“Hebatnya”, kita adalah bagian dari sang perusak bumi, alam ciptaan Tuhan. Tuhan menciptakan bumi yang kita diami tak ubahnya adalah surga sementara buat kita. Tapi, celakanya “surga” itu kita cemari dengan sengaja menjadi “neraka” sementara.
Lalu sampai kapan kita melestarikan “neraka” dunia tersebut. Itukah “tanggung jawab” kita kepada anak cucu kita, mewariskan “neraka” kepada mereka?
Perlu kita ketahui, Indonesia berada di posisi nomor dua (peringkat dua) di dunia setelah Tiongkok yang “berprestasi” sebagai negara penghasil sampah plastik ke laut. Dari data terakhir pada 2015, Indonesia menghasilkan sampah plastik mencapai 187,2 ton.
Setidaknya itulah angka yang diungkapkan Dirjen Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Tuti Hendrawati dalam dialog 'Selamatkan Bumi dari Plastik' belum lama ini.
Tuti, seperti diberitakan detik.com (9 Februari 2016) mengungkapkan, di Indonesia sudah lebih dari 1 juta penggunaan kantong plastik setiap menitnya. Dari angka itu, 50 persen kantong plastik dipakai sekali lalu langsung jadi sampah. Sementara, hanya 5 persen yang benar-benar didaur ulang.
"Sebanyak 300 kantong plastik itu digunakan per gerai, per toko per hari. Satu tahun itu bisa 10,95 juta lembar sampah kantong plastik per 100 gerai," ungkap Tuti.
Jika mengacu satu tahun dikalkulasikan 10,95 juta lembar sampah kantong plastik seukuran 20 cm x 30 cm, masih menurut hitung-hitungan Tuti Hendrawati, maka itu sama dengan 65,7 hektar.
Ada pula hitung-hitungan lain yang mengungkapkan bahwa 9,85 miliar lembar sampah kantong plastik dihasilkan manusia Indonesia setiap tahun. Angka ini dapat mencemari lingkungan selama lebih dari 400 tahun!
Tak bisa dimungkiri, banyak pula di antara kita, terutama warga Jakarta dan kota-kota besar lainnya yang menjadikan sungai sebagai bak sampah. Sampah-sampah plastik ini pasti bermuara ke laut. Maka jangan heran jika suatu saat manakala kita atau anak cucu kita memancing ikan di laut, yang “memakan” umpan pancing kita bukan ikan, tapi kantong plastik atau sandal jepit.
Betapa mengerikan dan mengenaskan, sebab suatu saat akan terjadi populasi jumlah ikan dan sampah plastik yang mengotori laut kita akan saling mendahului, dan hasilnya sampah plastik akan mendominasi lautan kita.
Fakta dan kemungkinan-kemungkinan seperti di atas juga membuat Menteri Lingkungan Hidup/Kehutanan Siti Nurbaya prihatin. Ia mengharapkan Hari Peduli Sampah Nasional dijadikan momentum bagi siapa pun untuk lebih bijak dalam menggunakan plastik. “Mari kita lebih bijak menggunakannya, sehingga kita tidak menjadi pendonor sampah plastik,” katanya suatu kali.