Jika aturan main itu masih dipegang teguh Partai NasDem, lumayanlah, pada musim Pilkada 2017 nanti, Ahok tak perlu menyiapkan mahar politik yang di partai lain nilainya hingga miliaran rupiah.
Acuan yang dipakai NasDem dalam memberikan dukungan kepada para calon kepala daerah adalah hasil survei elektabilitas sang calon. Meskipun digempur dari berbagai penjuru angin, elektabilitas Ahok pasti akan tetap tinggi.
Dukungan NasDem kepada Ahok tentu bakal semakin membuat musuh Ahok kelabakan. Sangat mungkin mereka akan semakin “kreatif” mencari strategi untuk menghabisi Ahok.
Salah satu bentuk “kreativitas” untuk memperkecil peluang Ahok mempertahankan jabatannya sebagai gubernur yang dilakukan musuh politik Ahok adalah mengajukan calon tandingan. Tersebutlah nama, seperti: Yusril Ihza Mahendra, Ridwan Kamil, Eko Patrio-Dessy Ratnasari, Haji Lulung, Taufik (Gerindra), dan terakhir penyanyi Achmad Dhani.
Bakal muncul nama-nama baru? Siapa pun yang berencana memunculkan nama-nama lain, selayaknya berhati-hati, sebab jangan sampai nama “pesaing” Ahok itu malah jadi bulan-bulanan masyarakat, terutama para netizen yang harus kita akui punya pengaruh besar membentuk opini publik. Profesor Yusril pun dibuat tak berdaya dan keprofesorannya tiba-tiba hilang. Yusril lalu dianggap bertingkah layaknya anak taman kanak-kanak karena merengek demi satu nafsu: menumbangkan Ahok.
Mendekati pilkada, sangat mungkin musuh Ahok akan menggunakan jurus kuno yang terbukti tidak mempan, yaitu sentimen Tionghoa dan Kristen. Kalau cara ini yang dipakai, mereka dijamin bakal semakin jadi bahan tertawaan dan terus diolok-olok, sebab warga Jakarta yang semakin cerdas dan kritis tidak mempan dengan isu-isu murahan seperti itu.
Para musuh Ahok mesti membuka mata dan hati bahwa para pendukung Ahok, bahkan mereka (sahabat Ahok) yang mengumpulkan 600.000-an fotokopi KTP pendukung Ahok, banyak yang Muslim.
Para sahabat Ahok itu cerdas, ngepop, modern dan punya visi bahwa ke depan Jakarta (baca: Indonesia) harus lebih maju tanpa sekat yang bikin otak mentok lalu si empunya otak pendek mengiba-iba menyalahkan Tuhan: “Ya Tuhan mengapa Engkau kirimi aku pemimpin yang tidak seagama denganku.”
Saatnya warga Jakarta berpikir positif, daripada membenci, memojokkan dan mencemooh kinerja Ahok, tirulah partai yang jelas-jelas mampu melihat berbagai prestasi dan visi kebangsaan yang telah diperlihatkan dan dipraktikkan Ahok. Dukunglah pemimpin yang jelas-jelas telah berkarya tanpa syarat.[]
Sumber gambar: nasdem.