

1413140813390091031
1413140813390091031
[/caption]

Ikut Pesta Kuliner di Tanker LPG Pertamina

“Kebetulan, kami sedang melaksanakan pesta alakadarnya demi membangun rasa kebersamaan dan solidaritas antara ke-26 awak kapal yang bertugas di VLGC ‘Pertamina Gas 2’. Pesta kali ini, bertemakan Black and White. Untuk itu, mari silakan, para blogger dari Kompasianer dan rombongan turut bergabung dalam pesta tersebut, sambil makan siang. Silakan dicicipi sajian makanan yang dibuat sendiri oleh chef di kapal ini, yang sudah berpengalaman selama delapan tahun bekerja sebagai juru masak di sebuah kapal pesiar milik Amerika Serikat,” ajak Kapten Kosim, mempersilakan rombongan menuju ke ruang pesta yang dimaksud.

[caption id="attachment_366013" align="aligncenter" width="567" caption="Kompasianer di Ruang Navigasi VLGC Pertamina Gas 2, menyimak penjelasan Kapten Kosim. (Foto: Gapey Sandy)"]

1413140902532278894
1413140902532278894
[/caption]

Seolah tak hendak berpikir lama-lama lagi, rombongan kemudian memasuki ruang makan, satu per satu, dan saling bersalaman serta menyapa kepada seluruh anak buah kapal yang nampaknya baru usai makan siang bersama. Lantas apa saja menu kuliner yang dimasak oleh chef berpengalaman pada VLGC ‘Pertamina Gas 2’ ini? Nampak yang mencolok adalah sajian Bebek Goreng lengkap dengan Sambal Mangga Mudanya. Ada pula Soup Iga, Sayuran Campur Saos Bawang Putih, Ikan Kerapu Saos Bangkok, Soup Jamur, Lumpia dan Crocket, Chicken Gordon Blue, Sate Ayam Bumbu Kelapa, Beef Bulgogi Korean Style, dan Salad Buah. Sebagai hidangan penutup terdapat Cake, Jajanan Pasar, dan Aneka Buah Campur.

[caption id="attachment_366014" align="aligncenter" width="567" caption="Sebagian sajian menu makanan yang disajikan untuk makan siang rombongan Kompasianer di VLGC Pertamina Gas 2. (Foto: Gapey Sandy)"]

1413140979252712413
1413140979252712413
[/caption]

“Yang paling saya rasakan sensasi kenikmatannya adalah Soup Iga nan empuk, dan rasanya enak sekali,” ujar Marlodika dari Cyber Supervisor PT Pertamina. Apa yang disampaikan Marlodika, mewakili acungan jempol bagi hasil olahan tangan dan sajian masakan dari chef yang bertugas di VLGC ‘Pertamina Gas 2’.

Mumpung laper … yuk ah, nambah lagi, makan siangnya.

Yummy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun