KEPUTUSAN Partai NasDem mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mencalonkan diri lagi menjadi gubernur DKJ Jakarta periode 2017-2022 selain mengundang komentar nyinyir dari para netizen, juga membawa dampak positif bagi calon yang didukung.
Namun, dibandingkan yang nyinyir, yang memberikan respons positif tampaknya jauh lebih banyak. “Partai NasDem luar biasa. Ia mendukung Ahok tanpa syarat. NasDem partai masa depan yang layak untuk gue pilih,” begitu antara lain komentar seorang netizen di Facebook kemarin.
Seorang ibu dari Semarang dua hari lalu menelepon saya. Ia mengungkapkan apresiasi kepada NasDem yang memberikan dukungan kepada orang yang tepat (Ahok).
Ibu ini lantas menceritakan bagaimana kehebatan Ahok selama menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Ia kemudian mereferensikan video di Youtube yang menayangkan Ahok saat melantik pejabat di lingkungan Dinas Perhubungan. Pada saat itu Ahok mengingatkan para pejabat di dinas tersebut agar jangan bermain-main dengan uang haram yang wujudnya bisa berupa setoran dari sopir/perusahaan angkutan umum yang bikin lalu lintas Jakarta macet.
“Kalau Saudara masih korupsi dan tidak jujur, lebih baik tak usah beragama daripada tetap mengaku beragama, tapi memalukan agama Saudara,” begitu antara lain “solusi” yang disampaikan Ahok.
Sang ibu rupanya paham politik. Ia kemudian membandingkan Ahok dengan wali kota Semarang yang baru terpilih dalam Pilkada Serentak 2015 yang disebutnya tidak (baca: belum) pernah memberikan solusi bagi warga kota. Sang wali kota sebelumnya menjabat sebagai pelaksana tugas (plt) wali kota Semarang. Sebelumnya ia menjabat wakil wali kota. Sang wali kota sebelumnya tersangkut kasus korupsi dan telah dipidana (sudah bebas) dan dalam Pilkada Serentak 9 Desember 2015 lalu ikut lagi mencalonkan diri, namun kalah.
Dalam pilkada serentak tempo hari sang plt wali kota terpilih. Menurut ibu yang mengontak saya, ia terpilih, sebab warga Semarang tidak punya pilihan lain, apalagi mayoritas warga Semarang adalah simpatisan PDIP (partai yang mengusung sang incumbent). “Jika pun dia nggak kampanye, bahkan nggak kerja apa-apa pun, dia pasti terpilih,” kata ibu tadi.
Meskipun ibu ini tinggal di Semarang, ia memantau kerja Ahok di Jakarta lewat berbagai pemberitaan di televisi, termasuk rencana Ahok yang akan menertibkan kawasan Kalijodo.
Ah, lagi-lagi sang ibu membandingkan Ahok dengan wali kota Semarang yang ngurus relokasi pasar tak pernah beres sampai sekarang. Setahun lalu Pasar Johar di Semarang terbakar. Sang wali kota berinisiatif memindahkan para pedagang ke pasar penampungan di kawasan Jl Soekarno-Hatta yang sepi. Karena sepi, para pedagang kembali ke kawasan Pasar Johar dan menggelar dagangan di jalan-jalan di sekitar Pasar Johar dan membuat lalu lintas semrawut dan dibiarkan sampai sekarang.
Suatu kali sang wali kota berniat merenovasi Pasar Peterongan. Pasar sudah terlanjur dibongkar, tapi tak memberikan solusi buat para pedagang. Proyek renovasi pasar itu sampai sekarang masih mangkrak.
Setelah berceloteh panjang lebar soal kota dan pemimpinnya, sang ibu kembali menegaskan apa yang dilakukan Partai NasDem (mendukung Ahok) sudah tepat, karena mendukung calon pemimpin yang tepat. Ia yakin partai ini pasti konsisten dan konsekuen dengan dukungan yang diberikan kepada Ahok.
Si ibu tak keliru. Sehari setelah deklarasi dukungan untuk Ahok, anak-anak muda yang bersimpati pada partai itu membentuk komunitas “Muda Mudi Ahok”. Saya menyebut mereka sebagai “Kopaja” (Komunitas Pendukung Ahok untuk Jakarta). Sangat mungkin mendekati proses pilkada, “Kopaja-Kopaja” baru bakal muncul. Mereka bekerja tanpa pamrih (ah maaf salah). Mereka punya pamrih, yaitu agar Ahok jadi gubernur lagi.
Oleh sebab itu beralasan jika Wibi Andrino, salah seorang pendiri Muda-Mudi Ahok, mengatakan fokus kelompoknya adalah untuk menjaring suara pemuda-pemudi di Jakarta. Mereka akan mengumpulkan KTP sebagai bentuk dukungan ke Ahok.
"Fokus kami membantu Teman Ahok untuk mengumpulkan KTP hingga satu juta dan juga membuat aktivitas sosial kemasyarakatan yang bersifat kreatif untuk para anak muda di DKI," kata Wibi seperti dikutip metrotvnews.com, Minggu (14 Februari 2016).
Teman Ahok ketika Partai NasDem mengeluarkan deklarasi mendukung Ahok, sudah berhasil mengumpulkan KTP warga DKI pendukung Ahok sebanyak 600.000-an.
Jumlah itu sebenarnya sudah cukup bagi Ahok untuk mencalonkan diri ikut pilkada lewat jalur independen. Tapi Teman Ahok – juga Ahok – ingin mengumpulkan minimal 1.000.000 KTP. Biar mantap, gitu loh.
Partai NasDem sendiri berjanji akan membantu sekuat tenaga untuk ikut mengumpulkan KTP hingga 1.000.000. Hasilnya mulai terlihat. Perolehan KTP untuk Ahok terus melonjak. Hingga siang ini (Senin 15 Februari 2016), jumlah KTP yang terkumpul telah mencapai 696.297.
Para teman Ahok optimistis target 1.000.000 KTP bakal tercapai, apalagi di sana sini “Kopaja” terus beraksi.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H