Kenyataan itu semestinya membuat SBY dan keluarga besar Cikeas dan Demokrat tenang, apalagi Jokowi setelah sidak ke Hambalang mengatakan: “Masa lalu biarlah berlalu, mari kita pikirkan ke depan, proyek Hambalang ini mau diapakan?”
Saya menangkap apa yang diungkap Jokowi di atas sebagai isyarat bahwa mantan gubernur DKI Jakarta itu akan memaafkan pejabat yang mungkin saja kecipratan (terguyur ?) proyek Hambalang. Banyak orang percaya Jokowi tidak akan melanjutkan pembangunan proyek bernilai triliuan rupiah tersebut. Sebagai gantinya, seperti yang diharapkan para netizen, proyek Hambalang yang mangkrak itu sebaiknya dibiarkan begitu saja dan dijadikan monumen sebagai peringatan bahwa di negeri ini pernah ada kasus megakorupsi yang melibatkan petinggi negeri. Ini bagus untuk pembelajaran bagi generasi muda bangsa agar mereka jangan coba-coba mencuri uang negara. Dosa!
Jika memang pemerintahan Jokowi akan menjadikan puing-puing proyek Hambalang sebagai monumen, maka itu berarti proyek Hambalang akan tutup buku, sehingga bisa dijadikan momentum bagi SBY dan kawan-kawan untuk lebih berkonsentrasi menyukseskan Ny Ani Yudhoyono sebagai kandidat calon presiden dan kelak meraih kemenangan pada Pilpres 2019.
Apa sih yang tidak mungkin? Diakui atau tidak, Ny Ani-lah yang mengantarkan sukses SBY, sehingga sang suami mampu mengakhiri jabatannya sebagai presiden dengan damai. Sejarah Indonesia mencatat, hanya pada masa SBY-lah, estafet kepemimpinan di negeri ini tanpa gejolak; semuanya berlangsung secara transparan, fair dan konstitusional.
Itu semua terjadi pasti berkat sumbangsih dan kesetiaan Ibu Ani mendampingi sang suami. Bukan berkat orang-orang di sekitar SBY yang lebih gemar menjadi pecundang dan penjilat. Saya sependapat dengan penulis “mbeling” Denny Siregar bahwa Ibu Ani adalah “think tank” SBY saat suaminya menjadi presiden selama 10 tahun.
Saya yakin, Ibu Ani akan mulus menjalani proses menuju RI-1. Ia pasti akan diterima kalangan Islam yang kini semakin cerdas dan terbuka, sehingga bisa menerima pemimpin berjenis kelamin perempuan. Situasi saat ini tentu berbeda dengan ketika Megawati Sukarnoputri mencalonkan diri menjadi presiden yang sebagian penduduk negeri ini menolaknya, karena beriman perempuan tidak pantas menjadi imam.
Namun, fakta positif itu semoga tidak membuat tim sukses Ibu Ani lengah. Saya percaya tim suksesnya pasti akan meminta stylish profesional untuk menjadikan Ny Ani lebih profesional dan religius saat tampil di depan publik. Kalau sekarang ia banyak tampil tanpa hijab, saya percaya dalam waktu dekat, Ibu Ani Yudhoyono akan tampil memukau dan anggun dengan hijab. Jangan abaikan penampilan, ya, Bu?
Jika semua itu sudah dipenuhi Ibu Ani, maka tidak ada alasan bagi kita untuk meragukannya sebagai calon presiden. Saatnya kita dukung. RI butuh sosok perempuan model Corazon Aquino, Benazir Bhutto, Indira Gandhi, Margareth Thatcher, dan menyusul Hilarry Clinton.
Ibu Ani memiliki kualifikasi seperti mereka. Selamat datang dan berjuang Ibu Ani.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H