Berdasarkan pengamatan saya, warga Jakarta sudah imun dengan serangan bernuansa SARA, karena warga kota megapolitan ini semakin dewasa dan cerdas pula. Bermain-main dengan begituan tampaknya sudah tidak mempan. Para pendukung Ahok menanggapinya dengan dingin dan menganggap para netizen yang doyan memposting isu-isu kuno semacam itu sedang sakit jiwa. Mereka dibully habis-habisan, dan para pendukung Ahok mengatakan hanya orang bodohlah yang melakukan kampanye hitam bersenjatakan sentimen SARA.
Tapi lawan politik Ahok tak kurang akal. Banyak di antara mereka yang kemudian membuka akun palsu di medsos seolah-olah membela Ahok. Isi pernyataan mereka benar-benar sangar. Contoh yang paling ekstrem adalah beredarnya foto Al, anak Ahmad Dhani, di media sosial dan kemudian disebarluaskan melalui BBM dan What’s App (WA). Di foto yang beredar itu, dikesankan Al tidak setuju dengan ayahnya yang belakangan ini -- melalui pernyataannya yang kemudian dikutip media – melawan dan merendahkan Ahok.
Maaf, saya tidak akan kutip “kat-kata” Al yang tertulis di fotonya yang beredar di media sosial, selain tidak etis, salah-salah saya bisa dituduh sebagai pihak yang menyebarkan kebencian kepada Ahmad Dhani. Melalui catatan ini, saya sarankan Anda yang pernah menerima kiriman foto tersebut segeralah hapus foto tak etis itu, dan jangan coba-coba menyebarluaskannya.
Yang menyebarluaskan foto itu bukan pendukung Ahok, tapi menurut informasi yang saya peroleh, justru diedarkan dan disebarluaskan oleh lawan politik Ahok agar tim sukses Ahok dicaci maki di medsos dan dituding sebagai kelompok radikal, garis keras nan-ambisius yang tak mengenal tata krama.
Ada juga sementara pihak yang seolah-olah mendukung Ahok dan melakukan pengumpulan KTP dukungan. Belakangan Ahok menganulir kelompok-kelompok itu, sebab dalam hal pengumpulan KTP, Ahok hanya mempercayakan kepada Teman Ahok. Lain tidak. Oleh sebab itulah Muda Mudi Ahok yang juga melakukan aksi mengumpulkan KTP buat Ahok, formulir dukungan yang sudah diisi nantinya diserahkan ke Teman Ahok.
Kubu ABA juga dengan sengaja menyebarluaskan informasi sesat soal tata cara pengumpulan KTP dukungan yang membuat para pendukung Ahok bingung. Supaya tidak bingung carilah informasi yang ada di www.temanahok.com.
Teman Ahok sendiri telah mengeluarkan imbauan kepada para pendukung Ahok agar melakukan gerakan positif dan tidak melakukan kampanye hitam kepada kandidat mana pun. Dalam mengumpulkan dukungan, para pendukung Ahok juga dilarang mengiming-imingi, memberi imbalan, memaksa atau mengintimidasi.
Teman Ahok kemudian mengutip pernyataan Ahok yang pernah diungkapkan pada Agustus 2015: “Saya jauh akan lebih senang warga taat aturan walaupun tidak mendukung saya, dibanding klaim mendukung tapi tidak bisa menghargai peraturan yang ada.”
Bisa dipahami jika Teman Ahok minta semua pihak waspada, sebab akun-akun palsu pendukung Ahok yang terkesan militan mendukung Ahok itu lihai memainkan kalimat-kalimat dukungan tapi isinya racun.
Saya pernah membaca status seseorang di Facebook yang begitu vulgar mendukung Ahok dan dari kalimat yang ditulis bisa dikesankan ia seorang Kristiani karena mengutip ayat-ayat Alkitab. Namun ada pengguna Facebook lain yang curiga bahwa status dukungan kepada Ahok itu hanya untuk memancing agar umat lain panas dan memainkan sentimen SARA. Pendukung palsu Ahok itu lantas ditantang untuk menunjukkan identitas aslinya. Ditunggu-tunggu, yang ditantang tak berani keluar dan mengumumkan siapa sebenarnya dia.
Tadi pagi saya menerima pesan melalui WA bagaimana memanfaatkan medsos. Salah satu isinya seperti ini: “Politik itu penting. Memihak pada salah satu partai atau capres/cagub/cawali itu hak. Tapi jangan paksakan pandangan politik Anda di grup. Kalau mau mengkritik pemerintah, sana demo saja ke Monas. Kalau anggota grup agamanya macam-macam, ya hati-hati kalau mau posting berbau agama. Ajakan kebaikan universal lebih bermanfaat buat semua.”