Mohon tunggu...
Ega Noviyanti
Ega Noviyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM: 43121120095 | Program Studi: Sarjana Manajemen | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Jurusan: Manajemen | Universitas: Universitas Mercu Buana | Dosen: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Diskursus Sigmud Freud dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

23 November 2024   22:29 Diperbarui: 23 November 2024   22:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Created by: Ega Noviyanti

Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga komponen: Id (dorongan dasar), Ego (mediator antara keinginan dan realitas), dan Superego (norma moral). Dalam situasi di mana dorongan dari Id sangat kuat dan Superego tidak cukup mengendalikan, individu mungkin lebih cenderung untuk terlibat dalam perilaku korup. Memahami dinamika ini dapat memberikan wawasan tentang mengapa individu dalam posisi kekuasaan memilih untuk melakukan tindakan korup.

3. Pentingnya Pengalaman Masa Kecil

Freud percaya bahwa pengalaman masa kecil sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Fiksasi pada tahap tertentu dalam perkembangan dapat menyebabkan perilaku menyimpang di kemudian hari. Dalam konteks korupsi, individu yang mengalami hambatan dalam perkembangan emosional atau moral di masa kecil mungkin lebih rentan terhadap tindakan korupsi ketika mereka dewasa.

4. Rasionalisasi dan Mekanisme Pertahanan

Freud juga memperkenalkan konsep mekanisme pertahanan, di mana individu menggunakan cara-cara tertentu untuk melindungi diri dari kecemasan atau rasa bersalah. Dalam kasus korupsi, individu mungkin merasionalisasi tindakan mereka dengan meyakini bahwa "semua orang melakukannya" atau "ini adalah cara untuk bertahan hidup." Pendekatan psikologis ini membantu kita memahami bagaimana individu membenarkan tindakan ilegal mereka.

5. Pengaruh Lingkungan Sosial dan Budaya

Analisis psikologis juga memungkinkan kita untuk mengeksplorasi bagaimana norma sosial dan budaya mempengaruhi perilaku korup. Jika masyarakat secara umum menerima atau bahkan mendorong praktik korupsi, individu akan lebih cenderung untuk terlibat dalam perilaku tersebut tanpa merasa bersalah. Pemahaman ini penting untuk merancang intervensi yang dapat mengubah norma-norma sosial yang mendukung korupsi.

6. Strategi Pemberantasan Korupsi yang Lebih Efektif

Dengan memahami penyebab psikologis di balik perilaku koruptif, strategi pencegahan dapat dirancang dengan lebih efektif. Misalnya, pendidikan moral dan etika dapat ditanamkan sejak dini untuk membentuk Superego yang kuat, sehingga individu lebih mampu menahan dorongan untuk bertindak koruptif.

Mengapa Penting untuk Menganalisis Korupsi Melalui Lensa Psikologis, Khususnya Menggunakan Teori-teori Freud?

Created by: Ega Noviyanti
Created by: Ega Noviyanti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun