Itu berarti dari sembilan parpol yang punya kursi di DPRD DKI Jakarta, hanya PDIP yang bisa melenggang sendirian mengajukan calon gubernur secara “independen” (baca: terserah gua, dong) karena punya 28 kursi.
PDIP belum lama ini mengumumkan ke publik ada 34 orang dari luar partai yang mendaftar (melamar) atau mengajukan diri menjadi calon gubernur. Beberapa di antaranya adalah Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, Haji Lulung dan Farhat Abbas.
PDIP belum mengumumkan secara resmi ke publik siapa calon gubernur yang diusung dari intern partai. Nama-nama yang santer berputar-putar dilempar ke publik adalah Djarot Saiful Hidayat (wakil gubernur DKI Jakarta), Tri Rismaharini (wali kota Surabaya), dan Ganjar Pranowo (gubernur Jawa Tengah).
Banyak orang menduga-duga, PDIP secara diam-diam sudah menyiapkan calon unggulan. Satu di antaranya adalah Sjafrie Sjamsoeddin. Ia pernah menjadi pangdam Jaya saat Jakarta dilanda kerusuhan Mei 1998. Sjafrie disebut-sebut juga diincar Partai Gerindra.
Fakta: PDIP punya 28 kursi. Mungkinkah partai ini mengusung salah satu dari 34 pelamar calon gubernur dari luar partai, seperti Yusril, Sandiaga Uno, atau sosok seperti Farhat Abbas. Mengutip kata-kata Cak Lontong: “Pikir.”
Fakta: Yusril juga melamar ke partai lain, seperti Demokrat dan Gerindra. Fakta lain, di DPRD Partai Demokrat “berkoalisi” dengan PAN. Total sudah punya 12 kursi. Perlu 11 kursi lagi untuk bisa mengajukan cagub.
Berkongsi dalam rangka mengusung cagub – apalagi di Jakarta – tidak semudah dua sahabat saling merangkul, apalagi “cipika cipiki”. Maklum, banyak kepentingan. Jika didasarkan pada hitung-hitungan kertas, bisa saja PKS yang punya 11 kursi dirangkul, sehingga ketiga partai itu punya 23 kursi.
Ingat, PKS pernah berjaya lho di Jakarta. Kalau bergabung, partai ini pasti mengajukan kadernya sendiri. Katakanlah Hidayat Nur Wahid atau Nur Mahmudi Ismail (mantan wali kota Depok) yang diusung, relakah Demokrat dan PAN?
Bingung? Ah, sudahlah ambil jalan tengah saja, usung Yusril, Lulung atau Farhat Abbas untuk mengalahkan Ahok, maukah Demokrat, PAN dan PKS? Lha, kok, enak tenan (bahasa Jawa: lho, kok, enak sekali)? Itu pasti jawaban mereka. Meniru kata-kata Cak Lontong, ayo “mikir”.
Yuk, kita lirik Partai Golkar yang sampai sekarang masih tenang-tenang karena sedang sibuk memikirkan musyawarah nasional luar biasa. Ah, siapa tahu Yusril diusung Golkar yang punya 9 kursi di DPRD DKI. Karena masih kurang, dilobilah PKB yang punya 6 kursi.
Total Golkar-PKB punya 15 kursi. Jumlah ini masih kurang, Bo? Kalau begitu sekalian saja merapat ke Gerindra yang punya 15 kursi, sehingga gabungan ketiga partai ini total punya 30 kursi. Ini jelas memenuhi syarat untuk mengajukan cagub (Yusril).