[caption id="attachment_369381" align="aligncenter" width="512" caption="Peserta Jakarta Marathon 2014 tampak ada yang berhenti sejenak demi membujuk anaknya untuk meneruskan perjalanan lomba persis di lokasi Patung Kuda yang ada di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]
Festival Budaya Jakarta Marathon (FBJM) 2014, akhirnya terselenggara dengan meriah dan sukses, pada Minggu (26/10) pagi hingga siang, yang terpusat di lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta. FBJM yang sering disebut sebagai Jakarta Marathon 2014, berhasil menyedot animo sekitar 15.000 peserta yang tidak saja merupakan pelari asal Indonesia, tapi juga diantaranya ada 1.500 pelari yang berasal dari mancanegara.
Para pelari dari mancanegara tadi, bahkan ada yang berstatus sebagai pelari kawakan atau Elite Runners yang didominasi Kenya dan Ethiopia. Dari Kenya misalnya, ada Charles Kimutai Kigen, Hillary Kipchirchir Kimaiyo, James Kibiwott Rotich, Kennet Kibet Rono, dan lainnya, termasuk pelari wanita Mary Arenkwony Maiyo. Sedangkan dari Ethiopia, ada Mesfin Sisay Hake, Tesfaye Tadesse Lema, Zemenu Tsega Workneh, dan pelari wanita, Emebet Hailu Mulate.
[caption id="attachment_369382" align="aligncenter" width="512" caption="Sejak sebelum waktu Subuh pun, peserta Jakarta Marathon 2014 sudah menyesaki area parkir di Stasiun Gambir. (Foto: Gapey Sandy)"]
[caption id="attachment_369383" align="aligncenter" width="512" caption="Masjid At Tanwir di sisi Barat area parkir Stasiun Gambir menjadi salah satu tempat favorit untuk berkumpul, dan lebih dahulu menunaikan Shalat Subuh berjamaah. (Foto: Gapey Sandy)"]
[caption id="attachment_369384" align="aligncenter" width="512" caption="Tugu Monas usai Sholat Subuh semakin dipadati peserta Jakarta Marathon 2014. (Foto: Gapey Sandy)"]
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Bob Hasan, peyelenggaraan Jakarta Marathon yang ke-2 pada 2014 ini, menambah kesempatan bagi atlet-atlet nasional untuk menguji kemampuan mereka bersama atlet-atlet elit internasional. “Begitu juga dengan pelari public yang ikut meramaikan lomba ini, mereka tidak perlu pergi jauh untuk berlari pada lomba marathon internasional,” ujarnya seperti dikutip dalam Event Guide, bahagian dari kit yang dibagikan kepada seluruh peserta.
Sementara itu, Sapta Nirwandar selaku Co-Founder and Chairman Jakarta Marathon 2014 meyakini bahwa, potensi Jakarta Marathon untuk masuk menjadi World Marathon Majors amat sangat terbuka. “Banyaknya pelari yang turut serta, bahkan jumlahnya menembus angka 15.000 orang, dengan 1.500 diantaranya adalah pelari mancanegara, maka Jakarta Marathon sesungguhnya telah menjadi titik perhatian dan pilihan para pelari dunia. Saya yakin, Jakarta Marathon dapat masuk jajaran World Marathon Majors,” tuturnya seraya berharap agar Jakarta Marathon mampu mendongkrak kunjungan wisatawan dan dapat menjadi penggerak ekonomi sekaligus melejitkan Jakarta sebagai destinasi sport tourism dunia.
[caption id="attachment_369385" align="aligncenter" width="512" caption="Ondel-ondel, salah satu ikon budaya Betawi tampak dipajang pada sejumlah ruas di seputaran Monas sisi sebelah Timur. (Foto: Gapey Sandy)"]
[caption id="attachment_369387" align="aligncenter" width="512" caption="Pagi-pagi begini, kebutuhan akan keberadaan toilet umum yang bersih dan higienis memang sangat urgent bagi para peserta Jakarta Marathon. (Foto: Gapey Sandy)"]
[caption id="attachment_369388" align="aligncenter" width="354" caption="Sejumlah pedagang asongan kaki lima yang biasa mangkal di kawasan Monas pun nampak masih enggan untuk bangun tidur. (Foto: Gapey Sandy)"]
Seperti diketahui, Jakarta Marathon yang bertajuk Festival City Marathon ini didukung sepenuhnya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bersama dengan Pemprov DKI Jakarta. Koordinasi apik ini memproyeksikan bahwa, Jakarta Marathon akan menjadi gerbang utama masuknya wistawan ke Jakarta, sekaligus menjadi salah satu motor penggerak ekonomi ibukota. “Dengan hadirnya ribuan orang ke Jakarta, maka berdampak kepada perkembangan industri pariwisata Jakarta dan aktifitas ekonomi masyarakat, mulai dari perhotelan, transportasi, tempat hiburan sampai ke pusat jajanan kuliner yang bakal merasakan imbas positif dari Jakarta Marathon,” urai Sapta Nirwandar yang pernah menjabat Wakil Menparekraf era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Dengan membawa embel-embel Festival Budaya, pelaksanaan “mandiri Jakarta Marathon 2014” memang mempertontonkan spot-spot menarik pada setiap rute yang dilintasi. Para Elite Runners, atlet nasional, dan para peserta umum---yang bebas memilih kategori marathon, mulai dari berjarak tempuh 5 Kilo, 10K, 21K, dan 42K---sejak awal telah diiming-imingi untuk dapat menyaksikan berbagai pemandangan landmark-landmark ikonik yang terkenal di Jakarta. Sebut saja misalnya, Kawasan Kota Tua, Fatahillah Square, Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Monas, dan Bunderan Hotel Indonesia.
[caption id="attachment_369390" align="aligncenter" width="512" caption="Pedagang Pecel ala Jawa Timuran di kawasan Monas, sudah menyambut dengan dagangannya. (Foto: Gapey Sandy) "]
[caption id="attachment_369392" align="aligncenter" width="512" caption="Sejak pagi buta, dagangan sudah ditata rapi dan turut menyemarakkan suasana kawasan Monas. (Foto: Gapey Sandy)"]
[caption id="attachment_369393" align="aligncenter" width="512" caption="Petugas kebersihan sibuk menyapu dan membersihkan sampah-sampah sisa malam mingguan di kawasan Monas. (Foto: Gapey Sandy)"]
“Selain ‘hanya’ memanjakan mata dengan landmark tersebut, para pelari dan masyarakat yang berbondong-bondong menyaksikan Jakarta Marathon 2014 juga menyaksikan sekitar 20 panggung hiburan yang menyajikan semarak pertunjukan seni budaya tradisional Indonesia, maupun pertunjukan seni pop kontemporer yang megah dan meriah,” jelas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Arie Budiman. Sebut saja misalnya, pertunjukan Liong dan Barongsai di Stasiun Kota; pergelaran Gendang Beleq dan Semprong di Pasar Baru; persembahan Rampak Gendang dan Calung di Jalan Veteran; pertunjukan Gambang Kromong dan Tanjidor di Sarinah-Thamrin; penampilan Hadroh dan Sambrah di Plaza Barat Senayan; pertunjukan Tifa dan Yospan di Jalan Jenderal Sedirman, dan masih banyak lagi.
Khusus untuk di arena Monas, persisnya di sebelah Barat, seperti yang penulis saksikan sendiri, terdapat satu panggung berukuran besar yang menampilkan berbagai atraksi hiburan spektakuler dengan menampilkan sejumlah artis kenamaan, termasuk kelompok JKT 48. Tak jauh dari panggung utama ini, pada Monas sisi sebelah Selatan, berlangsung pula Pesta Kuliner yang bertajuk “mandiri Karnaval Nusantara”. Sama meriahnya, apalagi dalam stand yang tersedia, banyak sekali ragam kuliner yang ditawarkan, mulai dari Bakso Kota Cak Man, Sate Buntel Blangkon Khas Solo, Nasi Bakar Peda, Sate Blasteran, Bakmie Jawa Pak Pom, Sate Padang Ajo Ramon, Roti Bakar Eddy, Es Sekoteng Pak Oyen, Nasi Uduk Betawi Bu Ida, Tahu Petis Yudistira, Raja Sop Kambing, Sop Durian Heaven, Ketoprak Ciragil, dan masih banyak lainnya.
[caption id="attachment_369394" align="aligncenter" width="338" caption="Bagaimana caranya bermain bola tanpa melanggar aturan larangan menginjak rumput yang ada di Kawasan Monas? (Foto: Gapey Sandy)"]