Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ny Ani Yudhoyono Capres, Semoga tak Ada yang Gagal Paham

19 Maret 2016   15:19 Diperbarui: 19 Maret 2016   15:34 1933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ny Ani Yudhoyono "Nyapres". Foto: metrotvnews"][Ny Ani Yudhoyono-Foto: metrotvnews]“RAKYAT menginginkan Ibu Ani Yudhoyono menjadi presiden.” Itulah sepenggal kalimat yang dalam sepekan kemarin memunculkan pertanyaan multitafsir: keluarga Cikeas serius, atau sekadar bercanda?  Tunggu punya tunggu, keluarga mantan presiden RI 2004-2014 itu melalui partai yang dibentuknya, Partai Demokrat, rupanya serius berkehendak mengusung Ibu Ani sebagai presiden RI periode 2019-2024.

Orang boleh saja tidak senang dengan kabar “gembira” tersebut. Di media sosial malah berkembang opini yang (maaf) bernada merendahkan: “Ngaca dulu, dong!” Ada pula yang kemudian mengungkit-ungkit atau memutar ulang kata-kata Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sering diucapkan dalam berbagai kesempatan bahwa “saya tidak akan pernah mengajukan anggota keluarga saya sebagai calon presiden.”

Mari kita belajar netral dengan bertanya, bukankah konstitusi tidak melarang seorang warga negara dicalonkan dan mencalonkan diri sebagai presiden? Jika memang ada larangan, pasal atau ketentuan mana dalam undang-undang yang mengakibatkan rencana pencalonan Ani Yudhoyono batal demi hukum? Tidak ada, bukan?

Mungkin, banyak di antara kita yang nyinyir saat kader Partai Demokrat, Ruhut Sitompul berucap bahwa “rakyat menginginkan Ibu Ani Yudhoyono menjadi presiden.”

Banyak yang bertanya, rakyat yang mana? Maklum, sampai sekarang rakyat tidak pernah dimintai pendapat. Disurvei pun tidak, kok tiba-tiba mengatasnamakan rakyat.

Mari kita kembali belajar netral dan jangan gagal paham. Ada jutaan anggota dan simpatisan Partai Demokrat di negeri ini. Mereka berdiam di Indonesia dan mereka pulalah yang dalam dua kali pemilu mengantarkan SBY menjadi presiden? Mereka bersama saya dan Anda menjadi rakyatnya. Oleh sebab itu, kita harus paham bahwa simpatisan dan anggota Partai Demokrat adalah juga rakyat.

Saya kok amat yakin, jika memang kita ragu bahwa “rakyat menginginkan Ani Yudhoyono”,  dan gara-gara keraguan kita, Partai Demokrat lantas melakukan “referendum” di intern partainya, partai ini pasti bakal mampu membuktikan  bahwa 100 persen konstituen partai itu  menginginkan Ibu Ani Yudhoyono memimpin Indonesia mulai 2019 mendatang. Kalau pun ada margin error, yah, jatuh-jatuhnya paling  5-10 persen.

Banyak alasan mengapa mereka menghendaki Ani SBY jadi presiden, sebab “rakyat” di partai itu sudah amat khawatir dengan kebijakan (kebodohan ?) Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang terlalu banyak menghamburkan anggaran untuk membangun infrastruktur, sehingga mengganggu laju ekonomi negara.

Apa yang dilakukan Jokowi jelas amat berbahaya bagi kelangsungan hidup negeri ini. Lha, bagaimana logikanya, pemerintahan SBY dulu sengaja memangkrakkan proyek-proyek infrastruktur dalam rangka penghematan anggaran negara, eh, begitu Jokowi jadi presiden, kok malah proyek-proyek mangkrak itu dihidupkan lagi. Oleh sebab itu, saya bisa pahami jika Ani digadang-gadang menjadi presiden, semata-mata adalah untuk menghentikan rezim zombie-nya Jokowi: menghidupkan proyek yang telah mati!

Mari kita renungkan dan pahami bersama Partai Demokrat pasti akan segera mengonsolidasikan diri demi pencapresan Ny Ani, apalagi setelah menyaksikan ulah “nylekit” Jokowi yang tiba-tiba berkunjung ke proyek mangkrak Hambalang, Bogor, Jawa Barat di saat SBY sedang melakukan “Tour de Java”. Untuk apa Jokowi ke sana? Dasar edan!

Fakta memang tidak bisa ditutup dengan selimut setebal apa pun bahwa proyek Hambalang mangkrak karena sebagian besar uang yang dipakai untuk membangun pusat pendidikan olahraga tersebut dikorupsi secara berjamaah. Para pelakunya pun kini sudah meringkuk di penjara.

Kenyataan itu semestinya membuat SBY dan keluarga besar Cikeas dan Demokrat tenang, apalagi Jokowi setelah sidak ke Hambalang mengatakan: “Masa lalu biarlah berlalu, mari kita pikirkan ke depan, proyek Hambalang ini mau diapakan?”

Saya menangkap apa yang diungkap  Jokowi di atas sebagai isyarat bahwa mantan gubernur DKI Jakarta itu akan memaafkan pejabat yang mungkin saja kecipratan (terguyur ?) proyek Hambalang. Banyak orang percaya Jokowi tidak akan melanjutkan pembangunan proyek bernilai triliuan rupiah tersebut. Sebagai gantinya, seperti yang diharapkan para netizen, proyek Hambalang yang mangkrak itu sebaiknya dibiarkan begitu saja dan dijadikan monumen sebagai peringatan bahwa di negeri ini pernah ada kasus megakorupsi yang melibatkan petinggi negeri. Ini bagus untuk pembelajaran bagi generasi muda bangsa agar mereka jangan coba-coba mencuri uang negara. Dosa!

Jika memang pemerintahan Jokowi akan menjadikan puing-puing proyek Hambalang sebagai monumen, maka itu berarti proyek Hambalang akan tutup buku, sehingga bisa dijadikan momentum bagi SBY dan kawan-kawan untuk lebih berkonsentrasi menyukseskan  Ny Ani Yudhoyono sebagai kandidat calon presiden dan kelak meraih kemenangan pada Pilpres 2019.

Apa sih yang tidak mungkin? Diakui atau tidak, Ny Ani-lah yang mengantarkan sukses SBY, sehingga sang suami mampu mengakhiri jabatannya sebagai presiden dengan damai. Sejarah Indonesia mencatat, hanya pada masa SBY-lah, estafet kepemimpinan di negeri ini tanpa gejolak; semuanya berlangsung secara transparan, fair dan konstitusional.

Itu semua terjadi pasti berkat sumbangsih dan kesetiaan Ibu Ani mendampingi sang suami. Bukan berkat orang-orang di sekitar SBY yang lebih gemar menjadi pecundang dan penjilat.  Saya sependapat dengan penulis “mbeling” Denny Siregar bahwa Ibu Ani adalah “think tank” SBY saat suaminya menjadi presiden selama 10 tahun.

Saya yakin, Ibu Ani akan mulus menjalani proses menuju RI-1. Ia pasti akan diterima kalangan Islam yang kini semakin cerdas dan terbuka, sehingga bisa menerima pemimpin berjenis kelamin perempuan.  Situasi saat ini tentu berbeda dengan ketika Megawati Sukarnoputri mencalonkan diri menjadi presiden yang sebagian penduduk negeri ini menolaknya, karena beriman perempuan tidak pantas menjadi imam.

Namun, fakta positif itu semoga tidak membuat tim sukses Ibu Ani lengah. Saya percaya tim suksesnya pasti akan meminta stylish profesional untuk menjadikan Ny Ani lebih profesional dan religius saat tampil di depan publik. Kalau sekarang ia banyak tampil tanpa hijab, saya percaya dalam waktu dekat, Ibu Ani Yudhoyono akan tampil memukau dan anggun dengan hijab. Jangan abaikan penampilan, ya, Bu?

Jika semua itu sudah dipenuhi Ibu Ani, maka tidak ada alasan bagi kita untuk meragukannya sebagai calon presiden. Saatnya  kita dukung. RI butuh sosok perempuan model Corazon Aquino, Benazir Bhutto, Indira Gandhi, Margareth Thatcher, dan menyusul Hilarry Clinton.

Ibu Ani memiliki kualifikasi seperti mereka. Selamat datang dan berjuang Ibu Ani.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun