Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nah, Pelawan Tangguh Ahok Serius

23 Februari 2016   18:40 Diperbarui: 23 Februari 2016   19:12 2147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SEDAP, masuk tuh barang. Sip, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) punya pesaing nan seimbang setelah Senin (22 Februari) kemarin, Yusril Ihza Mahendra secara resmi mengumumkan bahwa ia bakal mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta dalam hajatan Pilkada Serentak 2017. Lawan tangguh benar-benar sudah datang.

Lupakan dulu bahwa popularitas  Ahok masih berada di posisi nomor satu dibandingkan nama bakal calon gubernur yang muncul belakangan. Kita mesti mencatat dengan baik-baik bahwa ada nama-nama tokoh yang baru muncul dan sudah mulai menempel ketat Ahok. Ini sehat buat demokrasi kita.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Populi Center per tanggal 13 - 17 Februari 2016, Yusril yang ahli hukum tata negara  dan musisi Ahmad Dhani yang belum lama ini menyatroni Kalijodo punya tingkat popularitas lumayanlah.

Namun, popularitas Ahok tetap nangkring di atas, yaitu 99,2 persen, Rano Karno (nggak tahu mengapa nama ini kok dimunculkan) 96 persen, Ahmad Dhani 93,5 persen, dan Yusril 78 persen. Menurut peneliti Populi Center, Nona Evita, popularitas mereka bahkan berada di atas Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Kamil berada di posisi kelima (75,2 persen).

Kita apresiasi Yusril yang “demi bangsa, negara dan Jakarta”, mau turun derajat dari mantan menteri, ketua umum partai dan mantan calon presiden, menjadi cuma calon gubernur Jakarta. Luar biasa.

Dia memang dikenal sebagai sosok pria yang rendah hati. Tak percaya? Mari kita simak kata-katanya sebagaimana dimuat Kompas.com kemarin (maaf sudah saya edit):  

1.     Saya mundur menjadi calon presiden dalam Pemilu 1999 semata-mata untuk menjaga perdamaian. (Hebat, kan jiwa kenegarawannya?)

2.    Saya sebenarnya lebih mengutamakan menjaga kesatuan dan persatuan di antara kita. Jangan sampai pecah belah sehingga saya berkorban dengan mengundurkan diri dari pencalonan itu. Itu bukan berarti saya kalah. (Hebat, mengalahnya Yusril pada 1999 itu sekarang ditebus dengan mencalonkan diri menjadi gubernur DKI agar ia bisa mengalahkan Ahok).

3.    Saya pada waktu itu sebenarnya bisa mengalahkan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Saya  telah menghitung suara yang mungkin saya peroleh. (Wuih, optimismenya itu, lho, mana tahan. Memang ia pantas menjadi gubernur DKI Jakarta).

4.    Pada saat itu, kemungkinan saya mendapat dukungan sebanyak 220, Gus Dur mendapat dukungan sebanyak 185, dan Megawati sebanyak 308. (Tuh, luar biasa, kan prediksinya? Ayo, maju terus Bung. Lawan Ahok!)

5.    Jadi kalau di-vote pertama, Gus Dur kalah. Tinggal saya berhadapan dengan Mega. (Ah, Yusril kok ngomong “kalau”. Bukan Bung, itu bukan “kalau”, tapi fakta. Janganlah merendah dan mengandai-andai).

6.    BJ Habibie telah menginstruksikan pendukungnya untuk mendukung saya. Dengan kondisi itu, saya mengatakan bisa saja saya mengalahkan Mega. (Buat yang nggak percaya, silakan cek langsung, ya, ke Pak Habibie. Jangan tanya lagi ke Yusril).

7.    Saya akhirnya mengalah dan menyerahkan semua dukungan saya untuk Gus Dur? (Bukan main jiwa besar Yusril. Semoga Gus Dur tidak bangun dari kuburnya dan berteriak: “Yusril bohong”).

8.    Anda bisa bayangkan saya waktu itu berumur 40 tahun, masih sangat muda, kecil, tetapi mengalahkan Gus Dur dan Megawati. Apa yang akan terjadi? Saya mengkhawatirkan itu. (Luar biasa. Pahlawan betul Yusril. Layak dapat bintang maha …).

9.    Pada waktu itu, saya hanya sedang menjaga persatuan kita semua dengan mengundurkan diri. Seperti yang kita tahu, Gus Dur akhirnya menang dan Mega jadi wakil. (Lagi-lagi betapa besar agung dan mulianya Yusril, ia menyerahkan kemenangannya kepada Gus Dur dan Megawati).

Membaca berita dari hasil konferensi pers Yusril pada Senin (22 Februari) kemarin di Jakarta, tak sabar hati ini untuk segera melihat pemilihan gubernur DKI. Kalau bisa pilkada itu digelar hari ini dan berharap Yusril keluar sebagai pemenang lewat penghitungan cepat.

Apa mau dikata, kita harus sabar. Pasalnya, Yusril masih harus mengumpulkan 1.000.000 KTP warga Jakarta yang mendukungnya. Maklum, ia percaya diri akan maju lewat jalur independen seperti Ahok. Aksi pengumpulan KTP itu akan dilakukan Yusril  mulai awal Maret besok.

Saya tidak bisa memprediksi, sanggupkah Yusril mengumpulkan KTP dukungan 1.000.000 dalam tempo tiga bulan. Ia bilang tidak akan meniru cara Teman Ahok dalam mengumpulkan KTP, tapi akan membuka posko di RT dan RW. Hebat!

Seriuskah Yusril nyalon lewat jalur independen? Ditanya soal ini, Yusril bilang "kalau ada partai politik yang mencalonkan saya, ya silakan."

Alamak, kok jadi mentah, nih. Jangan, dong! Percaya dirilah. Buktikan Bung Yusril bahwa Anda mampu, meski perolehan  suara partai Anda di Jakarta saat Pemilu Legislatif 2014 lalu cuma 60.000-an.

Jiperkah Yusril? Semoga tidak, meskipun Partai NasDem yang mendukung Ahok lewat DPW Partai Nasdem DKI Jakarta mendirikan posko induk pengumpulan KTP untuk mendukung Ahok. Diberitakan, posko bentukan NasDem itu diberi nama “Posko Induk KTP Dukungan Untuk Ahok”  yang bermarkas di kantor NasDem di Jalan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.

Ayo laskar Partai Bulan Bintang (PBB) jangan mau kalah dengan laskar NasDem. Tunjukkan nyalimu. Jangan cuma bernyali saat terdesak dan akhirnya hanya bisa jualan sentimen agama dan keturunan untuk mengalahkan Ahok.

Kalau cara itu yang kalian pakai, KUNO!!!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun