Mohon tunggu...
Gan Ridwan
Gan Ridwan Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist, traveler, influencer and Contentpreunership

Rusmini, Bagi saya. Sungguh sangat inspiratif. Sembah sujud di kaki nya merupakan mega keberkahan. Lahir di Bandung : tahun 1965. membuat, saya semakin ingin saja meretas, apa artinya hidup. Terima kasih, Rus. Engkau Bundaku terinspiratif. Kini ku sembahkan BUMI CILILIN CHANNEL FOUNDATION & GUWACI COOPERATIVE ( MENGURAI PROBLEM UMKM dengan BERKEGIATAN MEN SUPPLY BAHAN BAKU & GUWACI INKUBATOR BISNIS sebagai, klimaks dari problem UMKM ) untuk lembur lebih baik. Lebih besar lagi INDONESIA, masalahnya itu ada di problem. Coretan ini mungkin alakadarnya, Rus. Tapi menjangkar nubuat adalah laku yang hebat. \r\n\"Semoga engkau sehat selalu, Disisa umurmu\", Bunda Rus. Aku, selalu berdoa untukmu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gaya Bergaya di Festival Braga

27 Desember 2010   04:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:21 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignright" width="550" caption="Ngabaraga di jalan Braga Foto : ikeyuliaamartha"][/caption] “Kamu Bergaya maka Kamu Ada” (Life Styles; Ed.Idy Subandy Ibrahim) Petikan ini sudah mafhum, tak terkecuali bagi editornya cukup mensentil, dalam Buku Life Styles Karya David Chaney. Pengaruhnya, besar. filsuf besarJerman Rene Descartes menaruh pijakan filsafat dengan merubah serta membangun fondasi wajah modern menjadi gaya bergaya hidup, Penampilan menjadi tumpuan. Serba teknologi dan pandai bergaya di jaman industri penampilan, gaya hidup masyarakat dunia sangat berterima kasih pada pijakan yang diberikan filsuf berkebangsaan Inggris tersebut. Adanya dialektika sejarah, tentu sebuah keniscayaan. Hal baru dari tradisi bisa di gali tanpa merubah spirit paradigma berpikir. “menyoal hidup ! tanpa memeluk filsafat yang kukuh beu kering, hampa makna.” ujar kawan seringkali mengutak-atik bangunan filsafatnya di kedai kopi. Sejatinya, filsafat memberi kerangka pada hidup dan menapaki kehidupan akan datang secara tegas. Mencoba mengurai sisi gaya bergaya di kedalaman tradisi cukup membuat alasan, di balik tradisi ada bangunan filsafat kokoh berdiri. Seyogianya juga, di Braga Festival penghujung tahun nanti, tradisi itu melekat beradu tafsir dengan kekinian jaman. Selalu saja ada yang baru dalam helaran tahunan masyarakat Bandung itu. Buktinya, ada di kawasan jalan Braga. Seabreg kenangan pun bisa di jumpai. Hampir, kota tinggal yang pernah diduduki koloni punya masa tertentu dan meninggalkan kenangan membuat decak kagum generasi, kini. Jalanan Bandung selalu menyimpan kesan itu, Banyak. Tetapi, yang sudah melegenda baru Braga. Kenangan itu punya sebutan BragaWeg. Dengan julukan De Meest Eropeesche Winkel Straat Van Indie suasana tahun baru nanti begitu kental Eropah nya. Braga Festival di penghujung tahun nanti barangkali akan menjadi titik balik peradaban. Ke adab an bagi pemangku jabatan serta masyarakat sebagai apresiator pun harus menyajikan atraksi treatrikal membuat pelancong menikmati suguhan festival tahunan. Bukan, kejumudan yang di tonjolkan. Fiuh…! Ngak deh, Ngak, ngak ingin seperti di negri para bedebah yang selalu menghadirkan kamuflase. Ajakan gaya bergaya di Festival Braga “Kamu Gaya maka Kamu Ada” sebuah pijakan tegas, bagaimana citra kota tinggal makin membumi. Anak-anak masa depan boleh jadi ngak ingin tahu lagi Braga Festival. Namun, orang luar semakin tahu “kamu Gaya maka Kamu Ada” itu adalah khas urang Bandung tuh. Urang Bandung mah sedang jalan saja, bisa jadi wisata kok. Apalagi ini hajat besar di penghujung tahun. Braga Festival merupakan representasi keadaban, yang dibangun bukan atas dasar penampilan, luaran, kamuflase. Tetapi, atas dasar kabisa dan kedalaman tradisi. Semakin melokal makin besar di lirik oleh yang global. Ada Seni tari, suara, unjuk kabisa, kuliner, Fesyen, teatrikal di Braga Festival. Sekarang, biar sajejeg (sekilo) tinggal tambah niat, “kamu Bergaya maka Kamu Ada” bertarung di politik gaya bergaya penuh dengan nuansa, kaya eleganisasi. Tanpa hilang kedalaman tradisi…..*** Gan Ridwan/IPF

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun