Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Walikota Tangsel Respon Reportase Kompasianer

30 Desember 2014   21:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:09 3955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_387170" align="aligncenter" width="397" caption="Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany ketika berbicara dalam dialog interaktif Safari Pembangunan di Kecematan Pamulang, Tangsel, Senin, 29 Desember 2014 kemarin. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]

Setelah menerima banyak laporan warga, sekaligus menjadi isu utama media lokal termasuk sorotan sejumlah Kompasianer, akhirnya Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) menegaskan sikapnya untuk melakukan program revitalisasi terhadap sejumlah situ (danau). Hal ini ditegaskan Airin, dalam Safari Pembangunan Pemkot Tangsel di Kecamatan Pamulang, pada Senin, 29 Desember 2014. Acara yang dipandu presenter Winny Charita dari TVOne ini menyedot kehadiran lebih dari 500 warga termasuk perangkat pimpinan kecamatan, sehingga membuat auditorium STIKES Universitas Pamulang penuh sesak.

Safari Pembangunan adalah dialog interaktif akhir tahun antara warga dengan seluruh jajaran Pemkot. Tujuannya, menyimak aspirasi warga, sekaligus memaparkan beraneka pembangunan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan Pemkot Tangsel. Kecamatan Pamulang menjadi lokasi terakhir Safari Pembangunan, setelah sebelumnya berlangsung pula di enam kecamatan lain yaitu Serpong, Serpong Utara, Ciputat, Ciputat Timur, Setu, dan Pondok Aren.

Ketegasan sikap Walikota Tangsel untuk merevitalisasi situ-situ yang masih tersisa di Kota Tangsel, berharap memperoleh dukungan luas dari seluruh warga kota. Apalagi, fakta menunjukkan bahwa dahulu, ada 13 situ yang ada di wilayah Tangsel, tapi kini hanya tersisa sembilan. “Kita ada punya sembilan situ yang eksis. Padahal sebetulnya, riilnya dahulu itu ada 13 situ. Tapi secara existing, yang masih ada adalah sembilan situ, sehingga concern kami, Pemerintah Kota, untuk terus mempertahankan sembilan situ ini. Jangan sampai situ-situ yang masih ada ini hilang, atau malah berkurang, tidak lagi ada sembilan, melainkan jadi delapan atau tujuh situ,” harap walikota yang mengenakan jilbab bercorak warna-warni cerah ini.

[caption id="attachment_387171" align="aligncenter" width="454" caption="Acara dialog interaktif SAFARI PEMBANGUNAN di penghujung tahun 2014, antara warga dengan jajaran Pemkot Tangsel, Senin, 29 Desember 2014 di Kecamatan Pamulang, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)"]

1419922959422562593
1419922959422562593
[/caption]

Airin menjelaskan, kalau paradigma sebelumnya hanya menekankan Pemerintah Pusat saja yang berhak menjadi aktor utama dalam mengurus situ-situ, maka kini peran tersebut mulai berubah. Artinya, Pemerintah Daerah juga memiliki hak dan kewenangannya sendiri dalam rangka berperan aktif menjaga kelestarian situ. Pergeseran paradigma ini telah tertuang melalui naskah nota kesepahaman atau MoU yang tinggal menunggu waktu untuk diadakannya seremoni penandatanganan.

Nah, salah satu program yang sedang kita lakukan adalah kita melakukan pengkajian dan penataan. Kemarin, alhamdulillah sudah ada titik temunya, yang biasanya selama ini selalu kita tidak boleh ikut campur untuk mengurusi persoalan situ, karena itu menjadi tugas dan tanggung-jawab dari Pemerintah Pusat. Namun kemarin, sudah MoU dan tinggal ditandatangani, hanya kami, mungkin beberapa kota saja yang belum. Nanti insya Allah, dari pihak kementerian atau dari Pemerintah Pusat akan membuat seremonial untuk penandatanganan MoU. Tetapi, untuk Tangsel sebenarnya sudah berjalan. Jadi misalnya, untuk beberapa titik tertentu menggunakan APBN dari Pemerintah Pusat, tetapi untuk titik yang lainnya, kita bisa kerjasamakan dengan pihak swasta. Untuk titik lainnya ini, bisa dengan menggunakan anggaran kami, ataupun komitmen bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini langsung kepada Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Pak Ahok,” tutur Airin yang nampak anggun mengenakan blouse hitam dengan padanan warna merah putih pada bahagian kedua lengan.

Khusus untuk Situ Tujuh Muara atau Situ Cileduk---yang berlokasi di sebagian Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang---, yang kini tengah menjadi sorotan publik lantaran terjadi kasus pengurukan sebagian lahan situ oleh pengembang perumahan, Airin mengatakan bahwa Pemkot Tangsel kini tengah sibuk melakukan pendataan demi menata situ tersebut. Tak ketinggalan, disebut pula sejumlah komunitas yang senantiasa membantu kerja Pemkot dalam kaitan menjaga kelestarian Situ Tujuh Muara. Kepada komunitas-komunitas tersebut, Walikota Tangsel berharap tidak terjadi saling tumpang-tindih koordinasi, sehingga disarankan untuk saling berbagi tugas dan wilayah yang dilestarikan.

[caption id="attachment_387172" align="aligncenter" width="454" caption="Kompasianer Ngesti Setyo Murni ketika melihat langsung bangunan-bangunan yang menjorok ke area Situ Tujuh Muara, akhir November 2014 kemarin. (Foto: Gapey Sandy)"]

1419923068826940526
1419923068826940526
[/caption]

“Untuk Situ Tujuh Muara, sekitar seminggu yang lalu kami mendapat laporan warga berupaemail, dan kini, kita sudah melakukan penataan. Penataan dalam arti, melakukan pendataan bahwa Situ Tujuh Muara ini wilayahnya sangat luas. Teman-teman yang sekarang membantu kami selaku Pemeritah Kota, adalah komunitas-komunitas, seperti ‘anak-anak’ Organisasi Kepemudaan GANESPA (Gugusan Alam Nalar Ekosistem Pemuda Pemudi Tangerang Selatan), dan Paguyuban Situ Tujuh Muara. Komunitas-komunitas ini membantu kami, karena memang tidak mungkin hanya kami, Pemerintah Kota saja yang dapat melakukan pengawasan kelestarian Situ Tujuh Muara. Nah saya bilang, berbagi saja, misalnya teman-teman dari komunitas Ganespa menjaga kelestarian lingkungan Situ Tujuh Muara untuk beberapa kilometer, dan Paguyuban Situ Tujuh Muara untuk yang beberapa kilometer lainnya,” saran Airin dengan lantang dan speed bicara yang cepat pertanda menguasai masalah.

Lebih lanjut Walikota Tangsel kelahiran Banjar, 28 Agustus 1976 ini menjelaskan bahwa, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Alam (DBMSDA) Kota Tangsel tengah giat melakukan pendataan, terhadap bangunan-bangunan liar yang menghuni di sepanjang bantaran Situ Tujuh Muara. Pendataan ini terkait dengan rencana bakal dilakukannya revitalisasi lingkungan situ, termasuk upaya membangun jogging track seperti yang telah dilakukan di Situ (atau Bendungan) Gintung, dan Situ Sasak. Diharapkan, masyarakat mendukung upaya Pemkot Tangsel dalam membersihkan dan menertibkan lingkungan Situ Tujuh Muara, termasuk memberangus para “oknum-oknum” yang disebut-sebut mem-back up para Pedagang Kaki Lima (PKL) maupun pemilik bangunan-bangunan liar yang berjajar di bantaran situ. Dengan berani, Airin menyebut, pada tahun 2015 akan dilakukan pembersihan dan penertiban bangunan-bangunan liar di sepanjang bantaran Situ Tujuh Muara, Pamulang.

“Kemarin, Ibu Hj Retno Prawati selaku Kepala DBMSDA Kota Tangsel sudah melakukan pendataan mengenai PKL dan bangunan-bangunan liar yang tinggal atau ada di bantaran Situ Tujuh Muara. Saya juga sudah meminta kepada Camat Pamulang untuk melakukan pendataan, karena kami tidak ingin, manakala nanti insya Allah tahun 2015 kita melakukan penertiban, akhirnya tiba-tiba ada yang mengaku sebagai warga yang merasa protes dan keberatan. Teman-teman GANESPA, dan juga Paguyuban Situ Tujuh Muara sudah siap membantu kami selaku Pemerintah Kota, apalagi kalau didukung seluruh warga, rasanya kami akan menjadi ringan manakala menghadapi “oknum-oknum” yang mem-back uptentang PKL-PKL yang ada di sekitaran Situ Tujuh Muara ini,” optimis Airin.

[caption id="attachment_387174" align="aligncenter" width="454" caption="Ketua OKP GANESPA Dodi Harianto SE (tengah), dan Kompasianer Ani Berta (kanan) ketika melihat langsung pengrusakan alam di Situ Tujuh Muara, akhir November kemarin. (Foto: Gapey Sandy)"]

141992318288919447
141992318288919447
[/caption]

Upaya pembersihan dan penertiban para PKL dan bangunan-bangunan liar di sepanjang bantaran Situ Tujuh Muara, menurut Walikota Tangsel, bukan berarti melarang hajat hidup warga untuk melakukan usaha bisnis pada sektor perdagangan dan jasa. Tidak dilarang untuk melakukan usaha perekonomian di sekitar lingkungan Situ Tujuh Muara, asalkan tidak mengganggu ketertiban umum. Apalagi, bila sampai membuang limbah produksinya ke area perairan situ. “Bagi kami, bahwa terus-terang, boleh berusaha tetapi tidak boleh mengganggu kepentingan umum. Dan kami sudah mendapatkan informasi, masukan, dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangsel maupun juga dari ‘teman-teman’ OKP GANESPA bahwa, bangunan-bangunan liar yang berada di sekitaran Situ Tujuh Muara membuang limbahnya ke Situ Tujuh Muara. Ini sangat tidak baik!” kesal ibu dari dua anak ini.

Untuk memuluskan rencana pembersihan dan penertiban bangunan-bangunan liar yang menghuni sepanjang bantaran Situ Tujuh Muara, Airin telah menginstruksikan Camat Pamulang beserta jajarannya untuk melakukan pendataan terlebih dahulu secara langsung “di lapangan” atau “turun ke bawah”. Hal ini penting, untuk menghindari munculnya protes dan keberatan dari pihak-pihak yang mungkin saja mengatasnamakan warga, sehingga berpotensi dapat memicu konflik antar warga itu sendiri, maupun dengan aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) bila kelak benar-benar diterjunkan guna melakukan pembersihan dan penertiban di lokasi.

“Pada kesempatan yang baik ini, insya Allah kami akan melakukan penertiban pada tahun 2015, kami lakukan pendataan terlebih dahulu, kami minta Pak Camat melakukanmonitoring dengan turun langsung ke lapangan, “melihat ke bawah”, jangan sampai nanti pada saat Satpol PP “turun”, ada bentrokan massa, mengatasnamakan massa, akhirnya kami selaku Pemerintah Kota yang dianggap bersalah. Pada kesempatan yang baik ini, saya mohon dukungannya dari bapak dan ibu semua, untuk sepakat dan bisa melakukan penertiban dan pembersihan situ-situ yang ada di Kota Tangsel,” seru Airin disambut tepuk tangan antusias hadirin peserta Safari Pembangunan.

[caption id="attachment_387175" align="aligncenter" width="454" caption="Papan larangan dari DBMSDA Kota Tangsel yang dipasang pada setiap situ yang ada di Kota Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)"]

1419923319933992562
1419923319933992562
[/caption]

Airin mencontohkan, program renovasi dan revitalisasi yang pernah dilakukan Pemkot Tangsel pada 2012 lalu, terhadap Situ Sasak Tinggi yang terletak di Kelurahan Pamulang Barat (dekat lahan pacuan kuda). Situ seluas 7,71 hektar yang nyaris jebol total dan mengakibatkan airnya meluap ini, kondisinya kini telah membaik. Tanggul beton yang sangat kuat sekaligus dibuat tinggi, lengkap dengan jogging track untuk warga berolahraga dan bersantai menikmati suasana situ, termasuk memancing.

Padahal, ketika pelaksanaan program revitalisasi di Situ Sasak Tinggi, tidak sedikit pihak-pihak yang mencibir dan menuding bahwa proyek pembangunan fisik yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat itu justru merusak ekosistem situ, karena ada sebagian lahan situ yang ikut diuruk. Akibatnya, proyek sempat terganggu. Tetapi kini, ketika semuanya sudah selesai dibangun, tercipta rasa aman bahwa tanggul situ tidak akan jebol lagi, dan justru kelestarian lingkungan situ malah semakin terjaga. Pengalaman ini yang disuarakan kembali oleh Airin, agar jangan sampai, kelak kontraktor yang mengerjakan proyek Pemerintah Pusat dalam rangka pembersihan dan penertiban di Situ Tujuh Muara, justru diusik dan dihalang-halangi oleh “oknum-oknum” yang mem-back up PKL dan empunya bangunan-bangunan liar.

“Untuk Situ Sasak Tinggi, itu menjadi tanggung-jawab dari Pemerintah Pusat. Bahkan, kemarin Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) mengatakan kepada saya, “Ibu mau enggak, punya kayak Waduk Pluitnya yang ada di Jakarta?” Lalu saya jawab, “Oh, boleh Pak, saya sangat senang sekali”. Karena, Waduk Pluit itu semua anggarannya dari Pemerintah Pusat, asal komitmen Pemerintah Daerah dan pemerintah setempat. Saya katakan juga, saya siap, bahkan sembilan situ yang ada saya siapkan (untuk dijadikan seperti Waduk Pluit di DKI Jakarta - red) semuanya, yang penting uangnya ada.Insya Allah, mudah-mudahan Pemerintah Pusat akan memberikan bantuan untuk penataan di Situ Tujuh Muara dengan komitmen bahwa kami Pemerintah Daerah dengan masyarakat mem-back up apa yang menjadi program Pemerintah Pusat. Jangan sampai ada halangan, hal-hal tertentu, mohon maaf ada “oknum-oknum” yang menghalang-halangi pekerjaan dari para kontraktor yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,” harap Airin blak-blakan.

[caption id="attachment_387178" align="aligncenter" width="454" caption="Sebagian bantaran Situ Tujuh Muara, pada garis sempadan, yang dimanfaatkan sebagai lahan parkir. (Foto: Gapey Sandy)"]

1419923513342286648
1419923513342286648
[/caption]

Untuk ke depannya, Walikota Tangsel berinisiatif melibatkan peran swasta dalam turut mengelola dan melestarikan sembilan situ yang masih tersisa. Keterlibatan swasta ini bisa dalam bentuk permodalan, misalnya dengan membuat taman-taman yang terbuka untuk publik. Airin menyampaikan contoh penolakan dirinya ketika ada pengajuan proposal yang diajukan oleh pihak investor swasta, yang berminat mengelola Situ Rawa Kutuk di Serpong Utara. Penolakan ini dikarenakan, investor swasta tersebut berniat membangun halldan arena lapangan golf, yang dapat dipastikan bahwa keberadaannya akan menjadi sangat tertutup untuk dinikmati publik.

“Dan juga misalnya untuk situ yang ada di Serpong Utara, Situ Rawa Kutuk, itu ada pihak swasta yang ingin bekerjasama. Jadi ini sangat terbuka, kalau bapak dan ibu sebagai investor ingin memelihara situ-situ yang ada di Tangsel, sangat terbuka ‘kokkomunikasi ke Pemerintah Pusat. Misalnya, untuk dibuatkan program seperti di Pondok Aren, ‘kanada situ buatan seperti Kampung Sampiruen. Nah, dari sembilan situ yang ada di Tangsel ini, boleh investor swasta turut mengelola, misalnya membuat restoran di sekitar situ, membuat komitmen dengan Pemerintah Pusat, PAD-nya atau potensi pajaknya akan masuk kepada kami, Pemerintah Daerah. Kalau bapak dan ibu bersedia menjadi investor swastanya silakan, kami akan komunikasikan. Ini yang sudah kita lakukan dengan pengelolaan di Situ Rawa Kutuk, Serpong Utara, dengan catatan ini menjadi taman dan terbuka (untuk publik). Jadi, pada saat ada dua investor swasta yang ingin mengelola, dimana yang satu ingin bekerjasama dengan membuat restoran dan rekreasi lainnya, dan satu lagi ingin membuat halluntuk lapangan golf, maka kami tidak mau, karena kalau dibuat lapangan golf maka ini sama saja tidak terbuka untuk masyarakat bisa leluasa datang,” urai istri Tubagus Chaeri Wardhana---adik kandung Gubernur Banten Ratu Atut---, yang kini terbelit masalah hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

* * * * *

BerdasarkandataDBMSDA Kota Tangsel pada 2011, luas areal Situ Tujuh Muara atau Situ Ciledug adalah 19.394 hektar, dengan jumlah kavling penduduk yang berada di sekitarnya mencapai 487 unit. Ditegaskan pula jarak sempadan bangunan dari situ (danau) yang tertulis sekitar 50 meter, dengan pemanfaatan lahan sekitar yang diperuntukkan sebagai pemukiman penduduk, pabrik, pusat perbelanjaan, persawahan, kolam ikan (keramba), jalan, tempat pariwisata, taman, gedung sekolah, perkantoran, dan---musti ditambahkan---tempat beribadah. Di lapangan, banyak dari bangunan-bangunan itu yang langsung berbatasan dengan area perairan situ, sehingga boleh dibilang hampir tidak ada sama sekali jarak sempadan sesuai aturan.

[caption id="attachment_387180" align="aligncenter" width="454" caption="Pada 2015, Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany siap membersihkan dan menertibkan bangunan-bangunan liar yang bermukim di bantaran Situ Tujuh Muara. (Foto: Gapey Sandy)"]

14199236291320571275
14199236291320571275
[/caption]

Sementara itu, Ketua OKP GANESPA, Dodi Harianto SE yang sebelumnya sempat dijumpai penulis akhir November kemarin menjelaskan, kondisi Situ Tujuh Muara memiliki empat kategori pengrusakan. Pertama, adanya pengurukan lahan situ, yang akhirnya menjadikan luas total lahan menjadi semakin ciut. “Kalau dulu, luas totalnya mencapai lebih dari 33 hektar, kini kabarnya lahan situ menciut jadi 31,4 hektar. Malah, pada tahun 2004 silam, luas situ tinggal 26 hektar. Bersyukur, lahan yang diuruk itu sebagian telah dikembalikan seperti semula,” ujarnya.

Kedua, sampah-sampah yang memenuhi kawasan perairan, termasuk yang bersebaran di bantaran situ. Sampah-sampah ini bisa dari mana-mana saja sumbernya, termasuk dari 29 titik saluran pembuangan air atau gorong-gorong yang masuk ke perairan situ. “Harapan saya, gorong-gorong air itu dibuatkan penyekat, sehingga hanya airnya saja yang masuk ke perairan situ, sementara sampah-sampahnya tersangkut di penyekat dan dapat dibersihkan dengan mudah. Begitu juga dengan sampah-sampah yang biasa ditinggalkan oleh para pemancing ikan. Bayangkan, kalau satu orang pemancing ikan membuang satu sampah plastik ke situ, dan bayangkan pula kalau jumlah pemancing setiap harinya ada puluhan orang, lalu, sampah-sampah itu akan terus bertambah lagi hari demi hari. Itu artinya, pemancing juga punya andil dalam ikut merusak, atau melestarikan situ,” keluh Dodi.

Ketiga, pencemaran limbah. Sejumlah aliran limbah, menurut Dodi, diyakini masuk ke perairan situ, mulai dari limbah pengelola usaha salon kecantikan, pusat perbelanjaan, bengkel, rumah tangga, pabrik tahu, dan sebagainya.

[caption id="attachment_387182" align="aligncenter" width="454" caption="Warga masyarakat juga aktif menjaga kelestarian situ-situ yang ada di Kota Tangsel, seperti misalnya di Situ Bungur yang ada di Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, Tangsel ini. (Foto: Gapey Sandy)"]

1419923732493454619
1419923732493454619
[/caption]

Keempat, pengrusakan Situ Tujuh Muara juga diakibatkan oleh adanya pemancangan keramba-keramba di pinggiran situ. Malah ada juga yang menggunakan jaring berukuran “raksasa”, yang panjangnya bahkan mencapai 200 m x 10 m, dan membentang dari sisi situ yang satu ke sisi seberangnya. “Penggunaan jaring berukuran besar ini sangat disayangkan karena terbukti “menguras” isi situ, termasuk benih-benih ikan yang masih kecil, dan ada juga ular air yang tersangkut. Memang, selain kaya dengan aneka jenis ikan, situ ini juga banyak terdapat lobster, dan tutut,” jelas Dodi lagi.

Akhirnya, tekad Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany yang pada 2015 ini akan membersihkan dan menertibkan bangunan-bangunan liar di sepanjang bantaran Situ Tujuh Muara, seakan menjawab apa yang selama ini ditulis dan disoroti oleh Kompasianer yang kebetulan bermukim di Tangsel. Adalah Kompasianer Ngesti Seto Murni dan Ani Berta yang sempat melakukan reportase langsung, terkait pengrusakan alam dan ancaman terhadap kelestarian Situ Tujuh Muara. Reportase mereka belum terlalu lama ditayangkan Kompasiana, dan syukurlah … Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany segera meresponnya.


[caption id="attachment_387183" align="aligncenter" width="454" caption="Situ Bungur di Kecamatan Ciputat yang selalu terjaga kebersihan dan kelestariannya, termasuk hasil kerja dan partisipasi aktif warga masyarakat. (Foto: Gapey Sandy)"]

1419923882688923400
1419923882688923400
[/caption]


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun