Ahok rupanya memberikan apresiasi kepada Teman Ahok, sehingga hari ini (Senin 7 Maret) memutuskan untuk maju ke DKI-1 pada pilkada serentak Februari 2017 lewat jalur independen.
Entah siapa yang menulis, di web Teman Ahok, ada sebuah tulisan yang menjelaskan latar belakang mengapa akhirnya Ahok menempuh jalur independen. Diceritakan, pada Minggu malam (6/3) sekitar pukul 19.00 para pendiri Teman Ahok menyambangi kediaman Ahok di Pantai Mutiara. “Kami diterima dengan baik sekali dan dapat hidangan empek-empek yang sangat enak,” cerita anak-anak muda itu.
Tujuan mereka malam itu hanya satu, yaitu meminta Ahok segera memutuskan nama calon wakilnya. Persoalannya waktu sudah semakin dekat, sehingga mau tidak mau mereka harus dapat nama calon wakil gubernur malam itu juga.
“Kami sadar sejak awal bahwa proses pencalonan ini bukan hanya mengumpulkan dukungan, tetapi juga menginput formulir ke database agar bisa direkap dengan rapi ke form KPU, filing berdasarkan kelurahan, dan penggandaan dukungan. Kami ingin semuanya rapi dan tidak terburu-buru supaya KPU juga lebih mudah melakukan verifikasi terhadap dukungan ini,” tulis mereka.
Dalam pembicaraan malam itu Ahok menyatakan bahwa idealnya ia tetap berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat. Alasan Ahok, Djarot sudah teruji sebagai wakil gubernur. “Namun kami tentu tidak ingin berjudi. Kami bersedia memasukkan nama Pak Djarot dalam form dukungan KTP jika beliau bersedia maju melalui jalur independen sekalipun nanti tidak didukung oleh PDIP. Jika tidak, tentu pekerjaan kami akan sia-sia. Karena tidak mendapatkan kepastian soal itu dari Pak Ahok, kami meminta nama lain yang lebih pasti. Pak Ahok menyodorkan nama Pak Heru Budi Hartono, kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemprov DKI.”
Kepada anak-anak muda itu, Ahok bercerita tentang pribadi dan karakter Heru. Ahok menjelaskan Heru adalah sosok PNS yang berani pasang badan untuk memperjuangkan transparansi perencanaan dan penggunaan anggaran di DKI. Dengan memasukkan nama Heru, Ahok juga ingin memperlihatkan bahwa di DKI ada birokrat yang baik dan terpuji.
Malam itu juga Heru dihadirkan di rumah Ahok. “Kami secara langsung berbicara kepada beliau dan menanyakan kesediaan untuk dicalonkan sebagai wakil Pak Ahok. Jika tidak mendapatkan kepastian kami akan terus meminta nama lain. Kami tidak bisa lagi menunggu karena sudah meminta nama wakil jauh-jauh hari. Pak Heru menyatakan bersedia, dan sekaligus nanti bersedia untuk mundur dari posisinya sebagai PNS DKI menjelang namanya didaftarkan di KPUD,” demikian info di www.temanahok.com.
“Jadi Minggu malam sekitar pukul 21.30 adalah detik-detik bersejarah bagi kami. Satu langkah lagi kami mendekati pembuktian sejarah di negeri ini bahwa jika anak-anak muda bergerak dengan satu cita-cita bersama, maka Insya Allah tidak ada yang bisa membendungnya. Kami belajar dari para pemuda tahun 1945 yang menculik dan memaksa para tokoh besar seperti Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera menyatakan kemerdekaan. Tanpa nyali dan kegilaan seperti itu, 17 Agustus 1945 tidak akan pernah ada. Kami tentu tidak bisa sehebat mereka. Tapi kami sedang belajar mewujudkan sebuah cita-cita untuk kebaikan Indonesia di masa depan.”
Anak-anak muda itu sadar bahwa Ahok sedang mempertaruhkan banyak hal jika ia memilih bersama Teman Ahok. “Bagaimanapun buat Pak Ahok tentu lebih enak melalui partai politik. Kendaraan tersedia, dan dukungan politik pun bisa didapatkan. Sebaliknya memilih jalur independen bersama kami penuh risiko. Oleh sebab itu data kami harus betul-betul siap dan rapi agar bisa lolos verifikasi KPUD .”
Militansi Teman Ahok memang luar biasa. []