Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Terima Kasih Juga Untuk Ibu Ani Yudhoyono

20 Oktober 2014   20:35 Diperbarui: 4 April 2017   17:28 1609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_367766" align="aligncenter" width="567" caption="Senyum Hj Ani Bambang Yudhoyono, mantan Ibu Negara. (Foto: parismatch.com)"][/caption]

Hampir semua mengucap, “Terima kasih, Soesilo Bambang Yudhoyono”. Saking banyaknya yang nge-tweet begitu, “Makasih SBY” pun jadi trending topic. Wajar, apabila banyak orang yang menyampaikan rasa terima kasih itu atas dedikasi SBY, terutama jelang pelantikan duet Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014 – 2019.

Tapi coba hitung, berapa banyak orang yang menyampaikan rasa terima kasih dengan ciap-ciap di twitter, menulis status di facebook, bahkan mengulasnya di blog keroyokan ala Kompasiana ini, justru kepada Ibu Ani Yudhoyono? Padahal, kalimat bijak mengatakan, dibalik suami yang sukses pasti ada istri yang hebat. Bukan bermaksud mengecilkan hegemoni kesuksesan SBY, tapi percayalah, presiden selama dua periode---sejak 20 Oktober 2004 ini---juga pasti berhasil lantaran ada peran sang istri, empunya nama lengkap Kristiani Herawati binti Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo.

Lantas, apa-apa saja peran Ibu Ani Yudhoyono dalam kurun waktu 10 tahun, sepanjang masa pemerintahan SBY, sang suami tercintanya ini? Jawaban sederhananya, tentu saja banyak peran yang telah berhasil dimainkan oleh perempuan kelahiran Yogyakarta, 6 Juli 1952 ini. Utamanya, apalagi kalau bukan peran sosial kemasyarakatan. Sebagai Ibu Negara, jabatan sekaligus simbol itu tak melenakan Ibu Ani Yudhoyono. Justru, dengan menjadi The First Lady, malah membuatnya kian aktif berkecimpung dalam berbagai aksi sosial, kemasyarakatan, dan kemanusiaan.

Pencetus Terbentuknya SIKIB

Tercatat, Ibu Ani Yudhoyono adalah pencetus terbentuknya SIKIB atau Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu. Ini adalah kumpulan para istri, yang suaminya menjabat sebagai menteri atau pembantu Presiden dalam jajaran kabinet yang dikomandoi SBY.

Ceritanya, bermula dari tragedi dahsyat gempa bumi dan tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan menewaskan ratusan ribuan nyawa. Saat kejadian memilukan itu semakin terpapar secara nyata di media-media massa, Minggu, 26 Desember 2004, Ibu Ani Yudhoyono sebenarnya justru sedang berada nun jauh dari ibukota, yaitu di Papua.

Sebegitu masif kehancuran akibat gelombang dahsyat tsunami di Aceh inilah yang membuat Ibu Negara memutuskan, untuk segera melakukan aksi nyata, mengirimkan sumbangan bantuan kemanusiaan. Adalah Ibu Murniati Widodo AS, istri Menkopolhukam Laksamana (Purn) Widodo Adi Sutjipto, yang masih mengingat secara rinci, betapa Ibu Ani Yudhoyono, begitu ingin sekali cepat-cepat bertindak dan menunjukkan kepedulian nyata, dengan memberi sumbangan serta bantuan kemanusiaan kepada para korban gelombang tsunami.

“Pada hari Minggu, 26 Desember 2004, tak berapa lama setelah berita-berita mengenai gelombang dahsyat tsunami yang melanda Aceh terpublikasi luas, dan menimbulkan duka sangat mendalam baik secara nasional maupun dunia internasional, saya ditelepon oleh Ibu Ani. Ibu Ani, waktu itu sedang berada di Papua. Dalam komunikasi melalui sambungan telepon itu, saya diminta oleh Ibu Ani, untuk segera melakukan koordinasi demi mengumpulkan dan mengirimkan bantuan darurat kemanusiaan, sehubungan dengan musibah gempa bumi dan tsunami di Aceh,” tutur Ibu Murniati Widodo AS dalam wawancara eksklusif dengan sebuah penerbitan dalam rangka kegiatan SIKIB.

[caption id="attachment_367767" align="aligncenter" width="567" caption="Ibu Ani Bambang Yudhoyono tengah mendampingi seorang siswi SMP dalam sebuah aktivitas kelas. (Foto: presidenri.go.id)"]

14137861081000492833
14137861081000492833
[/caption]

Harapan dan permintaan Ibu Negara ini akhirnya menjadi semacam “perintah”, kata Ibu Murniati Widodo AS, yang kemudian segera ditindak-lanjuti dengan menelepon ke Ibu Alwi Shihab. Karena waktu itu, posisi Alwi Shihab adalah menjabat sebagai Menko Kesra. “Selanjutnya, saya juga menelepon dan mengirimkan pesan singkat kepada semua kolega. Intinya, mengajak untuk bersama-sama segera melakukan urunan sumbangan dana kemanusiaan, atau pengumpulan dana partisipasi, yang akan segera disalurkan kepada para korban musibah gempa bumi dan tsunami di Aceh," tuturnya.

Hasil urunan dana partisipasi kemanusiaan yang dilakukan secara spontan ini, lanjutnya, berhasil mengumpulkan uang sejumlah Rp 200 juta. “Setelah itu, lalu kita segera berkumpul di rumah Ibu Jusuf Kalla, untuk melakukan koordinasi cepat dan tanggap, dengan melakukan pembelian bahan-bahan perlengkapan darurat demi bantuan kemanusiaan.Yang kita belanjakan waktu itu, misalnya sarung, selimut, kebutuhan pangan seperti biskuit, dan masih banyak lagi. Semua itu kemudian langsung kita koordinasikan pengumpulan dan pengirimannya, di lapangan udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta,” urainya lagi.

Alhasil, koordinasi spontan upaya pengiriman bantuan kemanusiaan kepada para korban tsunami di Aceh, berdasarkan kepiluan mendalam Ibu Ani Yuduhoyono pun sukses terlaksana. “Segera saja hasilnya pun tak lupa kami laporkan kepada Ibu Negara,” kata Ibu Murniati Widodo AS ini.

Usai menuntaskan kerja kedinasan di wilayah Papua, tuturnya lagi, Ibu Ani Yudhoyono rupanya langsung kembali ke Jakarta. Kehadiran Ibu Negara di ibukota ini, sudah barang tentu semakin membuat banyak pihak tergerak hatinya untuk turut berpartisipasi memberikan dana sumbangan kemanusiaan, kepada para korban tsunami di Aceh.

“Setelah Ibu Ani tiba di Jakarta, rupanya banyak sekali pihak-pihak yang akan menyerahkan sumbangan untuk mengurangi beban penderitaan saudara-saudara kita di Aceh. Setiap kali ada yang meminta izin untuk bertemu Ibu Ani, guna menyampaikan sumbangan bantuan kemanusiaan itu, saya dan beberapa kolega lainnya, selalu dipanggil menghadap oleh Ibu Ani, untuk mendampingi guna ikut menerima sumbangan bantuan kemanusiaan tersebut. Waktu itu, sumbangan yang nilai nominalnya agak besar berasal dari jajaran Badan Usaha Milik Negara, yang kemudian kita masukkan ke rekening BNI. Kemudian, hari-hari berikutnya, semakin banyak lagi mereka yang ingin memberikan sumbangan kemanusiaan untuk korban tsunami di Aceh,” kata Ibu Murniati Widodo AS.

Menurutnya lagi, dari kerja kemanusiaan yang dipicu tragedi tsunami ini, Ibu Ani kemudian mencetuskan ide dan gagasan mulia, yaitu dengan berupaya membentuk wadah perkumpulan para istri, yang suaminya duduk dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu jilid Satu periode 2004-2009. Tujuannya, dalam rangka melakukan aksi-aksi sosial kemasyarakatan, dan kegiatan kemanusiaan.

“Dari kerja menghimpun sumbangan bantuan kemanusiaan untuk korban gempa bumi dan tsunami di Aceh itu, Ibu Ani kemudian mencetuskan ide kepada para istri-istri yang suaminya duduk di Kabinet Indonesia Bersatu, untuk membentuk perkumpulan yang wadahnya sederhana saja. Saya ingat, yang mengusulkan nama dan bentuk perkumpulan, lalu menjadi nama Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu atau SIKIB, adalah Ibu Rossi Anton (istri dari Anton Apriyantono, Menteri Pertanian) dan Ibu Ratna Megawangi (istri dari Sofyan Djalil, Menkominfo),” kenang Ibu Murniati Widodo AS yang masih mengingat dengan seksama momentum awal proses terbentuknya SIKIB.

[caption id="attachment_367768" align="aligncenter" width="567" caption="Ibu Ani Bambang Yudhoyono bermain tenis meja bersama ajudannya. (Foto: presidenri.go.id)"]

14137861741916432246
14137861741916432246
[/caption]

Transparan Mengurus Dana Kemanusiaan

Dengan terbentuknya SIKIB, koordinasi dan kerja kemanusiaan untuk membantu korban tsunami di Aceh semakin dapat berlangsung secara maksimal. Aliran dana sumbangan terus mengalir. Menariknya, acapkali Ibu Ani menerima berbagai dana sumbangan kemanusiaan tersebut, tak pernah sekali pun beliau menerima sendiri bantuan tersebut. Dengan kata lain, Ibu Ani akan segera melibatkan jajaran SIKIB dalam menerima dan menghimpun dana sumbangan kemanusiaan tersebut. Perilaku terpuji Ibu Negara ini diakui bahkan dijadikan suri teladan, khususnya oleh Ibu Murniati Widodo AS.

“Saya mengetahui sendiri secara langsung bahwa, Ibu Ani itu tidak pernah menerima uang dana sumbangan kemanusiaan baik yang secara langsung, maupun yang melalui SIKIB. Saya mengetahui semua ini, karena yang menerima dana sumbangan kemanusiaan itu, setiap kalinya adalah justru saya, bersama sejumlah kolega lainnya. Secara humor, dari kebiasaan menerima sumbangan kemanusiaan inilah, kemudian saya pribadi jadi tahu, nilai nominal uang yang jumlahnya besar-besar. Lantaran, saya jadi terbiasa menandatangani bukti tanda-terima dana sumbangan kemanusiaan yang nilainya bisa mencapai Rp 500 juta, bahkan ada yang Rp 1 miliar, hahahaaa...,” ujar Ibu Murniati Widodo AS sembari terkekeh.

Dari kejadian-kejadian rutin ini, Ibu Murniati Widodo AS pun menilai bahwa, sosok Ibu Negara seperti Ibu Ani Yudhoyono, amat sangat transparan dalam bekerja. “Itulah yang saya ketahui sendiri, semenjak saya turut mendampingi Ibu Ani terutama dalam kerja kemanusiaan seperti di SIKIB ini. Hal ini jugalah yang membuat posisi Ibu Ani menjadi dihormati, disegani, baik oleh kami sebagai koleganya, maupun juga oleh pihak-pihak yang berniat memberikan dana sumbangan kemanusiaan melalui SIKIB, untuk para korban bencana tsunami di Aceh,” ungkapnya.

Ibu Murniati Widodo AS menyebutkan, terbukti bahwa ide pembentukan SIKIB adalah berawal dari tiga momentum. Pertama, rasa keprihatinan mendalam Ibu Negara, Ibu Ani Yudhoyono, terutama pada saat tiga hari pasca bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam. Kedua, pada tanggal 28 Desember 2004 itu pula, terbentuklah SIKIB, yang merupakan perkumpulan para Istri Menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid Satu. Dan ketiga, pembentukan SIKIB berjangka waktu sama dengan periode Kabinet Indonesia Bersatu.

Dalam perjalanannya, SIKIB berupaya mewujudkan Indonesia Sejahtera, dengan mengusung lima pilar kegiatan yaitu, Pilar Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Peduli, Indonesia Hijau, dan Indonesia Kreatif. Dari kegiatan lima pilar ini, sebegitu banyak pekerjaan dan agenda acara sosial kemasyarakatan telah diselenggarakan, dari Sabang sampai Merauke, bahkan hingga blusukan ke wilayah perbatasan dengan teritorial negara tetangga.

Kepedulian Untuk Masyarakat di Wilayah Perbatasan

Untuk pekerjaan Pilar Indonesia Peduli umpamanya, SIKIB menyambangi masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah perbatasan. Misalnya, melalui upaya peningkatan taraf kehidupan anak-anak yang kurang beruntung dan kerapkali luput dari perhatian. Menyadari bahwa anak-anak ini adalah juga merupakan generasi penerus bangsa, SIKIB kemudian menunjukkan kepedulian untuk mencerdaskan mereka melalui serangkaian program yang menekankan joyful learning, agar proses penyerapan wawasan menjadi menyenangkan.

Bentuk kepedulian ke daerah-daerah yang tidak tertimpa musibah, juga diberikan dalam perwujudan pilar Indonesia Peduli, untuk memperkokoh rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Seperti misalnya, melalui program Aku Cinta Indonesia (ACI), program yang digagas pilar Indonesia Peduli, agar masyarakat Indonesia lebih mengenal bangsa, budaya, dan tanah airnya sendiri. Terlebih, untuk masyarakat yang tinggal secara geografis di pelosok daerah, dan pulau-pulau terluar.

[caption id="attachment_367769" align="aligncenter" width="567" caption="Ibu Ani Bambang Yudhoyono. (Foto: antara)"]

1413786236380749825
1413786236380749825
[/caption]

Lewat program ACI, selain mengunjungi masyarakat yang menempati pulau-pulau terluar, kegiatan pilar Indonesia Peduli juga memberi bantuan yang bermanfaat sekaligus meningkatkan rasa nasionalisme. Misalnya, pemberian benda-benda yang dapat mereka gunakan sehari-hari seperti kaos, tas, merchandise, dan alat tulis yang dihiasi logo kebangsaan Indonesia, seperti Burung Garuda dan bendera Merah Putih, dibagikan secara meluas agar rasa nasionalisme tertanam dan mengakar di sanubari.

“Dulu sempat, pada awal-awalnya, kita belum tahu, bagaimana caranya untuk dapat berkunjung ke daerah-daerah terluar seperti itu. Jadi, benda-benda dengan logo khas Indonesia, seperti Garuda Pancasila dan bendera Merah Putih itu, kita titipkan saja melalui program Surya Baskara Jaya, yakni agenda khusus Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut RI yang selalu sigap menelusuri pulau-pulau terdepan atau terluar milik Indonesia. Pada saat kita mendapat kesempatan berkunjung langsung ke daerah-daerah terdepan, termasuk ke Entikong, Kalimantan Barat, kita lihat sendiri langsung, bagaimana di daerah perbatasan itu kita berikan dan kita pasang bendera-bendera Merah Putih, terlihat suasananya ramai sekali, sekaligus membuat rasa haru dengan menebalnya rasa nasionalisme seperti ini,” cerita Ibu Rossi Anton Apriyantono.

Giat Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Anak

Mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 mengungkapkan bahwa, sejumlah program kesehatan telah berhasil mencapai target sehingga membuat langkah untuk mewujudkan MDGs atau Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan Millenium), menjadi semakin mudah. Selain karena kinerja positif Kementerian Kesehatan RI, faktor utama lainnya yang menciptakan keberhasilan program peningkatan kesehatan tersebut adalah juga karena keberpihakan Ibu Ani Yudhoyono yang tak kenal lelah menggagas, dan berjuang meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan SIKIB.

Ibu Negara memahami betul, bagaimana posisi seorang ibu sebagai motor penggerak keluarga. Dengan begitu, kesehatan Ibu menjadi salah satu prasyarat utama untuk dapat beraktivitas dan memberikan kontribusi bermanfaat terhadap keluarga dan masyarakat sekitarnya. Imbasnya, kontribusi positif yang dilakukan masyarakat sekitar pun akan berujung dengan memberi manfaat serta kemajuan terhadap pembangunan negara. Itulah sebabnya mengapa kesehatan dinyatakan sebagai salah satu bidang yang menjadi perhatian utama pemerintah. “Rakyat yang sehat menjadikan negara kuat,” tukas Ibu Ani Yudhoyono pada satu kesempatan.

Partisipasi masyarakat diperlukan untuk menciptakan generasi yang sehat karena pemerintah tidak mungkin melakukannya secara sendirian. Sebagai bagian dari komponen bangsa, SIKIB terpanggil untuk berdarma-bakti, melakukan kontribusi melalui pencanangan gerakan Indonesia Sejahtera, yang salah satu pilarnya adalah Indonesia Sehat.

Gerakan ini menjadi bagian dari upaya pencapaian MDGs, dimana kesehatan ibu dan anak menjadi perhatian utama, sebab di sanalah kunci untuk menciptakan generasi baru yang kuat. Terlebih dalam keluarga, ibu juga sering menjadi panutan bagi anak-anaknya untuk menjalani pola hidup yang sehat, baik fisik maupun mental. Sementara kesehatan kalangan lanjut usia (lansia) juga menjadi perhatian, agar angka harapan hidup dan usia produktif seseorang dapat lebih panjang, sehingga kontribusi para lansia pun tetap dapat memberi sumbangsih---apapun bentuknya---yang nyata bagi pembangunan bangsa.

“Sasaran kami adalah kesehatan ibu dan anak. Karena, bila seorang ibu mempunyai pengetahuan gizi, maka ia akan mempraktikkannya pada diri dan buah hati, atau anak-anaknya. Kalau ibunya sehat, insya Allah, keluarganya juga sehat,” tutur Ibu Negara lagi.

[caption id="attachment_367770" align="aligncenter" width="567" caption="Ibu Ani Bambang Yudhoyono ketika menerima kunjungan pengurus SIKIB. (Foto: presidenri.go.id)"]

1413786293859330015
1413786293859330015
[/caption]

SIKIB berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan untuk memberdayakan keluarga. “Keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi setiap anak untuk belajar mengenal lingkungan, memperoleh pendidikan, pembentukan karakter,” ujar Vita Gamawan Fauzi (istri dari Gamawan Fauzi, Mendagri). Tidak heran jika pembentukan keluarga yang harmonis juga menjadi perhatian SIKIB, karena keluargalah tempat dilahirkannya generasi-generasi baru.

Di Indonesia, tercatat setiap 2,5 menit satu bayi meninggal dunia. Tercatat juga, setiap setengah jam ada satu orang perempuan meninggal karena persalinan atau kehamilan. SIKIB merasa ikut bertanggung jawab untuk menangani masalah ini. Sebagai bukti kepedulian SIKIB terhadap kesehatan ibu dan anak, SIKIB berperan serta aktif dalam menangani masalah angka kematian ibu dan anak, kasus gizi buruk, dan mewabahnya malaria, DBD, polio dan flu burung hingga maraknya kasus narkoba di kalangan remaja. Usaha yang dilakukan adalah penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan, peningkatan fasilitas kesehatan hingga penambahan tenaga medis.

Program yang dilakukan SIKIB seperti gebyar posyandu, kampanye kesehatan reproduksi, hingga pengobatan gratis membantu terwujudnya kualitas kesehatan masyarakat yang diharapkan. Deteksi dini malagizi dilakukan terutama pada ibu dan anak lewat pemeriksaan dasar fisik seperti penimbangan berat dan pengukuran tinggi. Pelayanan lain adalah deteksi dini gangguan kesehatan lain seperti mata, gigi dan mulut, kulit dan rambut, hingga kadar Hb, pengobatan, dan konsultasi kesehatan lainnya.

Salah satu target Kementerian Kesehatan adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 125 per 100 ribu kelahiran hidup di tahun 2010. SIKIB turut mendukung program ini lewat berbagai kampanye seperti Gerakan Sayang Ibu, dan Making Pregnancy Safer.

Angka kematian ibu yang tinggi disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya kehamilan di usia muda, terlalu sering melahirkan, dan sulitnya menjangkau fasilitas kesehatan. Hal ini dapat ditangani secara modern. Pencegahan bisa dilakukan dengan mencanangkan setiap kehamilan harus dikehendaki, dan ditangani oleh tenaga terlatih. Sayangnya jumlah dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan (obgyn) masih minim yakni 1 berbanding 26.000 penduduk. Hal ini masih ditambah kondisi di pelosok daerah yang kurang memadai, Perekonomian yang rendah dan akses jalanan dan transportasi yang masih belum ideal menjadikan sekitar 40% jumlah persalinan tidak memiliki akses ke bidan. Penyebab kematian yang sering terjadi adalah akibat pendarahan.

Pelayanan kesehatan masyarakat sejauh ini sudah berjalan dengan baik. Masyarakat sekarang lebih mudah mengakses pelayanan kesehatan, Namun tentu saja masih ada ketidaksempurnaan dalam pelaksanaannya. Misalnya saja,untuk melayani masyarakat di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan, seringkali terbentur pada kurangnya tenaga dokter.

Terbatasnya fasilitas dan tenaga medis di pelosok daerah menjadikan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sebagai basis kesehatan di tingkat wilayah terkecil yang harus diperkuat keberadaannya. Posyandu menjadi tempat pelayanan kesehatan dari rakyat untuk rakyat. Terlebih di beberapa posyandu 50% dana sehat berasal dari kontribusi warga. Pelayanan kesehatan di posyandu yang ideal mencakup pelayanan kesehatan ibu, anak, balita seperti bina keluarga balita, pendidikan anak usia dini, gerakan sayang ibu, hingga pelayanan kesehatan untuk warga lanjut usia, konsultasi keluarga serta upaya peningkatan pendapatan keluarga.

[caption id="attachment_367771" align="aligncenter" width="567" caption="Ibu Ani Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kenegaraan mendampingi Presiden keenam RI, Soesilo Bambang Yudhoyono. (Foto: parismatch.com)"]

14137863761918914100
14137863761918914100
[/caption]

Posyandu menjadi garda terdepan dalam upaya penyuluhan dan pencegahan kematian ibu hamil. Ibu Ani Yudhoyono mengungkapkan penyebab langsung kematian ibu melahirkan antara lain perdarahan, eklampsia, dan proses kelahiran yang lama. Sementara penyebab lainnya adalah Tiga Terlambat (Terlambat mengenali bahaya, membawa ke fasilitas kesehatan rujukan, serta memeroleh tindakan pertolongan) dan Empat Terlalu (Terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak anak).

“Saya berpesan, selain menyosialisasikan tiga terlambat dan empat terlalu tadi, kader Posyandu juga menganjurkan ibu hamil memeriksakan diri, Serta para ibu menimbang balita, memberikan imunisasi dan menjadi akseptor KB,” pesan Ibu Ani.

Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya lima kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Sejak dicanangkannya Posyandu pada tahun 1986, berbagai hasil telah banyak dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan, sementara umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia juga meningkat.

Jika pada tahun 2003 AKI tercatat 307/100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003), maka pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan yaitu masing-masing adalah 228/100.000 kelahiran hidup serta 34/1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Sementara itu, umur harapan hidup rata-rata meningkat dari 70,5 tahun pada tahun 2007 menjadi 72 tahun pada tahun 2014 (RPJMN 2010-2014).

Jumlah posyandu telah mengalami peningkatan dari 232 ribu pada 2004 menjadi 267 ribu pada 2007. Kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan anak-anak mereka pun meningkat. Jumlah balita yang ditimbang meningkat dari hanya 43% (2004) menjadi 75% (2007).

Meski angka kematian ibu menurun, Menteri Kesehatan mengatakan hal tersebut harus diturunkan lagi menjadi 118 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2015. Sementara angka kematian bayi sebanyak 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 ditargetkan turun menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup pada 2015. “Dan angka kekurangan gizi pada balita bisa turun dari 18,4 persen pada 2007 menjadi kurang dari 15 persen pada 2015,” kata pemangku jabatan Menteri Kesehatan, almarhumah Endang Rahayu Sedyaningsih waktu itu.

Fokus utama kegiatan Posyandu antara lain adalah mengedukasi IMD atau Inisiasi Menyusu Dini pada bayi yang baru lahir agar bayi mendaptakan kolustrum (susu pertama berwarna kekuningan yang berisi zat antibodi atau pertahanan tubuh). Serta pentingnya pemberian ASI ekslusif minimal enam bulan sesuai rekomendasi WHO dan UNICEF.

Dukungan SIKIB pada Posyandu sudah jelas karena pendirian posyandu sangat sinergi dengan program Indonesia Sehat yang digagas SIKIB. Dalam program Posyandu ini SIKIB bermitra dengan Kementerian Kesehatan, BKKBN, dan masyarakat kader Posyandu. Kader Posyandu memiliki kontribusi besar untuk mewujudkan Indonesia Sehat dengan tugas mulia mengedukasi masyarakat untuk memeriksakan ibu hamil minimal empat kali, memberikan imunisasi lengkap pada bayi, menimbang bayi dan balita setiap bulan, serta melaksanakan program KB dan menjaga kesehatan lingkungan. Bantuan yang diberikan SIKIB antara lain berupa MPASI, pengobatan, dan penyuluhan.

[caption id="attachment_367772" align="aligncenter" width="567" caption="Menunggu kiprah Ibu Negara Iriana Joko Widodo. (Foto: vivanews.co.id)"]

14137864661073729739
14137864661073729739
[/caption]

Derajat kesehatan masyarakat yang membaik ditandai penurunan angka kematian ibu dan bayi serta prevalensi gizi kurang pada balita. SIKIB memfokuskan diri pada pencapaian hal tersebut. Pemberdayaan posyandu sebagai basis edukasi untuk ibu hamil hingga mengajak para ibu untuk memberdayakan pekarangan rumahnya untuk ditanami sayuran dan tanaman rempah. Kebutuhan pangan dan gizi keluarga pun bisa dipenuhi dengan mandiri tanpa mengeluarkan biaya. Di berbagai posyandu pun, kini dibuka kelas senam untuk ibu hamil. Hingga persalinan yang aman dan sehat dapat terwujud.

Secara kuantitas, perkembangan jumlah Posyandu sangat menggembirakan, karena di setiap desa ditemukan sekitar 3 - 4 Posyandu. Pada saat Posyandu dicanangkan tahun 1986, jumlah Posyandu tercatat sebanyak 25.000 Posyandu, dan pada tahun 2009, meningkat menjadi 266.827 Posyandu dengan rasio 3,55 Posyandu per desa/kelurahan.

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan, jumlah Posyandu semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada 2010 mencapai 267.633, lalu pada 2011 naik menjadi 268.439, dan pada 2012 mencapai 276.392.

Bertambahnya jumlah Posyandu yang teramat menggembirakan ini, tidak terlepas kaitannya dari peran serta Ibu Ani Yudhoyono, yang sempat meresmikan pembangunan seribu Posyandu di Kota Tangerang, tepatnya pada 4 Mei 2010 lalu. Pada acara yang dipusatkan di Posyandu Mawar, Kelurahan Kelapa lndah, Kecamatan Cikokol, Tangerang itu, lbu Negara menyerahkan secara simbolis lima ton Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk seribu Posyandu, serta berdialog dengan kader Posyandu. “Karena tujuan pendirian Posyandu sangat sinergi dengan dengan Program lndonesia Sehat yang saya kembangkan bersama dengan ibu-ibu Solidaritas lstri Kabinet lndonesia Bersatu atau SlKlB,” urai Ibu Negara ketika itu.

Dalam sambutannya pula, lbu Negara memandang peningkatan fungsi Posyandu sebagai sesuatu yang sangat positif dan dapat dijalankan oleh para pengelola Posyandu di manapun berada, sehingga masyarakat, utamanya yang kurang mampu, merasa terbantu. “Khusus kepada para kader Posyandu, saya mengharapkan agar terus proaktif menggerakkan kaum ibu dan anak balitanya untuk datang ke Posyandu guna mendapatkan pelayanan gizi dan kesehatan, serta pelayaran lainnya yang tersedia,” katanya.

Dalam kesempatan itu, lbu Negara menyampaikan pula harapannya pada kader Posyandu agar dapat menjelaskan kepada masyarakat, utamanya kepada ibu-ibu yang akan melahirkan untuk melakukan IMD (lnisiasi Menyusu Dini) kepada bayinya agar bayi bisa mendapat kolostrum (susu pertama berwarna kekuningan yang berisi zat antibodi atau pertahanan tubuh yang tak tergantikan), serta menghimbau agar mereka bersedia memberikan Air Susu lbu (ASl) eksklusif bagi bayi yang dilahirkannya minimal selama enam bulan, Hal ini sesuai dengan rekomendasi WHO dan UNICEF dan juga Kementerian Kesehatan RI. “Syukur kalau ibu mau dan bisa memberikan ASI kepada putera-puterinya lebih lama lagi,” harap Ibu Ani.

Sempat Menghebohkan Dunia Maya

Meski banyak berbuat hal positif demi kemaslahatan bersama, tapi Ibu Ani Yudhoyono adalah tetap manusia biasa. Peraih gelar Sarjana Ilmu Politik, pada 1998, dari Universitas Terbuka ini sempat menghebohkan jagat dunia maya, ketika akun Instagramnya menjadi perbincangan hangat. Pasalnya, Ibu Negara melontarkan komentar yang banyak dinilai sebagai nyelekit. Ini terkait ketika ada akun yang coba mengomentari posting foto anaknya, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, dengan menyebut-nyebut seringkali mengenakan busana lengan panjang terus. Balas berkomentar, Ibu Ani Yudhoyono berujar, “Ada masalah dengan baju Ibas? Setiap orang punya cita rasa berpakaian sendiri-sendiri. Tak perlu dipermasalahkan. Mau lengan pendek, lengan panjang, terserah saja, sepanjang yang bersangkutan merasa nyaman”.

Kasus lain, masih di Instagram, Ibu Ani Yudhoyono pernah juga melontarkan kata “bodoh” dalam komentarnya. Banyak pihak menilai, emosional Ibu Negara ini muncul karena ada akun yang mengomentari dan mengkritik foto Presiden SBY bersama keluarga, yang datang ke Pantai Klayar, Pacitan, Jawa Timur, dengan berbusana batik secara formal.

Ibu Negara juga pernah mengomentari soal tudingan cepol rambut yang dikenakannya ketika memasak. Ia menulis, “Memang salah? Lagipula rambut saya hanya pakai bando saja. Cepol apa? Perhatikan baik2 dong. Sebetulnya mau disanggul, mau diurai, mau diikat rambutnya ketika masak, sah2 saja memang ada aturannya?”

Belakangan, Ibu Ani Yudhoyono justru menulis status berupa permintaan maaf, terkait kisruh yang belakangan terjadi pada album foto-fotonya di Instagram. Ucapan minta maaf ini termuat bersebelahan dengan foto Bunga Kacapiring yang di-upload ke akun Instagram miliknya, @aniyudhoyono. “Saya mengucapkan terima kasih atas dorongan semangat dan interaksi para followers di akun saya ini. Jika selama ini ada kata-kata saya yang mungkin menyinggung perasaan sebagian followers, atau kurang berkenan, saya mohon maaf,” tulis Ibu Ani Yudhoyono pada 22 Januari 2014 lalu.

[caption id="attachment_367773" align="aligncenter" width="600" caption="Ibu Negara Iriana Joko Widodo. (Foto: liputan6.com)"]

1413786779971270242
1413786779971270242
[/caption]

Menanti Kerja Ibu Negara Iriana Joko Widodo

Akhirnya, tanpa mengurangi rasa hormat, patut juga kita menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Ani Yudhoyono, atas segala dedikasi dan peran sertanya dalam melakukan aksi-aksi sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan.

Kepada Ibu Negara yang baru, Ibu Iriana Joko Widodo, harapannya sederhana saja yaitu melanjutkan segala hal-hal positif yang telah dilaksanakan oleh Ibu Ani Yudhoyono bersama SIKIB-nya. Tentu saja, dengan cara-cara yang lebih melibatkan peran serta masyarakat luas, dan menghindari pelaksanaan yang begitu elitis birokratis. Ada baiknya, Ibu Iriana Joko Widodo menggandeng blog Kompasiana, dan bersama para Kompasianer yang peduli sosial kemasyarakatan serta kemanusiaan, bekerja dalam banyak program kerja nyata. Enyahkan dari prasangka bentuk pencitraan atas Ibu Iriana Joko Widodo, karena saat ini, sudah saatnya bagi kita semua untuk bekerja, bekerja, dan … bekerja!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun